Keutamaan Puasa Bulan Muharram dan Hari ‘Asyura..

>> Minggu, 12 Desember 2010

Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Puasa yang paling afdhal setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram.”
“Puasa hari ‘Asyura (10 Muharram), aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.”
Disunnahkan juga puasa Tasu’a (9 Muharram).
Insya Allah bertepatan hari RABU dan KAMIS 15 & 16 Desember 2010.

Semoga Allah Memudahkan..

Hadis-Hadis Seputar Puasa ‘Asyura

1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa ‘Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” …
(H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam , berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan Ramadhan.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Ibnu Abbas Radhoyallahu ‘Anhuma berkata :
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyuro, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
“Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian“
Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa.
(H.R. Bukhari dan Muslim)

4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda :
“Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“
(H.R. Bukhari dan Muslim)

5. Imam Ahmad dalam Musnadnya membawakan tambahan:
“Hari ‘Asyura adalah hari ketika perahu Nabi Nuh berlabuh di bukit Judiy, lalu Nabi Nuh berpuasa sebagai bentuk syukur.”

Bagaimana Berpuasa ‘Asyura ?

Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :

- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11).

- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits.

- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.

Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :

1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)

2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari setiap bulan.

Semoga Bermanfaat..

Read more...

BAHAYA CINTA DUNIA

>> Rabu, 08 Desember 2010

Allah banyak sekali menerangkan dalam al-Qur’an tentang hakekat kehidupan dunia dan menganjurkan kepada kita agar bersikap zuhud terhadapnya serta memperingatkan kita akan bahaya cinta dunia tersebut, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dalam sabda –sabdanya.

Allah berfirman: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.” (QS. Al-Hadiid: 20)

Allah berfirman : “Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS.Az-Zukhruf: 35)

Allah berfirman: ”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenagan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Allah berfirman: “ Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 16-17)

Allah berfirman: “Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)” (QS. Al-Anfal: 67)

Allah berfirman: ”Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Ra‘du: 26)

Dari sahabat Jabir Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam melewati sebuah pasar bersama beberapa sahabat. Beliau melihat seekor kambing cacat yang telah menjadi bangkai, Beliau mengambilnya dan memegang telinganya seraya bertanya: “ Siapa diantara kalian yang ingin menukar ini dengan satu dirham?” Para sahabat menjawab: tidak ada seorangpun dari kami yang ingin menukarnya dengan apapun, karena kami tidak dapat mengambil manfaat darinya sama sekali. Beliau meneruskan : “ Apakah ada yang ingin memilikinya?.” Para sahabat menjawab: Demi Allah, andaikan dia hidup diapun sudah cacat, apalagi ketika telah manjadi bangkai. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “ Demi Allah, dunia ini dihadapan Allah lebih hina daripada bangkai ini dihadapan kalian” (HR. Muslim dan Abu Dawud.)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Tiadalah dunia dibanding akhirat melainkan hanyalah seperti air yang menempel di jari ketika salah seorang dari kalian mencelupkannya di laut.” (HR. Muslim dll)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “ Seandainya dunia ini senilai sayap seekor nyamuk, di sisi Allah, pastilah Dia tidak akan memberi minum setetes air dunia pun kepada orang kafir.” (HR. At-Tirmidzi dll, shahih.)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Apalah artinya aku dengan dunia, tiadalah aku di dunia melainkan seperti seorang yang dalam perjalanan bernaung dibawah pohon (sebentar), kemudian melanjutkan perjalanan lagi dan meninggalkan pohon tersebut.”(HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim, sahih.)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berwasiat kepada sahabat Ibn Umar Radhiyallahu ‘Anhuma: “ Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau seorang yang dalam perjalanan.” (HR. Bukhari dll)

Berkata Yahya bin Mu’adz -rahimahullah : “ Dunia adalah khomer (arak)- nya setan, barangsiapa yang mabuk olehnya maka tidak akan tersadar kecuali apabila telah mati dengan penyesalan bersama orang-orang yang merugi.”

Berkata Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu: “ Tiadalah seseorang di dunia melainkan sebagai tamu dan hartanya adalah titipan. Tamu pasti pergi dan titipan harus dikembalikan.”

Berkata sebagian salaf -rahimahumullah: “ Semua manusia dalam keadaan tertidur, apabila telah mati barulah terbangun.”

Berkata Sa’id bin Jubair rahimahullah: “ Kesenangan menipu (dunia) yang dicela adalah yang melalaikan dari akhirat, adapun yang tidak melalaikan dari akhirat maka bukanlah kesenangan yang menipu (tidak tercela), akan tetapi kesenangan yang menyampaikan kepada kesenangan yang lebih baik lagi.”

Ya Allah berilah kami kebaikan dunia dan akhirat, amien

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP