Michael Jackson Meninggal Dunia… Dalam Islam?… Semoga…

>> Jumat, 26 Juni 2009

Michael Jackson, penyanyi ternama yang dijuluki “King of Pop” meninggal dunia pada usia 50 tahun di UCLA Medical Center Los Angeles, Amerika Serikat, karena diduga menderita gagal jantung. Seperti diberitakan BBC News dan kantor berita AP hari ini (26/6), ia dilarikan ke rumah sakit setelah paramedis dipanggil ke rumahnya di kawasan Bel Air, Los Angeles, sekitar Pukul 12.30 waktu setempat. Jackson sudah tidak bernafas ketika paramadis datang ke rumahnya.Penyanyi pop ini rencananya akan menggelar rangkaian tur di Arena 02 London yang akan dimulai tanggal 13 Juli. Publik mulai mengenal Michael Jackson –anak ke 7 dari 9 bersaudara— tahun 1960-an ketika ia bergabung dengan saudara-saudaranya dalam The Jackson Five. Dia langsung menarik perhatian dan menjadi penyanyi utama. Jackson lalu bersolo karier dan tahun 1978 mengeluarkan album Off The Wall yang berhasil terjual 10 juta kopi di seluruh dunia. Tahun 1982 Michael Jackson melepas album Masterpiece,Thriller, yang bisa disebut mematok gaya baru dalam video musik.

Thriller disebut sebagai album yang paling laku terjual sepanjang masa dan menurut Guinness Book of World Record terjual 65 juta kopi. Setahun kemudian, penyanyi berbakat ini kembali menggebrak dunia dengan melakukan aksi moonwalk dalam acara TV.

Namun belakangan, Michael Jackson terlibat sejumlah masalah, antara lain didakwa melakukan pelecehan seksual. Bintang pop ini kemudian menyerahkan diri kepada polisi dan setelah proses pengadilan selama 5 bulan pada tahun 2005 ia dinyatakan tidak bersalah.

Salah seorang teman Michael, penyanyi Dionne Warwick, menyatkan kesedihannya. “Michael adalah teman dan tidak diragukan lagi ia merupakan salah satu enternainer terhebat di dunia. Saya beruntung dapat bekerja sama dengannya.”

Begitu kabar kematiannya tersebar, ratusan orang berkumpul di luar rumah sakit. Pintu masuk darurat UCLA Medical Center bahkan dipasangi garis polisi. Seorang warga New York City, Michael Harris, menggambarkan suasana pasca beredarnya kabar kematian Michael seperti peristiwa pembunuhan Kennedy. “Ini seperti saat Kennedy dibunuh. Saya akan selalu mengenang ada di Times Square ketika Michael Jackson meninggal dunia,” katanya.

Pada November 2008, Michael Jackson dikabarkan masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Mikail (Mikaeel) Jackson. Ia menolak menggunakan nama baru, Mustafa, dan lebih memilih nama Mikaeel (Mikail) yang lebih mirip dengan nama aslinya, Michael.

The Sun, Daily Telegraph, news.com.au, dan sejumlah situs berita lain saat itu memberitakan, sang penyanyi mengenakan busana khas Islam ketika mengikrarkan diri masuk Islam di rumah seorang temannya di Los Angeles. Jackson dikabarkan memutuskan untuk masuk Islam setelah berdiskusi soal agama dengan produser musik dan penulis lirik yang sudah lebih dulu masuk Islam saat menggarap album barunya.

The Sun memberitakan, penyanyi top asal Inggris yang sudah lama masuk Islam, Yousef Islam (Cat Stevens) turut menyambut gembira keislaman Jackson.

Pintu hidayah bagi Jackson mulai terbuka ketika ia sering berdiskusi soal Islam. Ia melihat banyak mualaf yang kehidupannya menjadi baik setelah menganut Islam. Saudaranya, Jermaine Jackson yang sudah lama masuk Islam, pernah meminta agar sang artis yang penuh kontroversial ini memilih Islam sebagai “pelindung”. Raja Pop, “King of Pop”, telah tiada. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un

Read more...

Sosok Pemimpin Ideal Dalam Pandangan Islam Untuk Pilpres 2009

Masyarakat Indonesia tidak lama lagi akan melaksanakan PILPRES sebagai sebuah perwujudan demokrasi politik yang telah menjadi sebuah agenda rutin lima tahunan di negeri kita tercinta ini. Pesta Demokrasi kali ini , sangatlah berbeda dengan yang pernah terjadi sebelumnya, dalam artian ini merupakan momentum awal peletakkan pondasi demokrasi dalam berpolitik kearah yang lebih baik dari yang sebelumya. Indikator ini terlihat dari kinerja KPU yang berusaha menciptakan regulasi atau sebuah aturan yang mengakomodir serta menginventarisasi keinginan seluruh anak bangsa yang terwakili dalam wadah partai politik.

PILPRES pada kali ini sangat seru, karena KPU mengagendakan program debat capres dan cawapres yang telah berlangsung dua putaran. Tentunya ini semua membuat kita meraba-raba, siapakah pemimpin yang pantas untuk memimpin Indonesia 2009-2014.Kita mencari pemimpin yang bertanggung jawab, baik itu moralitas, ucapan dan janji-janjinya, jangan sampai salah pilih lagi, karena merekalah nantinya yang akan mengembalikan kehormatan dan martabat bangsa ini ke arah yang lebih mulia, menenteramkan, serta memberikan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh anak bangsa. Paling tidak kita dapat memilih pemimpin yang dapat mengembalikan pondasi awal yang kokoh dalam penegakan hukum yang tegas atau low inforcement serta amanah dalam mengemban tugas mulia ini. Sebagaimana diungkapkan dalam Firman Allah dalam surah an-Nisa’ ( Q 4; 58) Yang artinya:
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah-amanah
kepada yang berhak menerimanya “
Ayat diatas menyebutkan kata jama’ “ amanah-amanah,” artinya banyak sekali amanat yang kita terima sebagai khalifatullah fil arldh, apalagi bagi seorang pemimpin yang terpilih diantara sesama manusia, tentunya ia lebih banyak mengemban amanah sebagai konsekwensi pribadinya menerima pemilihan itu. Memimpin merupakan tugas seorang pemimpin, dalam kamus besar bahasa Indonesia, memimpin diartikan dengan menuntun atau menunjukkan jalan, ibarat memegang tangan seseorang sambil sambil berjalan. Dalam al-Qur’an kata yang memiliki arti pemimpin adalah imâm. Menurut raghîb al-Ishfahâni, imâm berarti orang yang diikuti dengan segala aspeknya, baik itu dalam kebenaran maupun dalam kebathilan. Dengan demikian seorang pemimpin dapat berkonotasi ganda, yaitu sebagai penuntun kearah positif (baik) atau malah sebaliknya, kearah yang tidak baik atau negatif.
Di dalam al-Qur’ân lafaz Imâm terulang sebanyak 12 kali, 7 kali dalam bentuk tunggal 5 kali dalam bentuk jama’ dalam konteks yang berbeda-beda, seperti dalam Surah Yasîn; 12 lafaz imâm= Kitab ; Lauh Mahfuz). Berkaitan dengan konteks diatas, lafaz imâm sebagai teladan dalam kebaikan terdapat dalam surah al-Baqarah ; 124 ; al-Anbiyâ’ ;73, al-Furqôn ;74, al-Qashâs ; 5, al-Sajadah; 24. Sedangkan dalam QS : al-Taubah; 12, alQashâs ;41, mengenai pemimpin yang mengajak kepada kejahatan. Dan 1 kali tentang setiap ummat memiliki pemimpin yang bersifat baik maupun buruk QS: al-Isrâ’ ;71).
Menarik untuk diperhatikan, seluruh ayat yang berkaitan dengan pemimpin diatas, menggunakan kata ganti orang pertama ; jama’, kecuali QS ; al-Baqarah ;124, menggunakan orang pertama tunggal, dan al-Furqan ; 74 terkait dengan do’a. hal ini selain menunjukkan adanya keterlibatan pihak lain ( manusia ) selain Allah swt, dalam prosesi mengangkat / memilih pemimpin, juga menandaskan bahwa masalah memilih atau mengangkat pemimpin merupakan urusan manusia dan untuk kemashlahatan mereka. Karena itu Allah hanya memberikan rambu-rambu tertentu untuk memilih pemimpin yang berwibawa dan dapat diandalkan. Sedangkan manusialah yang terlibat langsung dalam masalah ini. Dengan demikian, pemimpin dari hasil pilihan manusia dapat saja baik atau sebaliknya buruk. Kondisi ini jelas berbeda dengan prosesi pengangkatan Nabi Ibrahim as, sebagai panutan ummat (Imam), karena yang akan dijadikan panutan adalah seorang Nabi, maka QS; al-Baqarah ;124, merujuk kata ganti tunggal yaitu Allah swt (innî jâ’iluka) yang berarti otoritas penuh mengangkat manusia pilihan.
Dari petunjuk ayat-ayat suci diatas, dapat ditemukan beberapa kriteria yang mesti dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Siapakah mereka yang layak disebut sebagai pemimpin ideal dalam pandangan al- Qur’ân ?. Penggalan lafadz ibtalâ menjelaskan bahwa pemimpin harus teruji terlebih dahulu. Baik itu menyangkut kesehatan fisiknya, intelektual maupun moralnya. Akan tetapi yang terpenting adalah kemampuan mengerjakan atau menyelesaikan masalah yang ada serta dapat memberikan solusi yang lebih memperioritaskan maslahah sebagaimana isyarat yang tertuang dalam lafadz faatammahunna yang akar katanya tamma.
Syarat lainnya, sekaligus realisasi dari terujinya moral pemimpin adalah kepatuhannya dalam menjalankan perintah agama (QS : al- Anbiyâ; 73) karena itu Nabi Muhammad SAW mewasiatkan agar tetap patuh; tidak memberontak kepada pemimpin selama dia masih mengerjakan shalat, walau kita membenci atau bahkan melaknatnya (HR Muslim). Sekalipun demikian pemimpin yang ideal tentu yang tidak dibenci apalagi dilaknat oleh masyarakatnya, akan tetapi berpihak kepada wong cilik (Mustad ‘afîn, renungkan QS: al- Qashas; 5) tidak hanya sebagai lipstik selain itu, sabar seperti dalam Surah (al- Sajadah; 24). Merupakan kriteria berikutnya bagi pemimpin yang ideal. Sabar bukan hanya dalam menghadapi cobaan dengan peristiwa maupun fenomena yang terjadi dalam negerinya, tetapi juga dalam melaksanakan atau mengakkan supremasi hukum tanpa pandang bulu tak takut terhadap ancaman pihak tertentu.
Menegakkan kebenaran dan keadilan bukanlah sesuatu hal yang gampang seperti membalik telapak tangan, sebab itu dapat dipahami kenapa pemimpin yang adil merupakan yang pertama-tama dari tujuh golongan yang akan mendapat jaminan perlindungan dari Allah SWT di akhirat nanti (Hadits Muttafaq `alaih). Dari sekian kriteria yang dikemukakan, dalam al-Qur’ân terdapat dua kriteria yang menurut analisa Quraih Shihab merupakan kriteria pokok yang mesti disandang oleh seorang pemimpin. Kedua hal itu hendaklah diperhatikan dalam memilih pemimpin. Kriteria yang dimaksud adalah kuat dan amanah seperti yang termaktub dalam Surah al-Qashas ; 26 , pengangkatan Yusuf as sebagai kepala logisitik kerajaan Mesir juga berkaitan dengan dua sifat ini sebagaimana yang termaktub dalam (QS; Yusuf; 54 ). Oleh karena itu Nabi Saw menasehati Abu Dzar untuk tidak menerima jabatan pemimpin karena lemah ( HR. Muslim). Tentu tidaklah mudah menemukan orang yang memiliki dua kriteria ini sekaligus, akan tetapi apabila kita perhatikan para kandidat legislatif dan eksekutif yang sering tampil di media masa maka dua kriteria tersebut masih banyak terdapat pada kriteria mereka walaupun sebagian besar telah mempunyai catatan hitam di masa lalu.
Kita diwariskan oleh baginda Rasulullah Saw, dengan dua pegangan yaitu al-Qur’an dan Hadits, oleh sebab itu apabila mendapatkan permasalahan-permasalahan dalam hidup, maka jangan jangan ragu untuk merujuk kembali kepada kedua warisan berharga ini. Sebagaimana kita ketahui bersama pada akhir-akhir ini, berapa banyak pemimpin-pemimpin negeri tercinta ini yang terpilih tetapi mempunyai sifat yang tidak terpuji dan tercela diantaranya adalah sifat munafik, sifat munafik ini merusak amanat , dan amanat adalah salah satu kriteria yang paling fundamental yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Akibat sifat kemunafikan itu, banyak terjadi penghianatan terhadap amanah, banyak program terbengkalai, banyak rakyat dikecewakan dan dirugikan, serta kekayaan negarapun diselewengkan. Janji-janji mereka yang ingin memberantas KKN ternyata hanya tipuan dan pemanis mulut semata, hukum tajam kebawah tumpul keatas, penegakan hukum tegas dan keras bagi rakyat kecil, tetapi lemah dan berbelit-belit bagi kalangan berduit dan yang memegang jabatan. Ini tidak lain dan tidak bukan diakibatkan oleh sifat munafik yang melekat pada diri mereka, kemunafikan merupakan sikap atau perbuatan yang bertentangan antara lahir dan batin; lahirnya baik, tetapi batinnya jahat; mulutnya manis, tetapi hatinya pahit, mulutnya mengatakan kawan, tetapi dalam hatinya sesungguhnya musuh bebuyutan. Rasulullah Saw bersabda:
“ Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila ia berkata ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat”
Pilpres kali ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk ekstra hati-hati memilih pemimpin yang akan memimpin negara tercinta ini. Pilihlah pemimpin yang bersifat amanah dan tegas dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, lihatlah track record mereka di masa lalu, jangan sampai tergoda dengan janji manis yang tak pernah terpenuhi, kita diberikan akal dan wahyu sebagai cahaya yang dapat menyinari kita dalam kegelapan kehidupan, pergunakanlah secara proporsional dan bijaksana, semoga pemimpin yang kita pilih dapat mengemban amanat ummat, jadi dalam pilpres 2009 ini kita pilih pemimpin yang kalau kita timbang lebih banyak kebaikannya daripada keburukannya, sehingga apa yang kita lakukan punya nilai positif dalam meletakkan pondasi awal demi mencapai sebuah negara yang diberkahi dan diridhoi Allah Swt, Amin.

جَعَلَنَااللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنْ عِبَادِهِ المُخْلِصِيْنَ, وَأَدْخَلَنَا مِنْ عِبَادِهِ المُتَّقِيْنَ,وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ
خَيْرُ الَّراحِمِيْنَ.

Read more...

Memotivasi Diri Untuk Belajar Ilmu Syar’i

>> Selasa, 23 Juni 2009

Saat ini, orang yang mau belajar dan menekuni ilmu syar’i sudah sangat langka, yang banyak adalah belajar ilmu syar’i sekedarnya. Misalnya, sekali seminggu menghadiri pengajian, mengikuti kursus-kursus singkat, membaca buku terjemahan, atau sekedar mengikuti mata pelajaran agama di sekolah yang porsinya sangat kurang. Akibatnya, banyak umat Islam yang buta akan ajaran agamanya. Jangankan pengetahuan ilmu syar’i secara umum, hal-hal yang wajib diketahui dalam uru-san agama pun banyak yang tidak tahu.

Yang dimaksud ilmu syar’i (agama) di sini, bukanlah sembarang ilmu agama, namun ilmu syar’i yang benar-benar shahih berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan manhaj (pemahaman dan pengamalan) para ulama Salaf.

Kedua, yang dimaksud ilmu syar’i di sini adalah yang menghantarkan seseorang kepada takwa (Lihat QS. Fathir: 28), sehingga ia selalu menjaga keta’atan kepada Allah, baik ketika sendiri maupun di tengah banyak orang.

Ketiga, ilmu syar’i yang kita maksud di sini adalah yang mendorong pemiliknya untuk mengamalkannya. Ia tidak sekedar wacana, teori atau sekedar pengetahuan.

Sebab Kurangnya Motivasi

Ada banyak sebab sehingga seseorang kurang atau tidak termotivasi belajar ilmu syar’i. Di antara yang terpenting adalah:

Pertama, Tidak Mengetahui Tingginya Kedudukan Ilmu Syar’i.

Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wasalam menyatakan, artinya: “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan untuknya, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Bukti Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba adalah dengan menganugerahinya pemahaman ilmu syar’i. Mereka itulah ulama, pewaris para nabi, penjaga syari’ah dan kemurnian agama Allah (Lihat QS. At-Taubah: 122). Ibnu Qayyim Rahimahullaah berkata: “Barangsiapa mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, maka ia termasuk orang-orang shiddiqin, yang derajatnya setelah derajat para nabi ‘alaihimus salam.”

Kedua, Tidak Mengetahui Kewajiban Mencari Ilmu Syar’i.

Memang, tidak semua ilmu syar’i wajib kita ketahui secara luas dan mendalam. Misalnya harus memahami ilmu tafsir, hadits, aqidah, fiqh, faraidh dsb, sebab yang demikian itu adalah tugas para ulama (Lihat QS. At-Taubah: 122). Tetapi di dalam Islam, ada ilmu yang hukum mempelajarinya adalah fardhu ain (wajib bagi setiap individu muslim). Yaitu ilmu syar’i yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah yang dikerjakan seseorang. Seperti syahadat, shalat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu, dsb. Artinya, orang yang mengerjakan shalat misalnya, harus terlebih dahulu belajar tentang shalat secara benar sesuai tuntunan RasulAllah . Bila tidak belajar tentang tata cara shalat, maka dia berdosa sebab berakibat pada berbagai kesalahan dalam shalatnya, demikian juga dengan amalan yang lain.

Ketiga, Terjangkit Penyakit Cinta Dunia dan Takut Mati.

Kini mayoritas umat Islam memandang sesuatu dengan kaca mata duniawi. Artinya, sejauh mana sesuatu itu bisa mendatangkan manfaat materiil dan bisa menjamin kesejahteraannya di dunia. Karena dalam pandangan mereka ilmu syar’i tidak menjanjikan kekayaan, jabatan dan popularitas maka mereka enggan mempelajarinya. Padahal bila manusia hidup sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani (materi), maka tidak ada bedanya dengan binatang. (Lihat QS. Muham-mad:12) Pemenuhan kebutuhan jasmani tidak menjamin kebahagiaan dan ketenangan. Kebahagiaan letaknya di hati, sedangkan hati makanannya adalah ilmu syar’i yang mendekatkannya kepada Allah Maha Pemberi, yang memberikan kebahagiaan hakiki, di dunia maupun di akhirat.

Agar TermotivasiI Belajar Ilmu Syar’i

1. Ikhlas Karena Allah.
Sarana terbesar untuk memotivasi seseorang belajar ilmu syar’i adalah niat yang ikhlas dan jujur kepada Allah. Orang yang belajar karena Allah semata, akan mendapatkan pertolongan Allah, sehingga semangatnya terus berkobar. Imam Ibnu Jamaah rahima-hullah menegaskan tentang ikhlas: “Hendaknya dalam belajar ia memaksudkan hanya untuk mengharapkan ridha Allah, mengamalkannya, meng-hidupkan syari’ah-Nya, menerangi hatinya, menghiasi batinnya dan untuk mendapatkan janji Allah bagi para ahli ilmu. Sebaliknya, tidak untuk mendapatkan hal-hal duniawi, seperti kepemimpinan, jabatan, harta, dan pujian manusia !
Jika seseorang merasa kurang ikhlas, maka jangan lantas berhenti menuntut ilmu, tetapi wajib memaksa dirinya untuk ikhlas karena Allah, berusaha terus memperbaiki niat dan membersihkannya. Bila dia benar-benar jujur kepada Allah untuk mencapai keikhlasan, insya Allah ia akan dimudahkan Allah.

2. Mengenal Perjuangan Ulama Salaf Dalam Menuntut Ilmu.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah ditanya, “Bagaimana hasrat tuan ter-hadap ilmu?”Beliau manjawab, “Saya seperti mendengar kata-kata yang tidak pernah saya dengar. Saya bahkan ingin agar saya punya banyak pendengaran, supaya bisa menikmati seperti yang dinikmati oleh kedua telinga saya”. “Bagaimana kerakusan anda terhadap ilmu?” Beliau menjawab,“Seperti rakusnya pencari harta yang mencapai puncak kenikmatan karena hartanya.’ ‘Bagaimana tuan mencari ilmu?’ beliau menjawab ‘Seperti seorang ibu yang bingung mencari anaknya, yang semata wayang’. Ibnu Asakir dalam menceritakan Abu Manshur Muhammad bin Husain An-Naisaburi berkata, ‘Beliau terus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, meski dalam kondisi fakir. Bahkan beliau meng-ulangi dan menulis pelajarannya di bawah sinar rembulan, karena tidak mampu membeli minyak lampu.’

Ibnu Katsir berkata, ‘Ilmu tidak bisa diperoleh dengan leha-leha.’ Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi berkata, ‘Untuk menuntut ilmu hadits, saya mengalami kencing darah dua kali, pertama di Baghdad dan kedua di Makkah. Hal itu karena saya berjalan dengan kaki telanjang di tengah sengatan terik matahari. Saya tidak pernah naik kendaraan saat mencari hadits kecuali sekali, dan saya selalu membawa kitab-kitab di punggung saya.’ Sementara Imam Baqi bin Mukhallad Al-Andalusi pada tahun 221H berjalan kaki dari Andalus (Spanyol) ke Baghdad untuk menemui dan belajar kepada Imam Ahmad.

3.Mengetahui Penyesalan Ulama Salaf Atas Hilangnya Kesempatan Menuntut Ilmu.
Ahmad bin Ibrahim Al-Abbas berkata, ‘Ketika sampai berita wafatnya Imam Muhammad Ar-Razi, saya masuk kamar dan menangis. Keluargaku mengerumuniku dan bertanya, ‘Apa yang menimpamu?’ ‘Imam Muhammad Ar-Razi telah wafat, kalian melarangku ke sana untuk menuntut ilmu,’ jawab-ku. Akhirnya mereka mengizinkanku mencari ilmu kepada Syaikh Hasan bin Sinan.’ Abu Ali Al-Farisi berkata: ‘Terjadi kebakaran besar di Baghdad, semua kitabku terbakar, padahal saya menulisnya dengan kedua tanganku. Selama dua bulan saya tidak kuasa berbicara dengan seorang pun, karena kesedihan dan duka yang dalam, bahkan beberapa saat saya dalam keadaan linglung.’ Imam Syu’bah bin Al-Hajjaj berkata, ‘Saya ingat, saya pernah ketinggalan tidak mendengar satu hadits dari Syaikh saya, sehingga saya sakit (karena sangat menyesal dan sedih akibat ketinggalan tersebut).

4. Mengetahui Bagaimana Para Ulama Salaf Tidak Tidur Untuk Menuntut Ilmu.
Dikisahkan, Imam Asad bin Al-Furat melakukan perjalanan ke Iraq un-tuk belajar kepada Syaikh Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani Rahimahullaah. Imam Asad berkata, “Saya orang asing dan bekalku hanya sedikit, bagaimana agar saya bisa belajar lebih dari sekedar mengikuti kajian tuan?” Syaikh Asy-Syaibani menjawab, “Tetaplah ikut kajian pada siang hari, dan saya khususkan waktu malam untuk mengajarimu sendirian. Menginaplah di rumahku dan kamu akan saya ajari ilmu’. Imam Asad berkata, “Maka saya pun menginap di rumah beliau, beliau mendatangiku dengan membawa seember air. Beliau lalu membacakan ilmu untukku, jika malam telah larut dan aku mengantuk, beliau mengambil air dan memercikkannya ke mukaku, sehingga saya bersemangat lagi. Demikian terus berlalu, sehingga saya selesai belajar ilmu apa saja yang saya inginkan.”

Abul Qasim Al-Muqri’ berkata, Imam Al-Hazimi senantiasa menelaah kitab dan mengarang hingga terbit fajar. Seseorang kemudian berkata kepada pembantunya, ‘Jangan kamu berikan minyak untuk pelitanya, barangkali beliau istirahat malam itu.’ Ketika malam tiba, Imam Al-Hazimi meminta minyak kepada pembantunya. Lalu dijawab, minyaknya telah habis. Imam Al-Hazimi lalu masuk ke rumahnya dan shalat di dalam kegelapan malam sampai terbit fajar.’

5. Menjauhi Teman-Teman Yang Malas.
Di antara pembunuh semangat belajar ilmu syar’i adalah berteman dengan orang-orang ahli maksiat. Tidak kalah bahayanya adalah bergaul dengan orang-orang yang malas serta enggan melakukan kegiatan positif dan bermanfaat. Abu Hurairahzberkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasalam bersabda: “Seseorang itu tergantung agama kawannya. Karena itu, hendaknya salah seorang dari kamu melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

6. Merasakan Bahwa Anda Terus Berperang dengan Setan.
Setan adalah musuh bebuyutan anak cucu Adam. Mereka menghalangi setiap muslim dari menjalankan kebaikan, termasuk mencari ilmu. Di antara cara setan dalam menghalangi manusia dari mencari ilmu syar’i adalah:

Pertama, menunda-nunda belajar. Setiap kali seseorang ingin mempelajari ilmu dan membaca, setan membisikinya dengan mengatakan, tunda saja besok pagi, sekarang waktunya tidak tepat. Demikian dilakukan setan setiap saat, sampai orang itu menjadi tua, dan tidak berkesempatan mempelajari agamanya.

Kedua, dibisiki bahwa ilmu syar’i tidak akan bisa mengubah sesuatu pun bagi kondisinya sekarang. Argumen ini dapat kita bantah dengan melihat keadaan para pembaharu dan ulama Salaf. Seperti yang terjadi pada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Senjata mereka dalam memperbaiki keadaan adalah hujjah (dalil) dan ilmu.

Ketiga, membisiki bahwa dirinya tidak akan mampu belajar ilmu syar’i. Apalagi jika yang bersangkutan adalah orang awam yang baru saja bertaubat kepada Allah. Ia merasa tidak bisa menuntut ilmu agama karena terbiasa dengan kemaksiatan dan kemalasan. Ia merasa sulit menghilangkan masa lalunya, sehingga sulit pula belajar ilmu syar’i.

Untuk mengobati penyakit ini ada dua hal penting yang harus diingat, pertama, merubah kebiasaan masa lalu yang buruk menjadi kebiasaan yang terpuji dengan terus melawan hawa nafsu dan membiasakan kebaikan, dan kedua, hendaknya ia merenungkan keadaan para penuntut ilmu. Di antara mereka dahulunya ada orang-orang yang sesat, kemudian Allah menganugerahkan hidayah dan istiqamah kepada mereka, maka mereka menjadi giat menuntut ilmu. Mengapa ia tidak berusaha seperti mereka?

Read more...

RAJAB BULAN ISTIGHFAR

>> Senin, 22 Juni 2009

Besok kita telah berada pada tanggal 1 Rajab. itu berarti kita telah memasuki bulan yang penuh dengan keutamaan, kemuliaan dan penghormatan. Bulan yang sangan tepat untuk memperbanyak amal ibadah dan istighfar guna memasuki bulan Sya’ban dan persiapan menyambut Ramadhan.

Ibarat menanam tanaman, Rajab adalah bulan kita menanam benih-benihnya, Sya’ban kita menyirami dan memupuknya, sedang Ramadhan kita memanen hasilnya. Itulah keterkaitan tiga bulan tersebut. Demikianlah apa yang dikatakan oleh Imam Abu Bakar Al Warraq Al Balkhi. Beliau juga berkata, “Perumpamaan Rajab seperti angin, Sya’ban seperti awan (mendung)nya dan Ramadhan ibarat hujannya”.

Rajab tergolong salah satu dari Al Asyahrul Hurum, bulan-bulan penuh kehormatan dan kemuliaan, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW.

Diantara kemuliaan yang ada di dalam bulan Rajab, adalah terkabulnya doa-doa hamba di dalamnya, terutama pada malam pertamanya, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): “Lima malam, tidak akan ditolak doa-doa didalamnya: awal Rajab, malam nisfu Sya’ban, malam Jum’at, malam Idul Fitri dan malam an Nahr(Idul Adha)”.(HR. Ibnu ‘Asakir)

Rajab adalah bulan Allah SWT yang dituangkan di dalamnya rahmat kepada hamba-hambaNya. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

“Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadahan bulan umatku”(Hadits mursal dari Al Hasan AL Bashri)

dengan berdasarkan hadits di atas, maka sebagian Ulama’ menyebutkan bahwa Rajab adalah bulan istighfar dan taubat kepada Allah sesuai dengan istilah ‘Rajab bulan Allah’. Sebagai hamba Allah, hendaknya di bulan Allah ini kita banyak bertaubat kepadaNya, kembali kepadaNya dan meminta maaf sepenuh hati ke hadirat Ilahi, agar benar-benar diampuni dan didekatkan kepadaNya.

Sedangkan Sya’ban sebagai bulan Nabi Muhammad SAW, maka sepantasnya dan layak untuk kita memperbanyak sholawat dan salam kepada beliau SAW dil bulan ini. Adapun Ramadhan seperti kita ketahui adalah bulan yang didalamnya diturunan Al Qur-an, maka hendaknya seorang hamba mengisi waktunya selama Ramadhan dengan banyak membaca AlQur-an disamping ibadah-ibadah yang lain.

Dalam kitab An Nafahat An Nuraniyyah, Syeikh Yusuf Khattar menyebutkan bahwa bulan Rajab memiliki 14 nama, dan banyaknya nama tersebut cukuplah menunjukkan kemuliaan dan kehormatannya. Nama-nama tersebut adalah: Rajab, Syahrullah (bulan Allah), Rajab Mudhar, Munshilul Asinnah, Al Ashom, Al Ashob, Munaffis, Muthahhir, Ma’alla, Muqim, Harim, Muqasyqisy, Mubarri’ dan Rard.

Selain istighfar, ibadah yang dianjurkan dilakukan di bulan Rajab adalah berpuasa, sekalipun tidak ada hadits khusus yang menyebutkan tentang keutamaan puasa di bulan Rajab ini secara khusus, tetai sudah termasuk dalam keumuman sunnahnya berpuasa pada Al Asyahrul Hurum, sebab Rajab termasuk Al Asyahrul Hurum.

Diriwayatkan dari ‘Urwah dia bertanya kepada Abdullah bin Umar,”Apakah Rasulullah SAW berpuasa di bulan Rajab?”, Ibnu Umar menjawab, “Benar dan beliau SAW memuliakannya”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Paling sedikit puasa di bulan Rajab satu hari, yakni di hari pertama. Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah Al Bahiliyah dari ayahnya, Rasulullah bersabda (yang artinya): Berpuasalah kalian di bulan-bulan haram atau tinggalkan (puasa).” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Achmad).

Sedangkan kita sudah mengetahui bahwa Rajab termasuk bulan-bulan haram (Al Asyhurul Hurum). Maka hadits tersebut di atas secara umum juga menunjukkan kesunahan puasa di bulan Rajab.

Diriwayatkan pula dari Abu Qilabah, seorang pembesar Tabi’in, beliau berkata,”Di surga terdapat sebuah istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang puasa di bulan Rajab”. Perihal Abu Qilabah, Imam Baihaqi berkata,”Beliau adalah pembesar Tabi’in, tidaklah beliau menyampaikan sesuatu kecuali karena mendengar generasi di atasnya (para sahabat)”.

Maka dari itu tersebutlah beberapa ulama salaf yang melakukan puasa Rajab sebulan penuh seperti Imam Abdullah bin Umar, Hasan Al Bashri, Abu Ishaq As Sabi’iy dan lainnya.

Lain lagi dengan Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Sa’id Al Anshori beliau tidak menyukai berpuasa sebulan penuh dalam bulan Rajab karena ada keterangan dari sahabat Abdullah bin Abbas bahwa beliau tidak senang jika Rajab dipakai puasa sebulan penuh. Oleh karenanya untuk menghindari hal tersebut, kata Imam Ahmad bin Hambal :”Hendaknya seseorang tidak puasa satu atau dua hari di bulan Rajab”.

Hal ini rupanya sejalan dengan pendapat Imam Asy Syafi’i, beliau berkata:

“Aku tidak suka jika seseorang berpuasa sebulan penuh seperti dia berpuasa Ramadhan. Alasannya adalah jangan sampai perbuatannya tadi diikuti oleh masyarakat awam (yang jahil) sehingga dikhawatirkan mereka akan menyangka bahwa hal itu hukumnya wajib. Dan akan hilang kemakruhan mengkhususkan Rajab dengan puasa tersebut, jika digabung dengan puasa sunnah lainnya, seperti puasa Rajab sebulan penuh dan dilanjutkan dengan puasa Sya’ban. (maka yang demikian tidaklah makruh)”.

Hadits lain yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab, antara lain, Imam Ath Thabarani meriwayatkan dari Sa’id bin Rasyid, Rasulullah SAW bersabda, (yang artinya):

“Barang siapa berpuasa sehari di bulan Rajab, laksana ia puasa setahun. Bila berpuasa tujuh hari, ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam. Bila berpuasa delapan hari, dibukakan untuknya delapan pintu surga. Bila berpuasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya..”

meski begitu, menurut Imam Suyuthu dalam al Haawi lil Fataawi, hampir semua hadits tentang puasa Rajab tersebut berstatus Dha’if (kurang kuat). Akan tetapi hadits dha’if sebagaimana disepakati Ulama ahli hadist, dapat digunakan untuk memotivasi diri dalam fadhailul A’mal (mengerjakan amal-amal kebajikan), selagi tidak terlalu berat ke-dha’ifan-nya atau tidak ada dalam sanadnya seorang rawi yang suka berdusta atau dituduh suka berdusta.
Ada lagi satu amalan yang hendaknya kita ikuti dari Rasulullah, yaitu berdoa di bulan Rajab sebagaimana telah beliau ajarkan. Dari sahabat Anas bin Malik dia berkata, Rasulullah SAW jika telah memasuki bulan Rajab beliau banyak berdoa: Allohumma baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan ( yang artinya: ya Allah berikanlah keberkahan buat kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan).

Read more...

NAMIMAH (MENGADU DOMBA)

Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan dan yang menyulut api kebencian serta permusuhan antar sesama manusia.

Allah mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (Al-Qalam: 10-11).
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah, disebutkan,
“Tidak akan masuk Surga al-qattat (tukang adu domba).”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 10/472. Dalam An-Nihayah karya Ibnu Atsir, 4/11 disebutkan:” …Al-Qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada yang lain dengan tujuan mengadu domba.)

Ibnu Abbas meriwayatkan,
“(Suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah kebun di antara kebun-kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar dua orang sedang disiksa di dalam kuburnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Keduanya disiksa, padahal tidak karena masalah yang besar (dalam anggapan keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam sebuah riwayat disebutkan, “Padahal sesungguhnya ia adalah persoalan besar.”). Salah seorang di antaranya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan seorang lagi (karena) suka mengadu domba.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 1/317.)

Di antara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan yang dilakukan seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya, dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain.
Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan tujuan untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini hukumnya haram.

Read more...

LAKI-LAKI MEMAKAI PERHIASAN EMAS

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dihalalkan atas kaum wanita dari umatku sutera dan emas, (tetapi keduanya) diharamkan atas kaum lelaki mereka.”( Hadits marfu’ dari Abu Musa Al-Asy’ari, riwayat Imam Ahmad, 4/393; Shahihul Jami’, 207.)

Saat ini, di pasar atau di toko-toko banyak kita jumpai barang-barang konsumsi laki-laki yang terbuat dari emas. Seperti jam tangan, kaca mata, kancing baju, pena, rantai, medali, dan sebagainya dengan kadar emas yang berbeda-beda. Ada pula yang sepuhan. Termasuk jenis kemungkaran dalam masalah ini adalah, hadiah yang diberikan pada sayembara-sayembara dan pertandingan-pertandingan, Misalnya, sepatu emas, jam tangan emas pria, dan sebagainya.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat cincin emas di tangan seorang laki-laki, maka serta merta beliau mencopot lalu membuangnya. Kemudian beliau bersabda,
“Salah seorang dari kamu sengaja (pergi) ke bara api, kemudian memakainya (mengenakannya) di tangannya! ”Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi, kepada lelaki itu dikatakan, “Ambillah cincinmu itu dan manfaatkanlah !” Ia menjawab, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan mengambilnya, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah membuangnya.”( Hadits riwayat Muslim, 3/1655.)

Read more...

Petuah Guru Bijak

>> Minggu, 21 Juni 2009

Guruku yang bijak berwajah teduh berkata
Rahasia kecil kebahagiaan adalah
memusatkan perhatian pada kebaikan

dalam diri orang lain

Sebab kata Beliau
hidup bagaikan lukisan

Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun
lihatlah dibawah sinar yang terang
bukan ditempat yang tertutup dan gelap
sama halnya sebuah gudang

Beliau bilang
Rahasia kebahagiaan adalah
tidak menghindari kesulitan

dengan memanjat bukit bukan meluncurinya
maka kaki seseorang tumbuh menjadi kuat


Guruku nan bijak berwajah teduh
tersenyum hangat sambil teruskan
Rahasia kebahagiaan adalah
melakukan segala sesuatu bagi orang lain

Beliau bilang
air yang tak mengalir tidak berkembang

namun air yang mengalir dengan bebas
selalu jadi segar dan tambah jernih

aku terdiam dilantunan dalam

bestari bening katanya

mencoba resapi setiap bait
agar kumampu hujam di palung hatiku

aku bertanya sendiri pada hatiku
apakah aku punya kebahagiaan sehebat itu
yang disebutnya dengan kecil
tapi sungguh luas maknanya

walau tak mudah
kucoba tuk panjati bukit

menguatkan sepasang kakiku
sambil menyebut rindu namaMU
Filed under: Uncategorized

Read more...

Mengapa Engkau Mencintai Dunia, dan Menjauhi Akhirat?

>> Jumat, 19 Juni 2009

Senja menjelang matahari tenggelam. Di langit masih nampak semburat matahari yang akan sirna, karena akan datangnya malam. Jalan-jalan mulai sepi. Orang-orang mulai masuk ke rumah mereka. Diantara mereka ada, yang sedang berjalan menuju ‘baitullah’, tak jauh dari rumah mereka. Tetapi, ada seorang lelaki yang berjalan, terus menelurusi jalan yang berliku-liku, menuju sebuah bukit. Ia melangkah terus menuju sebuah bukit, hingga bayangannya tak nampak lagi.

Sungguh tak ada yang menyangka, bahwa laki-laki yang dengan kesendiriannya itu, dan berjalan menelurusi bukit, yang berbatu dan berbelok, di senja hari itu, tak lain adalah Rasulullah Shallahu alaihi wassalm, yang sore pergi ke kuburan Uhud. Uqbah bin Umair, suatu ketika menuturkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, pergi ke kuburan Uhud. Rasulullah menshalati mereka, sesudah delapan tahun mereka dikuburkan seperti seorang yang mengucapkan kalimat perpisahan kepada orang-orang yang meninggal.

Usai menshalati para pejuang Uhud itu, Rasulullah lalu menyampaikan do’anya, yang lirih dengan penuh kekhusukkan. “Aku adalah pendahulu kalian dan saksi atas kalian. Tempat bertemu kalian adalah telaga, dan aku benar-benar melihat dari tempatku berdiri ini. Aku tidak khawatir kalian akan syirik, akan tetapi aku khawatir kalian akan bersaing memperebutkan dunia”, ungkap Rasulullah.


Kemudian, Uqbah bin Umair menyatakan : “Itu adalah saat terakhir aku melihat dan memandang Rasulullah Shallahu alaihi wassalam”. (HR. Bukhari dan Muslim). Betapa bahagianya orang-orang yang dapat melihat dan memandang serta bertemu dengan kekasihnya Rasulullah Shallahu alaihi wassalam itu. Mereka yang dapat bertemu dengan Rasulullah itu, bagaikan mendapatkan air, ketika terik matahari pandang pasir, yang memanggang sekujur tubuh, dan kering-kerontangnya tenggorokkan, tiba-tiba mendapatkan tetesan air. Tetesan air kebahagian dari perjumpaannya dengan Rasulullah. Betapa mereka akan berbahagia kelak, di hari akhirat, yang mendapatkan do’a dan shafaat dari Rasulullah. Seperti mereka pejuang Uhud, yang dido’akan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wassalam.

Betapa, ketika itu Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, yang menjadi panutan dan tempat kembali para ummatnya, yang menginginkan arahan dan do’a, justru Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, tidak mengkhawatirkan umatnya terjatuh ke dalam lembah syirik. Tetapi, yang dikhawatirkan Rasulullah adalah kalau-kalau umatnya banyak yang jatuh ke dalam pelukan dunia, dan bersaing memperebutkan dunia. Dunia telah menjadikan manusia yang hina. Dunia telah menjadikan manusia tidak berharga. Dunia telah menjadikan manusia sebagai seekor binatang, dan lebih hina dibandingkan dengan binatang. Karena itu, Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, mengkhawatirkan umatnya, jika nantinya bersaing memperebutkan sekerat kehidupan dunia.

Dalam riwayat yang lain disebutkan : “Akan tetapi aku khawatir kalian akan besaing memperebutkan dunia. Kalian akan berbunuhan dan akhirnya kalian binasa seperti orang-orang sebelulm kalian”, ujar Baginda Rasulullah Shalllahu alaihi wassalam. Uqbah bin Umair meriwayatkan ketika, belaiu melihat terakhir Rasulullah, dan berkata : “Aku adalah pendahulu kalian. Aku saksi kalian. Demi Allah, aku sekarang melihat telagaku. Aku diberi kunci gudang-gudang bumi atau kunci-kunci bumi. Dan demi Allah, aku tidak khawatir kalian akan syirik setelah aku mati, tetapi aku khawatir kalian akan bersaing memperebutkan dunia”.

Sesungguhnya, dengan kalimat itu Rasulullah ingin memperingatkan kita untuk tidak besaing dalam mencintai dunia dengan cara yang menjadikan kita lalai untuk mengingat Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya.

“ Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang bebuat demikian, maka emreka itulah orang-orang yagn merugi”. (al-Munafiqun : 9).

Selanjutnya, Abu Hurairah menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, bersabda : “ Ketahuilah, dunia itu terlaknat dan terlaknat pula seluruh yang ada di dunia, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang mengikutinya, serta seorang ulama atau pelajar”. (HR.Tirmidzi)
Maka, jika kita ingin memahami dunia dan hakikat dunia, cukuplah kita membaca firman Allah Ta’ala :

“Sesungguhnya perumpaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karna air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datangnya kepada azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir”. (Surah Yunus : 24).

Semoga manusia mau menyadari bahwa apa yang ada di dunia ini, semua fana, dan akan lenyap, tanpa bersisa. Kejarlah dunia, hingga nafasmu habis, dan tenagamu tak bersisa, niscaya manusia tak pernah mendapatkan kepuasan dengannya. Manusia yang lalai dengan dunia, maka diakhirat kelak, tentu akan menjadi hina. Tak mampu lagi berdiri tegak dihadapan Allah Azza Wa Jalla. Dan, segeralah manusia memohon ampun dan tobat serta kembalilah kepada mengingat Allah, yang maha kekal, selama-lamanya, dan yang maha hidup, tak pernah tidur, serta senantiasa akan menjaga hamba-hambanya yang selalu mengingat-Nya.

Mengapa umurmu, engkau habiskan hanya berbuat sia-sia yang tak berharga, dan tak bernilai, sehingga engkau meninggalkan kemuliaan, yang sudah dijanjikan oleh oleh Allah Ta’ala. Kembalilah. Dan, tinggalkan dunia ini, dan gapailah kemuliaan di akhirat, yang pasti akan datang. Wallahu’alam. [erm]

Read more...

13 WASIAT RABBANI (Pesan Moral Untuk Perbaikan Ummat)

>> Rabu, 17 Juni 2009

Pendahuluan

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan memuat berbagai manfaat dan fungsi yang sangat besar bagi manusia. Di antaranya adalah sebagai syifa’ (obat) baik untuk penyakit badan maupun penyakit hati, ia juga merupa-kan Nur (cahaya) yang menerangi langkah hidup manusia. Al-Qur’an merupakan Hudan dan Furqan (petunjuk dan pembeda) yang menunjukkan ke jalan yang lurus serta membedakan antara yang hak dan yang batil dan masih banyak lagi nama-nama lain dari Al-Qur’an yang masing-masing menunjukkan fungsinya.

Sebagai umat Islam, kita selayaknya dapat mengambil dan memetik manfaat yang melimpah ruah ini, yaitu dengan cara mempelajarinya, merenungkan, dan memikirkan kandungan-nya, serta mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya. Karena dengan itu kita akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia sebagaimana dijanjikan Allah subhanahu wata’ala dan di akhirat kelak kita termasuk orang-orang yang beruntung.

Salah satu pengajaran tertinggi dari Al-Qur’an adalah seperti termuat di dalam surat Al-Israa’ dari ayat 23 hingga 39. Andaikan orang mau mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, tentu sudah cukup untuk menata setiap pribadi dan masyarakat, apalagi dengan mengamalkan ayat-ayat yang lainnya. Inilah di antara sebab yang mendorong kami untuk menyajikan tema ini.

Di dalam surat Al-Isra’ ayat 23-39 ini terdapat pesan atau wasiat Allah subhanahu wata’ala kepada umat manusia yang mencakup aspek pribadi dan sosial kemasyarakatan. Kalau kita mau mencermati dan memikirkan isi ayat-ayat tersebut, maka sungguh akan kita dapati sebuah pengajaran yang tidak tertandingi sehingga tak ada alasan bagi manusia manapun untuk berpaling dan lari dari Al-Qur’an lalu mencari sumber pengajaran lain apalagi yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an.

Kita telah sering mendengar ungkapan bahwa yang paling tahu tentang keadaan suatu benda atau barang adalah pembuatnya. Sehingga jika ada kerusakan atau untuk mengetahui bagaimana cara merawatnya maka harus mengikuti petunjuk pabrik atau perusahaan pembuatnya. Demikian pula manusia adalah ciptaan Allah subhanahu wata’ala, maka yang paling tahu tentang manusia adalah penciptanya yaitu Allah subhanahu wata’ala. Dia lebih mengetahui mana yang baik dan buruk untuk manusia, mana yang berbahaya dan berguna, mana yang merusak dan membangun dan demikian seterusnya.

Maka kinilah saatnya setiap kita untuk kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita gali kandungan dan isinya, kita hayati dan fikirkan, lalu kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbagai tatanan hidup yang diletakkan di atas selain tatanan Islam terbukti telah gagal mengantarkan manusia sebagai umat terbaik, sedangkan Al-Qur’an telah terbukti menjadikan umat yang mau berpegang dengannya menjadi manusia-manusia beradab dan bermartabat.

Semoga risalah ini memberikan manfaat bagi penyusun khususnya, para generasi muda, remaja dan masyarakat muslim pada umumnya.

Wasiat Pertama; Menyembah (Beribadah) Hanya Kepada Allah subhanahu wata’ala

Firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (QS. Al-Israa’: 23).

Ayat ini sekaligus merupakan larangan keras menyekutukan Allah subhanahu wata’ala dengan sesuatu apa pun, karena syirik (menyekutukan Allah) merupakan dosa yang tidak diampuni sebelum pelakunya bertaubat.

Wasiat ke Dua; Berbakti Kepada Dua Orang Tua

Firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa’: 23)

Di antara bentuk-bentuk berbuat baik (birrul walidain) kepada orang tua, sebagaimana dalam kelanjutan ayat adalah:

1. Tidak berkata “ah” atau membentak mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan-mu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka.” (QS. Al-Israa’: 23)

2. Berkata yang Baik. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’: 23)

3. Merendah terhadap Mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Dan rendah-kanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS. Al-Israa’: 24)

4. Mendo’akan mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan ucapkanlah,”Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagai-mana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Rabbmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (QS. Al-Israa’: 24-25)

Wasiat ke Tiga; Memberikan Hak Keluarga, Orang Miskin, dan Ibnu Sabil

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al-Israa’: 26)

Wasiat ke Empat; Tidak Menghamburkan Harta

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” (QS. Al-Israa’: 26-28)

Wasiat ke Lima; Jangan Pelit dan Jangan Boros

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hambanya.” (QS. Al-Israa’: 29-30).

Maksud menjadikan tangan terbelenggu pada leher adalah kikir atau pelit, sedangkan terlalu mengulur-kannya adalah boros.

Wasiat ke Enam; Tidak Membunuh Anak

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Israa’: 31)

Wasiat ke Tujuh; Jangan Mendekati Zina

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)

Wasiat ke Delapan; Tidak Membunuh Jiwa yang Diharamkan

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuh-nya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS. Al-Israa’: 33)

Wasiat ke Sembilan; Tidak Memakan Harta Anak Yatim

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa.” (QS. Al-Israa’: 34)

Wasiat ke Sepuluh; Memenuhi Janji

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’: 34)

Wasiat ke Sebelas; Memenuhi Takaran dan Timbangan

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Israa’: 35)

Wasiat ke Dua Belas; Tidak Mengikuti Apa yang Tidak Diketahui

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Israa’: 36)

Wasiat ke Tiga Belas; Tidak Sombong

Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesung-guhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Rabbmu.” (QS. Al-Israa’: 37-38)

Penutup

Seluruh wasiat yang tersebut di atas merupakan hikmah yang sangat agung, maka siapa saja yang mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang sangat besar. Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang menyebab-kan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Israa’: 39). (alsofwah)

Read more...

Mu’jizat As-Sunnah: Coccyx (tulang Sulbi / Tungging)

>> Selasa, 16 Juni 2009

Coccyx (tulang sulbi) adalah tulang terbawah dari vertebral column (tulang punggung). Disebutkan dalam banyak hadits bahwa tulang ini adalah asal mula manusia, bahwa dari tulang inilah mereka akan dibangkitkan pada hari Kiamat, dan bahwa tulang ini tidak hancur di dalam tanah.

Hadits-Hadits Nabi Saw:

1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasul saw bersabda, ‘Semua bagian tubuh anak Adam akan dimakan tanah kecuali tulang sulbi yang darinya ia mulai diciptakan dan darinya dia akan dibangkitkan.’ (HR Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad in Musnad-nya, dan Malik in kitab al-Muwaththa’).

2. Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasul saw bersabda, ’Ada satu tulang pada anak Adam yang tidak dimakan tanah.’ Mereka bertanya, ‘Apa itu, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Tulang sulbi.’ (HR Bukhari, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dalam kitabnya al-Musnad, and Malik dalam kitabnya al-Muwaththa’).

Jadi, hadits-hadits tersebut jelas dan memuat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Manusia diciptakan mulai dari tulang sulbi.
2. Tulang sulbi tidak hancur.
3. Pada hari Kiamat, kebangkitan manusia bermula dari tulang sulbi.


Tahap-Tahap Pembentukan Janin

Ketika sperma membuahi ovum, maka pembentukan janin dimulai. Ovum yang telah terbuahi atau disebut zigot itu terbelah menjadi dua sel, dan masing-masing sel itu membelah menjadi dua sel lagi. Pembelahan dan perkembangan sel itu berlangsung hingga terbentuknya embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.

Tulang Punggung dan Tulang Sulbi:

• External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts yang menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.

• Internal Hypoblast: Dimulai sejak janin terbentuk dengan ijin Allah. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang tirus, dan disebut primitive node (gumpalan sederhana).

Sisi unsur primitif yang muncul itu diketahui sebagai bagian belakang dari embrio. Dari unsur primitif dan gumpalan sederhana ini seluruh jaringan dan organ janin terbentuk sebagai berikut:

• Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat.

• Mesoderm, membentuk otok halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, the sistem limpa, limpa, dan kulit luar.

• Endoderm membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan sistim digestive (seperti liver and pankreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran.

Jadi, lapisan dan gumpalan sederhana itu merupakan tulang sulbi yang dijelaskan Nabi saw kepada kita. Cacat pada janin merupakan bukti bahwa tulang sulbi itu mengandung sel-sel induk bagi seluruh jaringan manusia.

Kesimpulannya, tulang sulbi itu merupakan gumpalan sederhana, dan ia bisa berkembang dengan menghasilkan tiga lapisan yang membentuk janin: ectoderm, mesoderm and endoderm. Ia juga membentuk seluruh organ tubuh..

Tulang Sulbi tidak Bisa Hancur:

Berbagai riset menemukan bahwa pembentukan dan pengorganisasian sel-sel janin itu ditopang sepenuhnya oleh lapisan dan gumpalan sederhana, dan sebelum pembentukannya tidak ada diferensiasi sel-sel. Salah seorang peneliti terkemuka yang membuktikan hal ini adalah ilmuwan Jerman yang bernama Hans Spemann.

Setelah melakukan eksperimen-eksperimen terhadap lapisan dan gumpalan sederhana yang mengatur penciptaan janin, dan karena itu ia menyebutnya ‘primary organizer’, maka ia memotong bagian ini dari satu janin dan mengimplantasinya (cangkok) pada janin lain pada tahapan permulaan embrio (minggu ketiga dan keempat). Upaya ini membawa kepada pembentukan janin skunder pada guest body (organ tamu) segera sesudah pencampuran dan pembentukan yang ditopang oleh sel-sel tamu pada implantasi itu.

Ilmuwan Jerman tersebut memulai eksperimennya pada ampibi dengan melakukan implantasi primary organiser pada janin kedua, yang mengakibatkan perkembangan embrio skunder.

Pada tahun 1931, ketika Spemann memotong ‘primary organiser’ dan mengimplantasinya, maka potongan itu tidak memengaruhi eksperiman lagi, sementara embrio skunder itu tetap berkembang.
Pada tahun 1933, Spemann dan ilmuwan lain mengadakan eksperimen yang sama, tetapi kali ini primary organiser itu dipanaskan. Embrio sekunder itu tetap berkembang meskipun primary organiser itu dipanaskan, dan itu menunjukkan bawha sel-sel tersebut tidak terpengaruh. Pada tahun 1935, Spemann dianugerahi Nobel atas penemuannya tentang Primary Organiser tersebut.

Dr Othman Al Djilani dan Syaikh Abdul Majid melakukan beberapa eksperimen terhadap tulang sulbi pada bulan Ramadhan 1423 di Rumah Sheikh Abdul Majid Azzandani, di Sanaa, Yaman.

Keduanya memanggang tulang punggung berikut tulang sulbi dengan gas selama sepuluh menit hingga benar-benar terbakar (tulang-tulang berubah merah lalu hitam). Kemudian keduanya meletakkan potongan-potongan yang telah gosong itu pada kotak steril, dan membawanya ke laboratorim analisa terkenal di Sanaa (Al Olaki Laboratory). Dr al Olaki, the professor bidang histologi dan pathologi di Sanaa University, menganalisa potongan-potongan tersebut dan menemukan bahwa sel-sel pada jaringan tulang coccyx tidak terpengaruh, dan ia dapat bertahan terhadap pembakaran (hanya otot, jaringan lemak, dan sel-sel sumsum tulang saja yang terbakar, sementara sel-sel tulang tidak terpengaruh).

Read more...

Kiat Sukses Jadi Muslim Pengusaha

>> Minggu, 14 Juni 2009

Pengusaha yang sukses tidak hanya sekedar kaya secara materi. “Pengusaha yang sukses adalah pengusaha yang sukses dunia maupun akhirat. Itulah para Muslim Pengusaha, “ tutur Winarto AR pada workshop bertajuk “ How to Start a Business” yang digelar komunitas pengusahamuslim.com di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Winarto, seorang Muslim yang ingin sukses menjadi pengusaha harus memenuhi dua kriteria. Selain harus profesional papar dia, seorang Muslim pengusaha pun harus memiliki basis syariah. “Yakni, menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam bisnisnya,” ungkap pengusaha dan konsultan properti ini.
Berbekal kedua kreiteria itu, lanjut Winarto, bisnis pun akan berkah, mudah, dan lancar. Ia menambahkan, Muslim pengusaha yang baik selalu berhati-hati dalam menjalankan roda bisnisnya sehingga tidak tergelincir pada hal-hal yang dilarang atau dimurkai Allah SWT. “ Pengusaha yang telah berbisnis selama puluhan tahun itu menegaskan, seoarang Muslim pengusaha tak boleh mengurangi takaran atau timbangan dan juga dilarang menyuap. Anda tentu bertanya langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan oleh seorang Muslim agar menjadi pengusaha sukses?

Pendiri dan Chairman PT Zahir Internasioanl Fadil Fuad Basymeleh, mengungkapan, setidaknya ada 10 langkah untuk menjadi Muslim Pengusaha yang berhasil, Pertama, harus ada motivasi yang kuat untuk menjadi orang yang sukses.”tulislah 50 mimpi Anda yang hebat-hebat. Tempel daftar tersebut di dinding sehingga anda bisa membacanya setiap hari, terutama di saat semangat Anda menurun.”

Kedua, pekuat tawakal kepada Allah. Fadil pun mengutip Alquran surat Ali Imran ayat 159, yang artinya,” Apabila kamu suda berazam, maka bertawakallah kepada Allah.” Menurut dia, dengan bertawakal, seorang Muslim akan menitipkan masa depan diri, keluarga, maupun usaha kita kepada Allah sambil berikhtiar.

Peraih penghargaan wirausahawan terbaik dan APICTA Award untuk produk Zahir Accounting itu menambahkan, kunci sukses yang ketiga, yakni jangan memaksakan diri untuk berbisnis sesuai dengan gambaran ideal yang anda miliki.

“Mulailah dengan peluang dan kesempatan yang ada di tangan Anda. Percayalah kepada takdir dan rezeki Allah.”

Keempat, pilihlah bisnis yang dapat anda kuasai dengan cepat. “Intinya , manfaatkan tangible dan intangible assets yang and miliki, tuturnya. Langkah kelima adalah menentukan diferensiasi produk yang Anda hasilkan, sehingga berbeda dengan produk-produk lain yang sudah lebih dulu ada.

Langkah keenam, kata Fadil, pilihlah fokus bisnis dan bekerjalah secara fokus.”Kalau fokus, kita akan lebih kuat dan kreatif.” Tuturnya. Langkah ketujuh, mencakup dua hal. Yakni, carilah teman bisnis atau bermitralah. “Rosulullah menegaskan bahwa bila dua orang berserikat, maka Allah menjadi pihak yang ketiga, selama kedua orang atau salah satu orang tersebut tidak khianat. Usaha yang didalamnya Allah ikut serta sudah pasti berkah dan sukses.”

Selain itu, jangan takut menggaji pegawai. “Jangan khawatir soal gaji karyawan. Sebab, yang menanggung rezeki karyawan kita itu adalah Allah SWT, bukan kita. Dalam Alquran Surah Az-Zukhruf ayat 32, Allah SWT menegaskan, akan menjamin rezeki makhluk-makhluk-Nya, termasuk karyawan kita.”

Langkah kedelapan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah perkuat kesabaran.”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” Kada Fadil. Langkah kesembilan, hindari perbuatan dosa dan maksiat. Sebab, hal tersebut akan membuat hidup sempit dan tidak berkah.

Langkah kesepuluh, pelajarilah kunci-kunci pembuka rezeki.”Kalau semua langkah ini diterapkan Insya Allah kita akan menjadi pengusaha yang sukses dunia dan akhirat.”pungkasnya.

Sumber : Koran Republika 24 Mei 2009

Read more...

GHIBAH (MENGGUNJING)

>> Sabtu, 13 Juni 2009

Dalam banyak pertemuan di majlis, sering kali yang dijadikan hidangannya adalah menggunjing umat Islam.

Padahal Allah Ta’ala melarang hal tersebut dan menyeru agar segenap hamba menjauhinya. Allah menggambarkan dan mengidentikkan ghibah dengan sesuatu yang amat kotor dan menjijikan. Allah berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya.” (Al Hujurat:12)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan makna ghibah (menggunjing) dalam sabdanya,
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Ditanyakan, “Bagaimana halnya jika apa yang aku katakan itu (memang) terdapat pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan itu terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika apa (yang digunjingkan) itu tidak terdapat padanya, maka engkau telah berdusta atasnya.”( Hadits riwayat Muslim, 4/2001.)

Jadi, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik mengenai jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, meniru tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang digunjingkan dengan maksud mengolok-olok.

Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.”( As-Silsilah Ash-Shahihah, 1871.)

Wajib bagi orang yang hadir di dalam majlis yang sedang menggunjingkan orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang digunjingkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam amat menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya,
“Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya.”( Hadits riwayat Ahmad, 6/450, Shahihul Jami’, .6238.)

(Dari kitab "Muharramat Istahana Bihan Naas" karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid / alsofwah)

Read more...

KESAKSIAN PALSU (DUSTA)

Allah berfirman, “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta, dengan ikhlas kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu dengan Dia.” (Al-Hajj: 30-31).

Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abi Bakrah radhiallahu ‘anhu, dari ayahnya, ia berkata, “Kami sedang berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda,
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang tiga dosa besar yang terbesar? (tiga kali), yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” (ketika itu beliau bersandar, kemudian beliau duduk dan berkata), “Ketahuilah, dan perkataan dusta.” Ia berkata, “Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih terus mengulang-ulangnya sehingga kami berkata, ”Mudah-mudahan beliau diam.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 5/261.)

Berulang-ulangnya peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kesaksian palsu tersebut karena banyak orang yang meremehkannya. Di samping banyak faktor yang mengakibatkan kesaksian palsu, misalnya karena permusuhan, dengki dan sebagainya. Juga karena kesaksian palsu mengakibatkan berbagai bentuk kerusakan di muka bumi.

Berapa banyak orang yang kehilangan hak-haknya karena kesaksian palsu, berapa banyak pula penganiayaan menimpa orang-orang yang tak berdosa disebabkan kesaksian palsu atau seseorang mendapatkan sesuatu yang bukan haknya atau dinisbatkan kepada nasab yang bukan nasabnya. Semua itu disebabkan oleh kesaksian palsu.

Termasuk menganggap enteng masalah ini adalah apa yang dilakukan oleh sebagian orang di pengadilan dengan mengatakan kepada seseorang yang ia temui “Jadilah saksi untukku, nanti aku akan menjadi saksi untukmu.” Maka laki-laki itupun memberikan kesaksian atas perkara yang tidak diketahuinya. Misalnya, memberi kesaksian tentang pemilikan tanah, rumah atau keterangan bersih diri. Padahal dia tidak pernah bertemu orang tersebut kecuali di pintu pengadilan atau di koridor/ruang lobi. Ini adalah satu kedustaan. Seharusnya, semua bentuk kesaksian itu adalah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui” (Yusuf: 81)

(Dari kitab "Muharramat Istahana Bihan Naas" karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid / alsofwah)

Read more...

Aasiya Inaya: Saya Tidak Bisa Menghindar Dari Kebenaran

>> Rabu, 10 Juni 2009

Aasiya Inaya, dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang menganut agama Hindu yang meyakini bahwa Tuhan itu ada dalam berbagai wujud mulai dari air, sungai, batu sampai pepohonan. Oleh sebab itu, Asiya mengaku bangga sebagai penganut politheis, yang meyakini bahwa semua obyek ciptaan Tuhan layak disembah karena menurutnya, di setiap benda ada bagian Tuhan di dalamnya.Tapi keyakinan Aasiya mulai berubah ketika ia mengenal Islam, yang mengawali perjalanan panjangnya menjadi seorang Muslimah. Sebelum memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat, Aasiya mengalami pergumulan jiwa yang hebat. Di satu sisi ia mengakui kebenaran Islam, tapi sisi hatinya yang lain masih membuatnya ragu menjadi seorang Muslim.

“Saya pertama kali mengenal Islam di sekolah menengah atas. Mayoritas teman-teman sekelas saya adalah Muslim dan setiap waktu istirahat kami biasa berdiskusi tentang Islam, utamanya karena propaganda anti-Islam yang dilancarkan organisasi-organisasi Hindu di India pasca serangan 11 September dan kerusuhan di Gujarat,” kata Aasiya.

Ia melanjjutkan,”Sepanjang pembicaraan, mereka (teman-teman Muslim Aasiya) berusaha untuk meluruskan berbagai pandangan-pandangan saya yang salah tentang agama monoteis, hak perempuan, status mereka dan berbagai mitos tentang Islam yang klise.”

“Tapi, upaya mereka tidak begitu meyakinkan saya. Saya tetap memegang teguh keyakinan saya dan tetap bangga sebagai penganut politheis,” tukas Aasiya.

Meski demikian, ia mengakui bahwa sikap anti-Muslimnya agak berkurang setelah mendengar penjelasan dari teman-temannya yang Muslim. “Saya mulai merasa tersentuh dengan penderitaan mereka, bagian dari masyarakat kami, yang harus termarginalkan hanya karena ingin menjalankan ajaran agama mereka. Pandangan-pandangan saya pun jadi agak sekular …” sambung Aasiya.

Tapi semua itu belum menggerakkan hati Aasiya untuk memeluk agama Islam. Aasiya mulai beralih ke kelompok Arya Samaj, sebuah kelompok penganut agama Hindu yang keluar dari mainstream Hinduisme. Kelompok ini meyakini bahwa Hinduisme adalah agama monoteis dan tidak mengajarkan umatnya untuk menyembah berhala. Setelah menjadi bagian kelompok ini, Aasiya tidak lagi menyembah banyak benda, ia melakukan ritual Arya Samaj dan jadi rajin ke kuil.

Setelah beberapa waktu menjalani ritual Arya Samaj, Aasiya menemukan bahwa keyakinan ini juga memiliki banyak cacat dan kekurangan. “Saya merasa kembali berada di sarang laba-laba yang sama, dimana ritual dan penyembahan terhadap api menjadi bagian integral keyakinan itu, sama seperti keyakinan yang saya anut dahulu,” paparnya.

“Tapi saya menyebut itu semua sebagai langkah panjang, sebelum akhirnya saya sampai pada keputusan untuk memeluk agama Islam,” ujar Aasinya.

“Kejelasan tentang Islam mulai saya rasakan begitu kuat ketika saya menjadi mahasiswa fakultas hukum. Ketika itu saya mengikuti kuliah tentang hukum keluarga dalam agama Hindu dan Islam, mulai dari hukum perkawinan, perceraian dan urusan keluarga lainnya.”

“Saya menemukan bahwa hukum keluarga dalam agama Hindu banyak memiliki celah kelemahan karena beragamnya aturan terkait masalah teknis, perbedaan pendapat, sehingga hukum keluarga dalam agama Hindu kerap membingungkan dan tidak pasti. Di sisi lain, hukum keluarga yang diatur oleh Islam, sangat jelas, cermat dan pasti,” tutur Aasiya.

Sejak perkualiahan itu, pandangan Aasiya terhadap Islam berubah total. Selama ini, Aasiya memandang Islam sebagai agama yang kaku dan keras. “Saya melihat umat Islam sebagai umat yang statis, hidup berdasarkan pada masa lalu sementara dunia terus berkembang. Buat saya, apa yang diyakini umat Islam tidak masuk akal, tidak praktis, kejam dan ketinggalan jaman,” kenang Aasiya mengingat pandangan-pandangannya terhadap Islam di masa lalu.

“Tapi, sejak perkuliahan itu, pendapat saya langsung berubah hanya dalam satu malam. Apa yang selama ini saya anggap statis ternyata sebuah kestabilan. Ini membuat rasa ingin tahu saya tentang Islam memuncak dan saya menghabiskan waktu berjam-jam di internet untuk bicara dengan teman-teman saya yang dulu menjelaskan tentang Islam pada saya,” papar Aasiya.

Selain bertanya pada teman-temannya yang Muslim, Aasiya juga mencari berbagai informasi tentang Islam di internet dan aktif mengikuti berbagai forum diskusi. Pengetahuan Aasiya yang mulai bertambah tentang Islam mempengaruhi sikap dan pandangan Aasiyah tentang Islam ketika ia berkumpul dan membahasnya dengan sesama temannya yang beragama Hindu. Perubahan sikap dan pandangan Aasiya, tentu saja tidak mendapat tanggapan negatif dari sahabat-sahabatnya yang Hindu.

“Mereka menyebut bahwa saya sudah mengalami ‘cuci otak’ yang ingin mengubah penganut Hindu menjadi pemeluk Islam,” kata Aasiya tentang pendapat teman-teman Hindunya.

Saat itu, Aasiya mengaku khawatir dan takut melihat ketidaksetujuan teman-temannya tentang Islam dan ia merasa telah mengkhianati teman bahkan keluarganya. Tapi keyakinan Aasiya akan kebenaran Islam justeru makin kuat dan ia merasa tidak bisa lari dari kebenaran itu.

“Sampai kapan orang bisa menghindar dari kebenaran? Anda tidak bisa hidup dalam kebohongan dan menerima kebenaran membutuhkan keberanian seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran dalam surat An-Nisaa; ‘ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan’.”

“Hari itu, semua rasa kekhawatiran saya lenyap. Saya merasa, jika saya tidak pernah memeluk Islam dan selamanya saya tidak akan pernah memiliki Islam, saya akan tetap dicengkeram oleh kompleksnya kehidupan yang materialistis ini, dimana hawa nafsu membuat kita enggan melakukan hal-hal yang benar,” tandas Aasiya.

Aasiya akhirnya memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang Muslim. “Alhamdulillah, hari ini saya menjadi seorang Muslimah. Saya berusaha belajar dan terus belajar al-Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad Saw. Insya Allah, saya akan mengikuti sunah-sunahnya dengan lebih baik. Dengan bantuan beberapa teman dan sebuah organisasi Islam, saya belajar salat lima waktu,” tuturnya.

Persoalan Aasiya sekarang adalah memberitahukan tentang keislamannya pada teman-teman Hindunya dan orangtuanya. “Cepat atau lambat, saya pasti akan memberitahu mereka. Saya berharap mereka menghormati keputusan saya dan saya berdoa, semoga Allah swt memberikan kekuatan sehingga saya bisa istiqomah dengan keputusan saya menjadi seorang Muslim,” tandas Aasiya.

Read more...

MEMINTA-MINTA DI SAAT BERKECUKUPAN

>> Selasa, 09 Juni 2009

Sahl bin Hanzhaliyah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam keadaan berkecukupan, sungguh orang itu telah memperbanyak (untuk dirinya) bara api Jahannam.” Mereka bertanya, “Apakah (batasan) cukup, sehingga (seseorang) tidak boleh meminta-minta?” Beliau menjawab, “Yaitu sebatas (cukup untuk) makan pada siang dan malam hari.”( Hadits riwayat Abu Daud, 2/281; Shahihul Jami’ 6280.)

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam berkecukupan, maka pada Hari Kiamat ia akan datang dengan wajah penuh bekas cakaran dan garukan.”( Hadits riwayat Imam Ahmad, I/388; Shahihul Jami’, 6255 (Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan, “Barangsiapa meminta-minta harta manusia agar dapat mengumpulkan banyak-banyak, sungguh ia telah meminta bara api, maka silakan ia mengurangi atau memperbanyak”, Ibnu Baz).)

Di antara pengemis ada yang berderet di depan pintu masjid. Mereka menghentikan dzikir para hamba Allah yang menuju atau pulang dari masjid dengan ratapan yang dibuat sesedih mungkin. Sebagian lain memakai modus agak berbeda, membawa dokumen dan berbagai surat palsu disertai blangko isian sumbangan. Ketika ia menghadapi mangsanya, ia mengarang cerita, sehingga berhasil mengetahui dan memperoleh uang.

Bagi keluarga tertentu, mengemis bahkan telah menjadi satu profesi. Mereka membagi-bagi tugas di antara keluarganya pada beberapa masjid yang ditunjuk. Pada saatnya, mereka berkumpul untuk menghitung penghasilan. Dan demikianlah, setiap masjid mereka jelajahi. Padahal tak jarang mereka dalam kondisi yang cukup dan mampu. Dan sungguh Allah Maha Mengetahui kondisi mereka, bila mereka mati barulah terlihat warisannya.

Padahal sebetulnya masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari para pengemis itu. Mereka orang-orang yang sangat membutuhkan, tetapi orang yang tidak tahu mengira mereka orang-orang mampu. Sebab mereka menahan diri dari meminta-minta, meskipun kebutuhan sangat mendesak.

(Dari kitab "Muharramat Istahana Bihan Naas" karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid / alsofwah)

Read more...

BERUTANG DENGAN NIAT TIDAK MEMBAYAR

Dalam pandangan Allah, hak-hak hamba sangat besar nilainya. Seseorang bisa saja bebas dari hak Allah hanya dengan taubat, tetapi tidak demikian hal-nya dengan hak antara sesama manusia -yang belum terselesaikan- kelak akan diadili pada hari yang utang-piutang tidak dibayar dengan dinar atau dirham, tetapi dibayar dengan pahala atau dosa. Mengenai hak antar sesama manusia, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima.” (An-Nisa: 58)

Di antara masalah yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat adalah gampang berhutang. Ironisnya, sebagian orang berutang tidak karena kebutuhan mendesak, tetapi untuk memenuhi kebutuhan luks atau berlomba dengan para tetangga. Misalnya untuk membeli mobil model baru, perkakas rumah tangga atau berbagai kesenangan lainnya yang bersifat duniawi dan fana. Sebagian orang tak segan-segan membeli barang-barang secara kredit yang sebagiannya tak lepas dari syubhat atau sesuatu yang haram.

Mudah dalam berutang akan menyeret seseorang pada kebiasaan menunda-nunda pembayaran atau malah mengakibatkan hilangnya barang orang lain.
Memperingatkan akibat perbuatan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa mengambil (berutang) harta manusia dan ia ingin melunasinya, niscaya Allah akan melunaskan utangnya. Dan barangsiapa mengambil (berutang) dengan keinginan untuk merugikannya (tidak membayar), niscaya Allah akan benar-benar membinasakannya.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 5/54.)

Banyak orang meremehkan soal hutang-piutang, mereka menganggapnya masalah sepele, padahal di sisi Allah utang-piutang merupakan masalah yang besar. Bahkan hingga seorang syahid yang memiliki berbagai keistimewaan yang agung, pahala yang besar dan derajat yang tinggi, tidak lepas dari urusan hutang-piutang.

Dalil yang menegaskan tersebut adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Maha Suci Allah, betapa keras apa yang diturunkan Allah dalam urusan hutang-piutang. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya seorang laki-laki dibunuh di jalan Allah kemudian ia dihidupkan lalu dibunuh kemudian dihidupkan lalu dibunuh (lagi) sedang ia memiliki hutang, sungguh ia tak akan masuk Surga, sampai dibayarkan untuknya utang tersebut.”( Hadits riwayat An-Nasa’i, lihat Al Mujtaba, 7/314; Shahihul Jami’, 3594.)

Setelah mengetahui hal ini, masih tak pedulikah orang-orang yang menggampangkan urusan hutang-piutang?

(Dari kitab "Muharramat Istahana Bihan Naas" karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid / alsofwah)

Read more...

MINUM ARAK MESKI HANYA SETETES

Allah berfirman, “Sesungguhnya (meminum) arak, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al- Ma’idah: 90)

Perintah untuk menjauhi adalah salah satu dalil paling kuat tentang haramnya sesuatu. Di samping itu, pengharaman arak sebagaimana disebutkan ayat di atas disejajarkan dengan pengharaman berhala-berhala, yakni tuhan orang-orang kafir dan patung-patung mereka. Karena itu tak ada lagi alasan bagi orang yang mengatakan, ayat Al Quran tidak mengatakan meminum arak itu haram, tetapi hanya mengatakan, jauhilah!!

Dalam sunnahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang ancaman bagi peminum arak, sebagaimana yang diriwayatkan Jabir dalam sebuah hadits marfu’,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki janji untuk orang yang meminum minuman keras, akan memberinya minum dari thinatul khabal” “Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah thinatul khabal itu?”Beliau menjawab, “Cairan kotor (yang keluar dari tubuh) penghuni neraka.”( HR. Muslim, 3/1587.)

Dalam hadits marfu’ Ibnu Abbas meriwayatkan,
“Barangsiapa meninggal sebagai peminum arak, ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan seperti penyembah berhala.”( HR. Ath-Thabrani, 12/45; Shahihul Jami’, 6525.)
Saat ini, jenis minuman keras dan arak sangat beragam. Nama-namanya juga sangat banyak, baik dengan nama lokal maupun asing. Di antaranya: Bir, wiski, alkohol, vodka, sampanye, arak dan sebagainya.

Di zaman ini pula, telah muncul golongan manusia sebagaimana disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,
“Sungguh akan ada golongan dari umatku yang meminum arak, (tetapi) mereka menamakannya dengan nama yang lain.”( HR. Imam Ahmad, 5/342, Shahihul Jami’, 5453.)

Mereka tidak menamakannya arak, tetapi menamakannya dengan minuman rohani, untuk menipu dan memperdaya orang. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 9).

Syariat Islam telah memberikan definisi agung tentang khamar (minuman keras), sehingga membuat jelas masalah dan memotong tipu daya, fitnah dan permainan orang-orang yang tidak takut kepada Allah. Definisi itu adalah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah haram.”( Hadits riwayat Muslim, 3/1587.)

Jadi, setiap yang merusak akal dan memabukkan hukumnya adalah haram, sedikit atau banyak.( Hadits yang mengatakan, “Semua yang banyak jika memabukkan, maka sedikitpun diharamkan,” telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan nomor 3681, tertera dalam Shahih beliau dengan no. 3128.) Juga meskipun namanya berbeda-beda, sebab pada hakikatnya minumannya tetap satu dan hukumnya telah diketahui oleh kalangan umum.

Yang terakhir dan ini merupakan wejangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para peminum khamar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa minum khamar dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi dan jika ia meninggal maka ia masuk Neraka, (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan jika kembali lagi minum dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi, jika meninggal maka ia masuk Neraka, (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Dan jika kembali lagi minum dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi, jika meninggal maka ia masuk neraka, (tetapi) manakala ia berbuat, Allah menerima taubatnya. Dan jika (masih) kembali lagi (minum khamar), maka adalah hak Allah memberinya minum dari radghatul khabal pada hari Kiamat.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah radghatul khabal itu?” Beliau menjawab, “Cairan kotor (yang keluar dari tubuh) penghuni Neraka.”( HR.Ibnu Majah, 3377; Shahihul Jami’, 6313.)

Jika gambaran keadaan peminum minuman keras adalah sebagaimana kita ketahui di muka, maka bagaimana pula dengan gambaran keadaan orang-orang yang melakukan sesuatu yang lebih keras dan lebih berbahaya dari itu, yakni sebagai pecandu narkotika dan sebagainya?

(Dari kitab "Muharramat Istahana Bihan Naas" karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid / alsofwah)

Read more...

love

>> Minggu, 07 Juni 2009




Read more...

Uang Tak Bisa Beli Bahagia

Memiliki uang banyak, penampilan menarik serta ketenaran sekilas tampak sebagai jalan menuju kebahagiaan. Ternyata kenyatannya tidak demikian, menurut sebuah studi.

Para peneliti dari University of Rochester di New York mengikuti 147 lulusan universitas sebagai responden, yang dievaluasi mengenari tujuan serta kebahagian mereka. Penelitian dilakukan satu tahun setelah kelulusan dan 12 bulan setelah itu.

“Hasil yang dicapai yang bersifat ekstrinsik atau “American Dream”, tidak berkontribusi terhadap kebahagiaan sama sekali pada kelompok itu, namun sedikit berpengaruh terhadap kondisi kesehatan,” ujar pemimpin penelitian sekaligus Profesor Psikologi, Edward Deci.

Bagi partisipan yang berhasil memperoleh harta kekayaan dan ketenaran, justru lebih sedikit merasa bahagia dibandingkan mereka yang mengalami kemajuan pada tujuan intrinsik dari dalam diri seperti perkembangan kemampuan pribadi.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Edward menuturkan, beberapa partisipan mengatakan proses untuk memperoleh harta, popularitas dan imej membuat mereka merasa bagaikan boneka dalam kehidupan.

“Para partisipan yang memfokuskan diri pada hasil intrinsik seperti perkembangan diri, menjaga hubungan dan membantu masyarakat secara sosial justru mengalami kepuasan hidup secara substansial, mapan dan bahagia,” tutur Edward.

Hasil penelitian yang dilakukan itu, mendukung teori Edward mengenai perkembangan motivasi manusia yang dikembangkan bersama rekannya, Richard Ryan. Teori tersebut mengataan, manusia sangat tergantung terhadap pemenuhan kebutuhan dasar untuk otonomi, kompetensi dan hubungan.

Hasil tersebut, lanjut Edward, berhasil menguatkan penelitian sebelumnya yang mengungkap jika seseorang berkomitmen terhadap tujuannya kemungkinan besar akan sukses. Namun, penelitian terbaru kali ini menemukan, pencapaian terhadap tujuan tidak selalu membawa kebahagiaan dan kemakmuran.

Sebaliknya, para peneliti menemukan, pencapaian hasil yang bersifat materi seperti gaji tertentu dapat berdampak buruk pada kesehatan. Sementara, partisipan yang lebih menjunjung tujuan seperti hubungan yang intensif, perkembangan diri dan partisipasi masyarakat lebih banyak memiliki perasaan positif dan merasakan kebahagiaan.

Dibalik rasa puas yang dirasakan oleh partisipan yang lebih mengejar tujuan intrinsik, jelas Edward, karena mereka berhasil memenuhi tiga kebutuhan dasar terhadap otonomi, kompetensi dan berhubungan baik dengan orang lain.

“Tujuan hidup layaknya Impian Amerika, justru akan membuat seseorang merasakan kepuasaan yang lebih sedikit, tak berguna pada dunia serta memicu timbulnya penyakit,” paparnya.

Hasil penelitian tersebut tidak mengejutkan bagi Profesor Psikologi di University of California, Sonja Lyubomirsky yang telah menulis buku berjudul “The How of Happiness”.

“Kesimpulan penelitian itu mendukung dan memperluas hasil sebelumnya yang menunjukkan pengejaran dan tujuaan dari tujuan intrinsik dapat diasosiasikan dengan kemakmuran,” tuturnya.

Bagi para mahasiswa yang baru lulus, Edward kemudian memberi saran, jika mereka ingin tetap mengejar impian materi ala Amerika maka sebaiknya imbangi dengan sesuatu yang lebih dalam dan penting bagi kebutuhan manusia. Seperti hubungan yang dilandasi kasih sayang, perkembangan pribadi dan kontribusi terhadap masyarakat.

Allah Ta’aala Berfirman:



“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”

Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.

(QS. 20 Thaahaa: 124-126))

Read more...

Keindahan Jilbab

>> Sabtu, 06 Juni 2009

Seorang anak memperhatikan tingkah ibunya yang menurutnya aneh. Ia heran kenapa kalau akan keluar rumah, ibunya selalu menutup rapat seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Bahkan di dalam rumah pun, jika tamu datang, ibunya segera melakukan hal yang sama: berhijab.“Ibu aneh!” ucapnya sambil mencari-cari reaksi dari sang ibu. Ibu anak itu pun menoleh ke arah buah hatinya. Ia memeriksa dirinya untuk menemukan sesuatu yang agak lain. Tapi, tidak ia temukan.

“Aneh? Apanya yang aneh, sayang?” sambut sang ibu ketika yakin kalau tak ada satu pun dari dirinya yang lain dari yang lain.

“Kenapa ibu menutup rambut, tubuh, lengan, dan kaki kalau mau keluar? Padahal, ibu tidak cacat. Rambut ibu bagus, lengan dan kaki ibu pun tidak ada yang perlu disembunyikan!” ungkap sang anak begitu gamblang. Mungkin, inilah kesempatannya untuk bisa mengeluarkan kebingungannya selama ini.

Sang ibu pun senyum. Ia mendekati anaknya perlahan. Sambil mengulum senyum itu, sang ibu mencari-cari jawaban yang pas buat si anak.

“Anakku, ibu tidak sedang menutupi kecantikan, apalagi keburukan. Justru, ibu mengenakan kecantikan baru untuk memperindah kecantikan fisik ibu yang tidak seberapa. Inilah busana kecantikan dari Yang Maha Sayang!” ucap sang ibu sambil menatap buah hati di depannya yang masih tampak bingung.
**

Inti dari dinamika hidup anak-anak manusia adalah memproduksi sesuatu yang indah. Bagus. Paling baik. Keindahan akan semakin indah ketika karya anak manusia telah melalui berbagai halangan, ujian, cobaan; menggosok batu cincin keindahan amal menuju peringkat keindahan yang lebih tinggi.

Namun, itu saja belum cukup. Karena keindahan yang bisa dihasilkan manusia tidak seperti kemolekan alam melalui birunya laut, keserasian cakrawala, dan liukan indah sebuah pegunungan.

Keindahan amal manusia tidak berhenti pada sesuatu yang tampak. Justru, keindahan akan kian bernilai ketika ia tidak lagi mudah terlihat, tidak gampang terjamah. Itulah busana kecantikan amal dari Yang Maha Sayang, dan hanya untuk Yang Paling Penyayang.

Read more...

Elizabeth Valencia Bersyahadah Melalui Telepon

>> Rabu, 03 Juni 2009

Gadis kelahiran Tijuana, Meksiko ini memeluk Islam melalui telepon. Sebelumnya, dia pernah tak punya semangat hidup

Elizabeth Valencia adalah seorang gadis belia kelahiran Tijuana, Meksiko. Sebelum memeluk Islam dia merasa hidupnya seakan tak berharga. Karena tubuhnya yang gemuk dia sering diejek di sekolah. Dia makin stress dan tak punya semangat hidup. Begitulah, waktu terus berjalan hingga satu ketika di musim panas tahun 2000, Elizabeth bertemu dengan seorang pemuda yang kemudian memperkenalkan Islam dan memberinya hadiah sebuah mushaf Al-Quran. Diapun mulai mengkajinya hingga akhirnya pada 13 Februari 2001 dia bersyahadah dan mengganti namanya menjadi Asma Alia. Bagaimana kisah ketertarikannya pada Islam? Berikut kisah lengkapnya seperti dituturkannya.

***

“Aku muallaf sejak 13 February 2001. Alhamdulillah!” ujar Elizabeth Valencia yang lahir di Tijuana, Baja California, Mexico pada 14 Juni 1986. Selepas masuk Islam di usia 14 tahun, dia berganti nama dengan Asma Alia.

“Saat ini akulah satu-satunya muslim di dalam keluarga. Tapi aku yakin satu saat akan bertambah lagi muallaf di rumahku, Insya Allah,” tukas dia yakin. Bagaimana kisahnya hingga Asma memeluk Islam?

“Kisah keislamanku sebenarnya telah dimulai sejak aku masih kanak-kanak,” lanjut Asma seraya berharap kisahnya bisa membawa perubahan bagi orang lain yang saat ini mencari kebenaran dalam lembaran hidup mereka.

Hidup tak bernilai

”Sebelum memeluk Islam, aku merasa hidupku seakan tak bernilai. Aku melihat seakan tak ada lagi kehidupan bagiku, tak ada yang namanya masa depan. Ditambah lagi hubunganku dengan kedua orangtua yang tak harmonis,” aku Asma.

Di sekolah, Asma merasa disisihkan oleh rekan-rekannya. ”Memang aku punya banyak teman, tapi jujur saja mereka serasa bak orang asing di mataku. Sehingga sulit sekali untuk akur dan saling berbagi,” imbuh dia.

”Adakalanya, orang-orang melihatku dengan pandangan aneh. Aku ibaratnya seperti orang buangan. Oya waktu masih bocah aku kelebihan berat badan alias. Bahkan makin gemuk persis orang dewasa padahal waktu itu aku masih duduk di bangku SMP. Sering aku pulang ke rumah dengan tangisan sebab teman-temanku kerab mengejekku dengan kata-kata yang menyakitkan. Inilah yang membuatku makin down dan tersisih,” kata dia lagi.

Hal itu membuat prestasinya di sekolah menurun, padahal dia termasuk siswa berperingkat bagus. ”Waktu masih di kelas 6 aku tak pernah bolos sekolah. Aku cinta sekolah,” kata dia mengenang. Hingga satu ketika aku mencoba berteman dengan beberapa anak muda. Ya biasa lah, masuk masa puber, mulai suka dengan lawan jenis. Aku ingin akrab dengan mereka. Sayangnya, aku harus menelan kekecewaan. Tak ada seorangpun yang menyukaiku. Ketika itu, aku makin benci dengan diriku sendiri,” lanjutnya.

”Satu hari, aku pasrah dengan keadaan dan tak mampu mencari solusi lain untuk mengatasi permasalahan hidupku. Aku ceritakan semua masalah yang membebaniku kepada setiap orang dalam rumahku, tentang bagaimana sikap orang-orang di sekolahku. Termasuk kepada kakek dan nenek, yang kutahu juga tidak begitu menyukaiku. Aku tumpahkan semua isi hatiku, tentang betapa tak bahagianya hidupku, betapa aku kesepian. Pokoknya semuanya.”

Sebagai penganut Katolik Asma lalu berupaya mencari solusi dengan banyak berdoa. ”Aku berdoa untuk hidup yang lebih baik. Tapi tak ada yang berubah. Aku pasrah dan ingin bunuh diri. Keinginan ini muncul saat aku berumur 13 dan 14 tahun. Untung pikiranku masih jernih, bunuh diri bukan jalan terbaik menyelesaikan masalah. Tapi hidup makin hari serasa makin berat saja,” lanjut dia.

Asma sering cemburu dengan teman-temannya yang rata-rata sudah punya pacar. Dia sering berangan-angan punya wajah cantik. Lalu disukai banyak pria. Sering juga sang ibu menghibur Asma dengan menyebutkannya anak yang cantik. ”Tapi aku tahu ibu berbohong. Ucapan itu cuma untuk menghiburku saja,” tukas Asma.

”Tapi, selepas memeluk Islam, dan ingat kejadian masa lalu, rasanya aku bukanlah orang yang buruk di dunia ini. Ya aku cuma gemuk saja. Tak lebih dari itu. Benar kata ibu wajahku cantik. Tapi entah kenapa aku merasa hidupku buruk. Untung Allah datang dan membimbingku ke jalan yang benar,” syukur Asma.

Bertemu pemuda Islam

Ceritanya, pas musim panas tahun 2000 silam, Asma bertemu dengan seorang seorang pemuda yang kemudian memperkenalkan Islam kepadanya. “Aku masih sangat ingat, hari Sabtu 4 Nopember dia menghadiahiku sebuah mushaf Al-Quran. Akupun mulai mengkajinya. Hanya dalam waktu 3,5 bulan, aku berhasil mempelajarinya secara tuntas! Menakjubkan. Tahu tidak, inilah bacaan pertamaku yang mampu kutamatkan secara tuntas tanpa kehilangan satu katapun. Sebelumnya buku apapun yang kubaca tak ada yang tamat. Masya Allah!,” kata Asma gembira.

Pada 13 Februari 2001 Asma jatuh sakit dan dia terbaring lemah di atas pembaringannya di rumah. Dia merasa depresi berat. Layaknya orang baru putus cinta. “Batinku benar-benar tertekan. Aku punya pacar dan kami sudah sepakat nanti jika sudah sampai waktunya akan menikah. Dia pun tak menampik. Sayangnya, keluarga pacarku itu ternyata telah menyiapkan gadis lain di kampungnya,” cerita Asma kelu.

Di tengah kegalauan itu muncul ide dalam kepalanya. “Aku ingin bikin perubahan dalam hidup ini,” batin Asma. Kendati kondisi lemah, dia beranjak dari tempat tidur dan bergegas menuju ke Mesjid Hamzah, sebuah mesjid di Mira Mesa, selatan California. Sebelumnya Asma mengontak dua orang rekan muslimah untuk ketemu di sana.

“Aku ceritakan pada mereka bahwa aku telah mempelajari Islam dan butuh saran mereka. Kepada salah seorang dari muslimah itu, dia baru berusia 13 tahun, aku sebutkan bahwa aku mau masuk Islam tapi tidak tahu bagaimana caranya. Rekan muslimah itu menyebut sangat sederhana sekali. Pertama harus ada dua kalimah syahadah di dalam hati. Begitupun, kata dia, aku musti mendeklarasikan kalimah itu di hadapan muslim lain sebagai saksi keislamanku,” kisah Asma panjang lebar.

Bersyahadah via telepon

Mendengar penjelasan temannya tersebut Asma pun setuju dan tak mau menunggu lagi untuk segera mengucapkan dua kalimah syahadah. “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah. Alhamdulillah! Aku bersyahadah melalui telepon. Disaksikan oleh rekan muslimah yang baru berusia 13 tahun itu, di seberang sana ada saksi lain yakni ayah si muslimah tersebut dan seorang pembantunya. Merekalah saksi keislamannku,” kisahnya lagi.

Asma tampak berlinangan airmata. Dia merasakan tubuhnya ringan sekali. Mungkin itu yang disebut, dosa-dosa di masa silam bagi orang yang baru memeluk Islam dimaafkan alias dihapuskan.

“Segera setelah proses syahadah itu, aku pun menemui rekan-rekan lain yang selama ini mengajarkanku apa itu Islam. Mereka sangat gembira sekali. Setelah itu akupun pulang untuk mandi. Di kaca aku berujar “Aku sudah jadi muslim, aku sudah jadi muslim. Oh masya Allah, aku jadi muslim!”. Ya aku sangat gembira sekali,” ujar Asma.

Ibunya syok

Hari-hari berikutnya, Asma bertemu dengan banyak rekannya yang muslimah seraya memberitahukan keislamnnya. “Tapi aku belum berani menceritakan pada orangtuaku. Aku takut dan menduga bisa saja dibunuh, gara-gara masuk Islam. Aku minta saran seorang muslimah apa yang musti kulakukan. Kata dia memang sebaiknya tak usah diberitahukan dulu hingga nanti ada waktu yang tepat. Soalnya aku juga masih sangat kecil sekali, baru 14 tahun,” sebut Asma.

Asma akhirnya menceritakan perihal keislamannya kepada sang ibu. “Ibu sangat terkejut dan sempat syok. Namun di hari berikutnya keadaan membaik. Dia bisa menerima berita itu. Ibu juga menyarankan untuk memberitahu ayah. Tapi aku menolak sarannya. Aku masih butuh waktu. Dan ini semua adalah proses,” ceritanya lagi.

Hari-hari berikutnya Asma menghabiskan waktunya dengan belajar tatacara shalat. “Aku belajar sendiri melalui buku-buku hingga aku bisa hafal bacaan di dalam shalat. Subhanallah!,” syukur Asma. Asma juga kadangkala ke mesjid untuk berjumpa rekan-rekannya dan menanyakan hal-hal yang belum dikuasainya.

Mulai pakai jilbab

Waktu terus berjalan dan kadar keimanan Asma pun semakin meningkat. Hingga dia memutuskan untuk mengenakan jilbab. Sesuatu yang awalnya sangat berat sekali bagi Asma. “Aku mulai pakai jilbab kala pergi keluar rumah. Aku mencoba untuk istiqamah,” ujar Asma.

Satu ketika tanpa disadarinya sang ayah melihat kelakuan Asma itu. Asma benar-benar takut kala tahu ayahnya mengamati dia. “Aku takut sekali. Aku takut bakal dimarahi. Dengan segenap kekuatan hati kusampaikan bahwa aku telah masuk Islam dan apa yang kulakukan ini adalah mengikuti perintah Allah. Ayah terpana sejenak. Lalu dia menyebut: “Tidak apa-apa anakku. Tapi sekarang sudah besar dan kamu sudah saatnya memilih. Nak, kamu anak ayah yang paling pintar,” kisah Asma perihal jilbab dan respon ayahnya.

Sejak itu Asma seolah mendapat kekuatan berlipat. Tepat tanggal 11 Juni 2001 diapun mulai mengenakan jilbab di sekolah.

“Hanya 3 hari sebelum ulang tahunku yang ke-15. Jadi ini merupakan hadiah ulang tahun terbesar dalam hidupku. Awaknya aku hendak mengenakannya pas di hari ultah. Tapi batinku mengatakan kenapa musti ditunda sesuatu yang bisa dilaksanakan sekarang. Masha’Allah!,” tukas Asma lagi.

Sejak itu pula Asma berhenti memikirkan pandangan orang lain terhadapnya. Misalnya pandangan aneh kala ada warga yang melihatnya berjilbab dan macam-macam hal lainnya. “Berat memang, tapi rasa percaya diriku benar-benar tumbuh. Aku suka dengan jalan hidupku ini. Terutama setelah berjilbab. Alhamdulillah!,” kata dia penuh percaya diri.

Tak hanya itu, Asma pun mulai berani berdakwah. “Aku mulai menceritakan apa itu Islam kepada ayah setelah sebelumnya hal yang sama juga kuceritakan pada ibu. Aku hanya berusaha, hidayah ada di tangan Allah. Tapi aku yakin satu ketika kedua orangku Insya Allah akan mengikutiku. Amiin,” harap Asma.

“Aku sangat bahagia sebab Allah SWT telah memberiku peluang untuk menjadi seorang muslim dan satu hari nanti, Insya Allah, semoga aku bisa mendapat seorang pendamping hidup yang saleh, menikah dan memiliki anak serta aku akan menjadi guru bagi mereka. Indah sekali rasanya. Aku sangat mensyukuri atas semua karunia ini. Semoga Allah memelihara hidayah ini dan berharap Allah juga segera memberi hidayah untuk kedua orangtuaku,” tutup Asma. [hdyt]

Read more...

Ya Allah, Hapuskan Dosa-dosaku dengan Air Es dan Salju

>> Senin, 01 Juni 2009

Allah berfirman, ‘dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).’ (an-Najm: 4)

Among the prophet's handed down invocations - narrated 'A'isha,the prophet used to say -’O Allah! Wash away my sins with the water of snow and hail, and cleanse my heart from all the sins as a white garment is cleansed from the filth ‘ ( Ibn-Maga )And in another text

Di antara doa-doa yang selalu dibaca Nabi saw adalah yang diriwayatkan ‘Aisyah,

Open in new window

‘Ya Allah, cucilah dosa-dosaku dengan air es dan salju, dan bersihkanlah hatiku dari dosa-dosaku sebagai pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran.’ (HR Muslim)

Aisyah juga meriwayatkan bahwa Nabi saw berdoa, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari buruknya ujian kekayaan dan kemiskinan, dan berlindung kepada-Mu dari kejahatan dari huru-hara Dajjal. Ya Allah, bersihkanlah dosa-dosa kudengan air es dan salju, sucikanlah hatiku dari dosa-dosa sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran, dan jauhkanlah dariku dosa-dosa sejauh jarak timur dan barat. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelambanan, kepikunan, dosa, dan hutang.’ (Shahih al-Bukhari, 5900)

Meskipun kita mengulang-ulang doa ini, namun kita tidak mengetahui fakta ilmiah yang terkandung dalam kalimat-kalimatnya. Di antara sekian banyak benda cair, Allah menjadikan air sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Allah berfirman di dalam al-Al-Qur’an, ‘Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.’ (al-Anbiya’:30).

Air mempunyai kemampuan ajaib saat digunakan untuk membersihkan dan mencuci kotoran. Saya akan berbicara tentang sebagian dari karakteristik air:

Air terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen terhubung bersama-sama dengan ikatan kovalen polar. Polaritas ini (yang timbul akibat perbedaan elektron antara atom oksigen dan atom hidrogen) menghimpun molekul-molekul air dengan ikatan hidrogen lemah yang memberi air itu karakteristik yang berbeda dan unik, yang tidak dimiliki cairan sejenis dengan struktur yang senyawa, dan hal ini mengakibatkan beberapa perubahan dalam karakteristik-karakteristik fisiknya. Air mendidih pada suhu 100 derajat dan mempunyai tekanan permukaan yang tinggi. Dan juga banyak karakteristik lain, dan di sini bukan tempatnya untuk menyebutkan.Gambar berikut menunjukkan ikatan molekul-molekul air dalam tiga tahapannya (air, es, uap).


Air, yang secara kimiawi dianggap sebagai bahan pelarut umum mempunyai suatu kemampuan yang besar untuk memecahkan banyak zat ion karena molekul polar air menyerang kristal campuran jika ia kualitas ion. Ia mengisolasi kristal-kristal yang tertarik di dalam kisi kristal. Dan sebagai hasilnya adalah daya tarik yang bersifat mutual antara molekul polar air dan ion. Daya tarik antara ion-ion itu terjadi di dalam kristal, dan sebagai hasilnya zat-zat yang terurai itu terpisah dari dari molekul-molekul air. (Seperti yang ditunjukkan gambar berikut)


Doa ini menyamakan dosa dan kesalahan dengan kotoran yang dibersihkan dengan air. Jadi, bagaimana proses pembersihan dengan air itu terjadi?

Ketika noda dan kotoran menempel pada kain, maka berlangsung daya tarik antara kain dan kotoran. Air menembus noda dan membasahi kain. Dan karena adanya kualitas polar dan kapiler pada air, maka air membuat kotoran itu larut dengan cara mengisolasi ion-ionnya satu sama lain, sehingga kekuatan perekat antara ion itu menjadi lemah, terutama jika ia termasuk zat yang larut di dalam air.

Jika noda bersifat lemak yang tidak larut dalam air, maka air terpental dalam bentuk bola-bola yang tidak membasahi permukaan kain karena kekuatan adesif (lekat) antara air dan noda lebih rendah daripada daya lekat molekul-molekul air itu sendiri. Karena itu, kotoran tersebut harus dicuci dengan air dan sabun. Karena pengurai pada sabun itu mengurangi tegangan permukaan air, sehingga sabun itu menyebar ke lemak dan bereaksi dengannya membentuk emulsi lemak, dan meningkatkan daya tarik-menarik antara air dan noda menjadi yang lebih kuat, sehingga kotoran meninggalkan permukaan kain seperti yang dalam gambar berikut.


Tetapi, doa di atas menunjukkan cara lain membersihkan, yaitu dengan air es. Bagaimana bisa air es menjadi alat pembersih?

Kita semua tahu bahwa ketika air itu membeku, maka ia menjadi es pada suhu nol derajat, dan pola hubungan molekul-molekulnya juga berubah sehingga menjadi seperti lingkaran benzene, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.


Ada sebagian kotoran yang tidak bisa dibersihkan dengan air, atau dengan air dan sabun, karena daya lekat antara kotoran dan pakaian sangat besar, seperti noda lilin pada pakaian.

Ketika sepotong es diletakkan di atasnya, maka suhu dingin itu berfungsi mendekatkan molekul-molekul Artikel ini sehingga daya lekat antara Artikel tersebut dan pakaian menjadi berkurang, dan itu membuatnya terlepas dari pakaian.

Sedangkan salju itu terbentuk pada suhu yang lebih rendah dari nol-derajat. Jika ada kotoran yang membandel, maka air salju dapat mengurai partikel-partikel kotoran tersebut secara lebih kuat daripada es, sehingga kotoran tersebut terpisah dari pakaian dan hilang.

Doa ini menyamakan dosa dengan kotoran yang harus dicuci dengan air. Sedangkan kotoran yang tidak bisa hilang dengan air itu dihilangkan dengan es. Dan yang tidak bisa hilang dengan es itu dihilangkan dengan salju, agar tidak tersisa lagi dosa-dosa seseorang.

Rasulullah saw dalam hadits lain bersabda, ‘Bagaimana pendapat kalian jika di depan pintu salah seorang dari kalian terdapat sungai, lalu ia mandi di dalamnya lima kali setiap hari, apakah masih tersisa kotoran padanya?’ Mereka menjawab, ‘Tidak akan tersisa sedikitpun kotoran padanya.’ Lalu Nabi bersabda, ‘Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Allah akan menghapus dosa-dosa denganya.’ (HR Bukhari)
Ini adalah dalil lain bahwa air merupakan sarana pembersih kotoran dan dosa. Mahasuci Allah yang mengajari Nabi yang ummi hakikat ilmiah ini. [erm]

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP