Keutamaan Puasa Bulan Muharram dan Hari ‘Asyura..

>> Minggu, 12 Desember 2010

Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Puasa yang paling afdhal setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram.”
“Puasa hari ‘Asyura (10 Muharram), aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.”
Disunnahkan juga puasa Tasu’a (9 Muharram).
Insya Allah bertepatan hari RABU dan KAMIS 15 & 16 Desember 2010.

Semoga Allah Memudahkan..

Hadis-Hadis Seputar Puasa ‘Asyura

1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa ‘Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” …
(H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam , berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan Ramadhan.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Ibnu Abbas Radhoyallahu ‘Anhuma berkata :
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyuro, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
“Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian“
Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa.
(H.R. Bukhari dan Muslim)

4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda :
“Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“
(H.R. Bukhari dan Muslim)

5. Imam Ahmad dalam Musnadnya membawakan tambahan:
“Hari ‘Asyura adalah hari ketika perahu Nabi Nuh berlabuh di bukit Judiy, lalu Nabi Nuh berpuasa sebagai bentuk syukur.”

Bagaimana Berpuasa ‘Asyura ?

Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :

- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11).

- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits.

- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.

Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :

1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)

2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari setiap bulan.

Semoga Bermanfaat..

Read more...

BAHAYA CINTA DUNIA

>> Rabu, 08 Desember 2010

Allah banyak sekali menerangkan dalam al-Qur’an tentang hakekat kehidupan dunia dan menganjurkan kepada kita agar bersikap zuhud terhadapnya serta memperingatkan kita akan bahaya cinta dunia tersebut, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dalam sabda –sabdanya.

Allah berfirman: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.” (QS. Al-Hadiid: 20)

Allah berfirman : “Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS.Az-Zukhruf: 35)

Allah berfirman: ”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenagan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Allah berfirman: “ Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 16-17)

Allah berfirman: “Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu)” (QS. Al-Anfal: 67)

Allah berfirman: ”Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Ra‘du: 26)

Dari sahabat Jabir Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam melewati sebuah pasar bersama beberapa sahabat. Beliau melihat seekor kambing cacat yang telah menjadi bangkai, Beliau mengambilnya dan memegang telinganya seraya bertanya: “ Siapa diantara kalian yang ingin menukar ini dengan satu dirham?” Para sahabat menjawab: tidak ada seorangpun dari kami yang ingin menukarnya dengan apapun, karena kami tidak dapat mengambil manfaat darinya sama sekali. Beliau meneruskan : “ Apakah ada yang ingin memilikinya?.” Para sahabat menjawab: Demi Allah, andaikan dia hidup diapun sudah cacat, apalagi ketika telah manjadi bangkai. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “ Demi Allah, dunia ini dihadapan Allah lebih hina daripada bangkai ini dihadapan kalian” (HR. Muslim dan Abu Dawud.)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Tiadalah dunia dibanding akhirat melainkan hanyalah seperti air yang menempel di jari ketika salah seorang dari kalian mencelupkannya di laut.” (HR. Muslim dll)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “ Seandainya dunia ini senilai sayap seekor nyamuk, di sisi Allah, pastilah Dia tidak akan memberi minum setetes air dunia pun kepada orang kafir.” (HR. At-Tirmidzi dll, shahih.)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Apalah artinya aku dengan dunia, tiadalah aku di dunia melainkan seperti seorang yang dalam perjalanan bernaung dibawah pohon (sebentar), kemudian melanjutkan perjalanan lagi dan meninggalkan pohon tersebut.”(HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim, sahih.)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berwasiat kepada sahabat Ibn Umar Radhiyallahu ‘Anhuma: “ Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau seorang yang dalam perjalanan.” (HR. Bukhari dll)

Berkata Yahya bin Mu’adz -rahimahullah : “ Dunia adalah khomer (arak)- nya setan, barangsiapa yang mabuk olehnya maka tidak akan tersadar kecuali apabila telah mati dengan penyesalan bersama orang-orang yang merugi.”

Berkata Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu: “ Tiadalah seseorang di dunia melainkan sebagai tamu dan hartanya adalah titipan. Tamu pasti pergi dan titipan harus dikembalikan.”

Berkata sebagian salaf -rahimahumullah: “ Semua manusia dalam keadaan tertidur, apabila telah mati barulah terbangun.”

Berkata Sa’id bin Jubair rahimahullah: “ Kesenangan menipu (dunia) yang dicela adalah yang melalaikan dari akhirat, adapun yang tidak melalaikan dari akhirat maka bukanlah kesenangan yang menipu (tidak tercela), akan tetapi kesenangan yang menyampaikan kepada kesenangan yang lebih baik lagi.”

Ya Allah berilah kami kebaikan dunia dan akhirat, amien

Read more...

ADA APA SETELAH HAJI?

>> Senin, 01 November 2010

Muqaddimah
Segala puji bagi Allah yang telah memilih jamaah haji sekalian sebagai tamu-tamuNya. Ini merupakan karunia Allah yang sangat besar, dimana jutaan umat Islam yang ingin datang ke tanah suci menunaikan ibadah haji tapi masih belum dapat izin dari Allah, ada saja halangan yang datang. Adapun jamaah sekalian telah mendapatkan kemudahan dari Allah sehingga dapat merampungkan seluruh manasik haji dari mulai umrah sampai tawaf wada, semoga Allah mencatatnya sebagai haji yang mabrur diampuni segala dosa kita dan agar jamaah haji diberi perlindungan dan keselamatan dalam perjalanan pulang ke tanah air, amin!

Tanda Haji Mabrur
Para ulama kita menyebutkan tanda-tanda haji yang mabrur, diantaranya Imam Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: (Haji yang mabrur adalah agar ia pulang dari ibadah haji menjadi orang yang zuhud dalam kehidupan dunia dan cinta akhirat). Allah berfirman yang artinya: "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupa bagianmu di dunia". (Surat Al-Qashash: 77)

Zuhud Terhadap Dunia
Orang yang zuhud bukan berarti orang yang hanya beribadah di masjid dan tidak mau bekerja mencari harta untuk nafkah anak dan isteri tapi orang yang zuhud orang yang tidak diperbudak oleh hartanya, dunia boleh berada di tangannya tidak di hatinya, aktifitasnya dalam kehidupan dunia tidak melalaikannya dari ingat kepada Allah, melaksanakan shalat yang lima waktu tepat pada waktunya, tidak memutuskan silaturahmi, tetap rajin menuntut ilmu islam lalu mengamalkan dan menda’wahkannya, tidak melupakan tanggung jawab mendidik isteri dan anak-anak. Orang yang zuhud adalah orang yang penghasilannya dari yang halal, bukan dari hasil renten, riba, suap, korupsi, mencuri, judi, pungli, memeras, menipu, memakan hak orang lain. Semoga Allah mengaruniakan kita semua rezeki yang halal, baik dan berkah serta dijauhkan dari segala pendapatan yang haram, amin!

Lebih Baik Dari Sebelumnya Dalam Segala Hal
Ada lagi yang mengatakan diantara tanda haji yang mabrur adalah setelah pulang dari menunaikan ibadah haji, ia menjadi lebih baik dari sebelumnya .

Dalam Hal Tauhid
Menjadi lebih baik dalam hal tauhid. Jika ada diantara jamaah haji yang sebelum hajinya masih suka pergi ke dukun untuk minta kekayaan, anak, jodoh, cepat naik pangkat dan lain-lain maka setelah kita haji dan bertaubat kepada Allah bersabda?hendaklah kita tinggalkan hal tersebut karena Rasulullah yang artinya, "Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad".
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 2006)

Barangsiapa yang sebelum ia haji, suka menyembelih sapi atau lainnya untuk dijadikan sebagai tumbal atau sesajen maka sekarang harus meninggalkannya dan menyembelih kurban hanya untuk Allah karena Allah berfirman yang artinya: "Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkorbanlah'' (Surat Al- Kautsar 2)
"Katakanlah sesungguhnya shalatku, sesembelihanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Rabbul Alamin tidak ada sekutu baginya" (Surat Al-An'aam: 162)

Barangsiapa yang sebelum ia haji, masih mempercayai ramalan bintang maka tinggalkanlah dan bertawakallah kepada Allah semata.

Barangsiapa yang sebelum hajinya masih mengkeramatkan keris dan jimat-jimat, maka sekarang musnahkanlah segala jimat yang kita miliki.

Barangsiapa yang sebelum hajinya masih suka meruwat bumi untuk menghindarkan bencana, maka sekarang bertaubatlah dan tinggalkan upacara syirik itu, bergantunglah kepada Allah karena yang dapat menghindarkan bencana hanya Allah semata.

Barangsiapa yang sebelum hajinya masih mengkeramatkan sapi yang dikeluarkan setiap tanggal sepuluh Muharram bahkan berebut untuk memperoleh kotorannya yang dianggap dapat memberikan berkah, maka ketahuilah itu adalah perbuatan syirik.

Barangsiapa yang sebelum hajinya masih meyakini bahwa nasib sial akan menimpanya jika bepergian hari Selasa atau Sabtu juga untuk menentukan waktu pernikahan harus dihitung secara cermat karena kalau tidak pas harinya akan menimbulkan kesialan, maka itu semua adalah syirik. Allah tidak mengampuni dosa syirik kecuali jika pelakunya bertaubat, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat. Allah mengharamkan surga bagi orang yang berbuat syirik. Adapun orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kesyirikan maka mereka mendapatkan keamanan dan hidayah dari Allah Taala.

Dalam Hal Ibadah
Hendaklah jamaah haji memperbaiki ibadahnya kepada Allah, shalat yang lima waktu jangan sampai ditinggalkan, zakat maal harus dikeluarkan dan shaum di bulan Ramadhan harus dijalankan. Segala ibadah kita laksanakan dengan penuh rasa cinta kepada Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat yang tidak terhingga. Kita siap korbankan harta, tenaga dan waktu kita demi menggapai ridha Allah.

Dalam Hal Muamalah
Hendaklah kita perbaiki muamalah kita dengan orang tua yang telah melahirkan dan mendidik kita sejak kecil. Jangan sampai kita menyakiti hati mereka dan hendaklah selalu berbakti dan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya.. Jika orang tua kita telah meninggal dunia hendaklah kita selalu mendoakan untuk mereka.

Muamalah Suami Isteri
Bagi para suami hendaklah perbaiki muamalah dengan isterinya jangan mudah marah dan membentak isterinya jika berbuat kesalahan. Lakukanlah hal-hal yang menyenangkan isteri selama tidak bertentangan dengan syariat. Didiklah isteri dengan nasehat, membawanya ke majelis ta’lim, membelikannya buku dan kaset ceramah yang bermanfaat. Juga didiklah isteri dengan memberi keteladanan Rasulullah
bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya dan saya adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap keluargaku".

Bagi para isteri perbaikilah muamalah dengan suami jadilah isteri yang taat.. Rasulullah bersabda: "Apabila wanita shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan memelihara kemaluannya, maka ia masuk surga dari pintu-pintu mana saja yang ia mau".

Ketaatan kepada suami dalam hal yang makruf saja adapun dalam hal maksiat tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah Al-Khaliq. Ketika suami baru datang dari pekerjaan janganlah disambut dengan berbagai macam problem dan hal-hal yang tidak menyenangkan tetapi sambutlah dengan senyum, sediakanlah makan dan minum serta biarkanlah suami untuk istirahat dulu setelah itu barulah sampaikan segala problem yang ada niscaya suami sudah lebih siap untuk mendengarkannya.

Muamalah Orang Tua dan Anak
Bagi para orang tua perbaikilah dalam pendidikan terhadap anak-anak, mereka merupakan amanat yang kelak kita akan diminta pertanggungjawabannya di hari akhir. Didiklah mereka dengan memberikan contoh yang baik, sekolahkanlah mereka di tempat yang baik, awasilah pergaulan mereka. Selalulah berdoa kepada Allah agar melindungi dan menjaga mereka dari segala kejahatan dan keburukan karena doa orang tua untuk anaknya insya Allah mustajab.

Muamalah Kaum Muslimah
Bagi kaum muslimah perbaikilah dalam hal berbusana, tutuplah aurat anda dan jangan diperlihatkan kepada laki-laki yang bukan mahramnya. Allah berfirman: "Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, (Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka). Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Surat Al-Ahzab: 59)
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung". (Surat An-Nuur: 31)
Rasulullah bersabda: "Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah? saya lihat keduanya (sebelum ini), (pertama) suatu kaum yang memiliki cambuk bagaikan ekor sapi yang digunakannya untuk memukul manusia dan (kedua) wanita yang berpakaian tapi telanjang berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau surga padahal bau surga itu tercium dari jarak yang sekian dan sekian jauhnya". (Hadits Shahih, Riwayat Muslim)

Masih banyak diantara jamaah haji wanita yang berpakaian tapi telanjang, belum sempurna menutup auratnya, masih ada yang terlihat lehernya, terlihat lengannya, menutup aurat dengan pakaian yang ketat sehingga membentuk lekak lekuk tubuhnya, berpakaian dengan bahan yang tipis dan transparan sehingga terlihat kulitnya, pada hakekatnya mereka masih telanjang dan diancam tidak masuk surga. Hendaklah jamaah haji wanita menjadi sadar setelah menangis dan memohon ampun kepada Allah pada saat wuquf di Arafah, apakah kita ulangi kembali dosa-dosa kita?

Hendaklah jamaah haji wanita menjadi teladan bagi kaum muslimah di tanah air yang sedang dilanda dekadensi akhlak dan moral, didiklah puteri-puteri kita agar berbusana muslimah, nasehatilah mereka agar tidak keluar rumah dengan menggunakan celana pendek, celana panjang lebih-lebih celana yang sangat ketat dan perutnya terlihat, innaalillahi wa innaa ilaihi rajiuun.

Hendaklah jamaah haji wanita berdandan dan bersolek mempercantik diri, tetapi untuk siapa? Bukan untuk orang-orang diluar rumah tapi untuk suami di rumah, kenyataan yang ada banyak dari kaum muslimah berdandan ketika keluar rumah padahal dilarang oleh Allah yang kita cintai, Allah berfirman: "Dan hendaklah kamu (isteri-isteri nabi) tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu". (Surat Al-Ahzab: 33)
Ayat ini berlaku juga untuk segenap kaum muslimah dan mukminah.

Rasulullah bersabda bahwa seorang wanita yang pergi keluar rumah dengan menggunakan parfum sehingga tercium oleh laki-laki lain, maka sesungguhnya ia itu pelacur. Setiap hari kita berdoa memohon hidayah kepada Allah, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mempelajari jalan-jalan hidayah berupa ilmu yang bermanfaat karena masih banyak diantara jalan-jalan hidayah yang belum kita ketahui dibandingkan yang sudah kita ketahui. Jangan kita menganggap ini adalah hal yang baru kita dengar, kami sudah terbiasa dengan adat kami dan dalih-dalih lainnya yang tidak bisa diterima oleh syariat. Allah berfirman: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: lkutilah apa yang telah diturunkan Allah mereka menjawab: Tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Surat Al-Baqarah: 170)
Dan firmanNya: "Dan tidaklah boleh bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". (Surat Al-Ahzab: 36)

Muamalah Secara Umum
Hendaklah kita semua memperbaiki diri dalam hal tanggung jawab kita memperbaiki masyarakat. Bentengi aqidah umat dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dengan saling nasehat menasehati untuk menepati kebenaran dan nasehat menasehati untuk menetapi kesabaran, dengan saling bekerjasama dalam hal kebaikan dan taqwa. Tidak sedikit umat Islam di Indonesia murtad dari agamanya disebabkan kelengahan dan kelalaian kita. Benar sebab mereka murtad adalah karena lemah iman ditambah lagi dengan lemah ekonomi, tapi apakah boleh kita diam dan berpangku tangan? Tidak, kita harus berbuat sesuai dengan kemampuan kita. Apabila kita tidak bisa mendidik mereka karena keterbatasan ilmu kita, ajaklah mereka untuk menghadiri majelis-majelis ilmu, bagikan buletin dan buku-buku Islam, pinjamkan kaset-kaset ceramah yang bermanfaat. Jika mereka malas bekerja berilah motivasi, jika mereka nganggur carikanlah pekerjaan untuk mereka, jika puteri-puteri kita sudah dewasa carikanlah untuk mereka suami yang baik keislamannya jangan kita biarkan mereka menikah dengan laki-laki kafir.

Apabila anda sebagai pejabat janganlah anda menghalangi dan mempersulit orang-orang yang ikhlas mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan tidak berbuat syirik, untuk mengikuti sunnah Nabi dan tidak berbuat bid’ah.

Bagi orang tua yang mempunyai anak puteri memakai jilbab atau cadar dukunglah mereka dan banggalah terhadap anak anda yang taat kepada Allah, semoga Allah menghiasi puteri anda dengan akhlak yang baik pula.

Bagi jamaah haji yang memiliki kelebihan harta dapat beramal jariyah dengan membelikan Al Qur'an/kitab-kitab yang bermanfaat untuk ustadz-ustadz yang ada di tanah air. Dan masih banyak amal-amal lainnya yang dapat kita lakukan dalam upaya kita memperbaiki diri dan masyarakat.

Read more...

KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZUL HIJJAH

>> Minggu, 31 Oktober 2010

1. Allah Ta’aala berfirman:
“Demi Fajar, dan malam-malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1-2)

Ibnu Katsir –Rahimahullah berkata: “ Yang dimaksud adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah”. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Mujahid dan tidak sedikit daripada Salaf dan Khalaf.

2. Allah Ta’aala berfirman:

“…dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28).

Ibnu Abbas –Radhialahu ‘Anhuma berkata: “ (Yang dimaksud adalah) sepuluh hari pertama (bulan Dzul Hijjah) “.



3. Dari Ibnu Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma beliau berkata: Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:

“Tidak ada hari dimana amal sholeh pada saat itu lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah. mereka (para sahabat) bertanya : Tidak juga jihad fi sabilillah (lebih utama dari itu) ?, beliau bersabda: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwanya dan hartanya dan tidak kembali dengan sesuatupun. (HR. Bukhari

4. Dari Ibnu Umar –Radhiallahu ‘Anhuma berkata, Rasulullah–Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai Allah selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid “ (HR. Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir)



5. Sa’id bin Jubair –Rahimahullah dan beliau adalah yang meriwayatkan hadits Ibnu Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma (poin 3) , jika telah datang sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah beliau (Sa’id bin Jubair –Rahimahullah) sangat bersungguh-sungguh (dalam beribadah dan beramal saleh) hingga hampir saja dia tidak kuasa (melaksanakannya) “ (Riwayat Ad-Darimi dengan sanad hasan)

6. Para Ulama –Rahimahumullah menyatakan: “ Sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah adalah hari-hari yang paling utama, sedangkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama ”.

7. Ibnu Hajar –Rahimahullah berkata dalam kitabnya Fathul Baari: “ Tampaknya sebab mengapa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah diistimewakan adalah karena pada hari-hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya ibadah-ibadah utama; yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji dan tidak ada seperti itu pada waktu lainnya.”

MACAM – MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN :

1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah

Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda :“Berpuasa pada hari Arafah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.”(HR. Muslim).

Dari Hunaidah bin Kholid dari isterinya, dari sebagian isteri-isteri Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, dia berkata: “Adalah Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berpuasa pada sembilan (hari pertama) bulan Dzul Hijjah, hari ‘Asyura (sepuluh Muharram) dan tiga hari setiap bulan.”(HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).

Imam Nawawi –rahimahullah berkata tentang puasa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah : “Sangat di sunnahkan.”



3. Disyariatkan Pada Hari-hari Itu Takbir Muthlak dan Muqoyyad

Takbir muthlak dilakukan pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat ied. Disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai sholat fardhu dari sejak pagi hari ‘Arafah setelah shalat Subuh (9 Dzul Hijjah) sampai shalat Ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzul Hijjah).

Imam Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah –Radhiallahu ‘Anhum keluar ke pasar pada hari-hari sepuluh (sepuluh hari pertama) dalam bulan Dzul Hijjah seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.

4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa, Sehingga Akan Mendapatkan Ampunan Dan Rahmat Allah.

5. Memperbanyak Beramal Shalih.

6. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-hari Tasyriq.

7. Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbahnya Dll.

Read more...

Do'a Haji

>> Sabtu, 25 September 2010



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
1. DOA DALAM PERJALANAN KEBERANGKATAN
A. Doa Keluar Rumah Sebelum Berangkat
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانِيْ بِاْلاِسْلاَمِ وَاَرْشَدَنِيْ اِلَى أَدَاءِ مَنَاسِكِيْ حَاجًّا بِبَـيْتِـهِ وَمُعْتَمِراً بِمَشَاعِرِهِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى النَّبِيَ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
بِسْمِ اللهِ آَمَنْتُ بِاللهِ
بِسْمِ اللهِ تَوَجَّهْتُ باِللهِ
بِسْمِ اللهِ اعْتَصَمْتُ بِاللهِ
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ.
اَللَّهُمَّ اِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ وَبِكَ اعْتَصَمْتُ اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ مَا هَمَّنِيْ وَمَا لاَ أَهْتَمُّ لَهُ اَللَّهُمَّ زَوِّدْنِيْ التَّقْوَى وَاغْفِرْلِيْ ذُنُبِيْ
B. Doa Setelah Duduk Di dalam Kendaraan
بِسْمِ اللهِ مَجْرَـهَا وَمُرْسَهَا اِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. وَمَا قَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَاْلأَرْضَ جَمِيْعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتِ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِيْنِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
C. Doa Sewaktu Kendaraan Mulai Bergerak
بسم الله الرحمن الرحيم. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا اْلبِرُّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ اْلعَمَلِ مَاتَرْضَى. اَللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَأَطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِيْ اْلأَهْلِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَأبَةِ الْمَنظَرِ وَسُوْءِ لْلُنْقَلَبِ فِيْ الْمَالِ وَاْلأَهْلِ وَاْلوَلَدِ.
D. Doa Ketika Tiba Ditempat Tujuan
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ أَهْلَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلَهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا.
E. Niat Haji dan Umrah
1. Niat Umrah
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً.
نَوَيْتُ اْلعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا لِلَّهِ تَعَالَى.
2. Niat Haji
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تَعَالَى
3. Niat Haji Qiran
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا وَعُمْرَةً
4. Doa Setelah Selesai Berihram
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَاْلعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهِمَا لِلَّهِ تَعَالَى
اَللَّهُمَّ أُحَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ وَجَسَدِيْ وَجَمِيْعِ جَوَارِحِيْ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ حَرَّمْتَهُ عَلَى الْمُحْرِمِ اَبْتَغِيْ بِذَلِكَ وَجْهَكَ اْلكَرِيْمِ يَارَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
F. Bacaan Talbiyah, Shalawat dan Doa
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Bacaan Shalawat
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.
Doa sesudah Shalawat
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ، رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
G. Doa Memasuki Kota Makkah
اَللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْ لَحْمِيْ وَدَمِيْ وَشَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلَى النَّارِ وَآمِنِّيْ مِنْ عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ.
H. Doa Masuk Masjidil Haram
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وََتعَالَيْتَ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلِإكْرَامِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ. بِسْمِ الله وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ.
I. Doa Ketika Melihat Ka’bah
اَللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا وَتَكْرِيْمًا وَمَهَابَةً. وَزِدْ ِِممَّنْ شَرَّفَهُ وَعَظَّمَهُ وَكَرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِعْتَمَرَهُ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا وَتَكْرِيْمًا وَبِرًا.
J. Doa Ketika Melintasi Maqam Ibrahim
رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا. وَقُلْ جَاء َالْحَقُّ وَزَهَقَ اْلبَاطِلُ إِنَّ اْلبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقاً.

H. Doa Tawaf
بِسْمِ اللهِ وَالله أَكْبَرْ
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدلِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَالله أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ الله صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اَللَّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ وَتَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ وَحَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَاْلعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَائِمَةَ فِيْ الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلأَخِيْرَةِ وَاْلفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ.
بِسْمِ الله وَالله أَكْبَرُ
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Do’a Putaran Ke-2
اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا اْلبَيْتَ بَيْتُكَ وَالْحَرَمَ حَرَمُكَ وَاْلأَمْنَ أَمْنُكَ وَاْلعَبْدَ عَبْدُكَ وَأَنَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَهَذَا مَقَامُ اْلعَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ فَحَرِّمْ لُحُوْمَنَا وَبَشَرَتَنَا عَلَى النَّارِ.
اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا اْلكُفْرَ وَاْلفُسُوْقَ وَاْلعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ. اَللَّهُمَّ قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ. اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ.
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Putaran Ke-3 Membaca
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الشَّكِّ وَالشِّرْكِ وَالشِّقَاقِ وَالنِّفَاقِ وَسُوْءِ اْلأَخْلاَقِ الْمَنْظَرِ وَالْمُنْقَلَبِ فَيْ اْلمَالِ وَاْلأَهْلِ وَاْلوَلَدِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ اْلقَبْرِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ.
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Putaran Keempat Membaca
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ. يَاعَالِمَ مَا فِيْ الصُّدُوْرِ أَخْرِجْنِيْ يَا الله مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَاْلغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَاْلفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. رَبِّ قَنِّعْنِيْ بِمَا رَزَقْتَنِيْ وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَنِيْ وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِيْ مِنْكَ بِخَيْرٍ.
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Putaran Kelima Membaca
اَللَّهُمَّ أَظِلَّنِيْ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِكَ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّكَ وَلاَ بَاقِيَ إِلاَّ وَجْهُكَ وَاَسْقِنِيْ مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شُرْبَةً هَنِيْئَةً مَرِيْئَةً لاَ أَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرٍ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَااسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدُ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعِيْمَهَا وَمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عَمَلٍ.
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Putaran Keenam Membaca
اَللَّهُمَّ إِنَّ لَكَ عَلَيَّ حُقُوْقًا كَثِيْرَةً فِيْمَا بَيْنِيْ وَبَيْنَكَ وَحُقُوْقًا كَثِيْرَةً فِيْمَا بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَلْقِكَ. اَللَّهُمَّ مَا كَانَ لَكَ مِنْهَا فَاغْفِرْهُ لِيْ وَمَا كَانَ لِخَلْقِكَ فَتَحَمَّلْهُ عَنِّيْ وَأَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَاوَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ. اَللَّهُمَّ إِنَّ بَيْتَكَ عَظِيْمٌ وَوَجْهَكَ كَرِيْمٌ وَأَنْتَ يَاالله حَلِيْمٌ كَرِيْمٌ عَظِيْمٌ تَحْبَ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Putaran Ketujuh Membaca
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ إِيْمَاًنا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَاحَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً بَعْدَ الْمَوْتِ وَاْلعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ وَاْلفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ بِرَحْمَتِكَ يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ. رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا وَأَلْحِقْنِيْ بِالصَّالِحِيْنَ.
Diantara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad Membaca
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Dapat Ditambah
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأََبْرَارِ. يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Do’a Sesudah Thawaf
اَللَّهُمَّ يَارَبَّ اْلبَيْتِ اْلعَتِيْقِ اَعْتِقْ رِقَبَنَا وَرِقَابَ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَإِخْوَانِنَا وَأَوْلاَدِنَا مِنَ النَّارِ يَاذَا الْجُوْدِ وَاْلكَرَمِ وَاْلفَضْلِ وَالْمَنِّ وَاْلعَطَاءِ وَاْلأِحْسَانِ. اَللَّهُمَّ اَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِيْ اْلأُمُوْرِ كُلّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلأَخِرَةِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَاقِفٌ تَحْتَ بَابِكَ مُلْتَزِمٌ بِأَعْتَابِكَ مُتَذَلِّلٌ بَيْنَ يَدَيْكَ أَرْجُو رَحْمَتَكَ وَاَخْشَى عَذَابَكَ يَاقَدِيْمَ اْلإِحْسَانِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْفَعَ ذِكْرِيْ وَتَضَعَ وِزْرِيْ وَتُصْلِحَ أَمْرِيْ وَتُطَهِّرَ قَلْبِيْ وَتُنَوِّرَ لِيْ فِيْ قَبْرِيْ وَتَغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ وَأَسْأَلُكَ الدَّرَجَاتِ اْلعُلىَ مِنَ الْجَنَّةِ.
Sesudah Sholat Dianjurkan Berdo’a
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ سِرِّيْ وَعَلاَنِيَّبيْ فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِيْ وَتَعْلَمُ حَاجَتِيْ فَاعْطِنِيْ سُؤْلِيْ وَتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا يُبَاشِرُ قَلْبِيْ وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتىَّ أَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيْبُنِيْ إِلاَّ مَا كَتَبْتَ لِيْ رِضًا مِنْكَ بِمَا قَسَمْتَ لِيْ أَنْتَ وِلِيِّيْ فِيْ الدُّنْيَا وَاْلأَخِيْرَةِ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِيْ بِالصَّالِحِيْنَ اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا فِيْ مَقَامِنَا هَذَا ذَنْباً إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا فَيَسِّرْ أُمُوْرَنَا وَاشْرَحْ صُدُوْرَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَاخْتِمْ بِالصَّالِحَاتِ أَعْمَالَنَا. اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ وَاَحْيِنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِيْنَ غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ مَفْتُوْنِيْنَ.
Do’a Waktu Minum Air Zam-Zam
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَسَقَمٍ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Sesudah Sholat Sunat Mutlak Di Hijir Ismail
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرٍ مَا سَأَلَكَ بِهِ عَبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَااسْتَعَاذَكَ مِنْهُ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ.
Do’a Ketika Hendak Mendaki Bukit Shofa Sebelum Mulai Sa’i
بسم الله الرحمن الرحيم. أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهَ وَرَسُوْلُهُ، إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Do’a Diatas Bukit Safa Ketika Menghadap Ka’bah
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى مَا أَوْلاَنَا. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ.
Perjalanan Pertama Dari Safa Ke Marwah Membaca
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ اْلكَرِيْمِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلاَ طَوِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهَ لاَ شَيْئَ قَبْلَهُ وَلاَ بَعْدَهُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ دَائِمٌ لاَ يَمُوْتُ وَلاَ يَفُوْتُ أَبَدًا بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَإِلَيْهِ الْمَصِيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.
Dan Ketika Mendekati Bukit Marwah Bacalah:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Perjalanan Kedua Dari Marwah Ke Safa Membaca:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله اْلوَاحِدُ اْلفَرْدُ الصَّمَدُ، الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ صَاحِبَةً وَلاَ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فِيْ الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْراً.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ أُدْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ دَعَوْنَاكَ رَبَّنَا فَاغْفِرْلَنَا كَمَا اَمَرْتَنَا إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِيْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ آَمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا. رَبَّنَا فَاغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَنَّا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادِ. رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.
Dan Ketika Mendekati Bukit Safa Membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Perjalanan Ketiga Dari Safa Ke Marwah Membaca:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْلَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ عَاجِلَهُ وَآَجِلَهُ وَاسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِيْ وَأَسْأَلُكَ رَحْمَتَكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.
Dan Ketika Mendekati Bukit Safa Membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Perjalanan Keempat Dari Marwah Ke Safa Membaca:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أّسْأّلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغفِرُكَ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الْمُلْكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَادِقُ اْلوَعْدِ اْلاَمِيْنُ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أّسْأّلُكَ كَمَا هَدَيْتَنِيْ لِلْإِسْلاَمِ أَنْ لاَ تَنْزِعَهُ مِنِّيْ حَتىَّ تَتَوَفَّنِيْ وَأَنَا مُسْلِمٌ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْراً وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا. اَللَّهُمَّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسَّرْلِيْ أَمْرِيْ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ وَسَاوِسِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ اْلأَمرِ وَفِتْنَةِ اْلقَبْرِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا يَلِجُ فِيْ اللَّيْلِ وَشَرِّ مَا يَلِجُ فِيْ النَّهَارِ وَمِنْ شَرِّ مَا تَهُبُّ بِهِ الرِّيَاحُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ يَا الله سُبْحَانَكَ مَا ذَكَرْنَاكَ حَقَّ ذِكْرِكَ يَاالله.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.
Dan Ketika Mendekati Bukit Safa Membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Perjalanan Kelima Dari Safa Ke Marwah Membaca:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ سُبْحَانَكَ مَا شَكَرْنَاك حَقَّ شُكْرِكَ يَااللهُ سُبْحَانَكَ مَا أَعْلَى شَأْنَكَ يَاالله، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَينَا اْلكُفْرَ وَاْلفُسُوْقَ وَاْلعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.
Dan Ketika Mendekati Bukit Safa Membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Perjalanan Keenam Dari Marwah Ke Safa
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرَهَ الْكَافِرُوْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنَى اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْعَمَلٍ. اَللَّهُمَّ بِنُوْرِكَ اهْتَدَيْنَا وَبِفَضْلِكَ اسْتَغْنَيْنَا وَفِيْ كَنَفِكَ وَإِنْعَامِكَ وَعَطَائِكَ وَاِحْسَانِكَ أَصْبَحْنَا وَأَمْسَيْنَا أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلاَ قَبْلَكَ شَيْئٌ وَاْلآخِرُ فَلاَ بَعْدَكَ شَيْئٌ وَالظَّاهِرُ فَلاَ شَيْئَ فَوْقَكَ وَاْلبَاطِنُ فَلاَ شَيْئَ دُوْنَكَ نَعُوْذُبِكَ مِنَ اْلفَلَسِ أَوِ اْلكَسَلِ وَعَذَابِ اْلقَبْرِ وَفِتْنَةِ اْلغِنَى وَنَسْأَلُكَ اْلفَوْزَ بِالْجَنَّةِ.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.


Dan Ketika Mendekati Bukit Safa Membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Perjalanan Ketujuh Dari Safa Ke Marwah Membaca:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا. اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيَّ اِلإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قَلْبِيْ وَكَرِّهْ إِلَيَّ اْلكُفْرَ وَاْلفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
Diantara Dua Pilar Hijau Membaca Do’a:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ اْلأَعَزّ اْلأَكْرَمُ.
Dan Ketika Mendekati Bukit Safa Membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ اْلبَيْتَ أَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Do’a Di Bukit Marwah Selesai Sa’i
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا وَعَلَى طَاعَتِكَ وَشُكْرِكَ أَعِنَّا وَعَلَى غَيْرِكَ لاَ تَكِلْنَا وَعَلَى اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ اْلكَامِلِ جَمِيْعًا تَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا اَللَّهُمَّ ارْحَمْنِيْ بِتَرْكِ الْمَعَاصِي أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِيْ وَارْحَمْنِيْ أَنْ تَكَلَّفَ مَالاَ يَعْنِيْنِيْ وَارْزُقْنِيْ حُسْنَ النَّظَرِ فِيْمَا يُرْضِيْكَ عَنِّيْ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Waktu Menggunting Rambut
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى مَا هَدَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى مَا أَنْعَمَنَا بِهِ عَلَيْنَا
اَللَّهُمَّ هَذِهِ ناَصِيَتِيْ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَاغْفِرْ ذُنُوْبِيْ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُحَلِّقِيْنَ وَالْمَقْصُوْرِيْنَ يَاوَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ.
اَللَّهُمَّ اُثْبُتْ لِيْ بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةً وَامْحُ عَنِّيْ بِهَا سَيِّئَةً، وَارْفَعْ لِيْ بِهَا عِنْدَكَ دَرَجَةً.
Do’a Setelah Menggunting Rambut
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي قَضَى عَنَّا مَنَاسِكَنَا اَللَّهُمَّ زِدْنَا إِيْمَانًا وَيَقِيْنًا وَعَوْنًا وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ.
Niat Haji
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا.
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تَعَالَى.
Bacaan Talbiyah
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ. لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Bacaan Sholawat
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
Do’a Sesudah Sholawat
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ. رَبَّنَا آَتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Do’a Ketika Berangkat Ke Arafah
اَللَّهُمَّ إِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ وَإِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ أَرَدْتُ فَاجْعَلْ ذَنْبِيْ مَغْفُوْرًا وَحَجِّيْ مَبْرُوْرًا وَارْحَمْنِيْ وَلاَ تُخَيِّبْنِيْ إِنَّك عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
Do’a Ketika Masuk Arafah
اَللَّهُمَّ إِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ وَبِكَ اعْتَصَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِمَّنْ تُبَاهِي بِهِ الْيَوْمَ مَلاَئِكَتَكَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
Do’a Melihat Jabal Rahmah
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَأَعْطِنِيْ سُؤْلِيْ وَوَجِّهْ لِيْ الْخَيْرَ أَيْنَمَا تَوَجَّهْتُ. سُبْحَانَ الله وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله والله أَكْبَرُ.
Do’a Wukuf
(1) أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ 100×
(2) لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ. لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
(3) اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله واَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الحمد 3×
(4) لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرُ 100×
(5) لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. أَشْهَدُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا.
(6) أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، إِنَّ اللهَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ 3×
(7) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ. آمين 3×
(8) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ الله ُأَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 100×
(9) صَلَّى اللهُ وَمَلاَئِكَتُهُ عَلَى النَّبِي اْلأُمِيِّ وَعَلَى آَلِهِ وَعَلَيْهِ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 100×
(10) اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَجُوْدِ الْقَدِيْمِ وَبِاسْمِكَ اْلأَعْظَمِ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَنْ تَغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَ وَأَوْلاَدِنَا وَإِخْوَانِنَا وَأَفْرَبَائِنَا وَمَشَايِخِنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَأَصْدِقَائِنَا وَلِمَنْ أَوْصَانَا بِالدُّعَاءِ وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ ظَلَمْنَاهُ أَوْأَسَأْناَ إِلَيْهِ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ وَأَنْ تَرْزُقَنَا وَإِيَّاهُمْ خَيْرَي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَأَنْ تَحْفَظَنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ جَمِيْعِ اْلبَلاَءِ الدُّنْيَا وَأَهْوَالِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَأَنْ تَرْزُقَناَ الْعُلُوْمَ النَّافِعَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ وَأَنْ تَعْصِمَنَا مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِي الظَّاهِرَةِ وَاْلبَاطِنَةِ وَأَنْ تُسَهِّلَ لَنَا رِزْقًا حَلاَلاً وَاسِعًا وَأَنْ تَكْفِيَنَا شَرَّ اْلأَشْرَارِ مِنَ اْلِإنْسِ وَالْجِنِّ وَالدَوَابِّ وَغَيْرِهَا وأن تختمناوإياهم بحسن الخاتمة آمين. وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم.
Do’a Wukuf Yang Lazim Dibaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيُّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا وَعَنْ يَسَارِيْ نُوْرًا وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا. اَللَّهُمَّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْلِيْ أَمْرِيْ، اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ. اَللَّهُمَّ لَكَ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ وَإِلَيْكَ مَآبِيْ وَإِلَيْكَ ثَوَابِيْ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَسَاوِسِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ اْلأَمْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَايَلِجُ فِيْ اللَّيْلِ وَمِنْ شَرِّ مَايَلِجُ فِيْ النَّهَارِ وَشَرِّ مَا تَهُبُّ بِهِ الرِّيَاحُ وَمِنْ شَرِّ بَوَائِقِ الدَّهْرِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ تَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجْأَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ.
اَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ بِالْهُدَى وَاغْفِرْلِيْ فِيْ الآخِرَةِ وَاْلأُوْلَى يَاخَيْرَ مَقْصُوْدٍ وَأَسْنَى مَنْزُوْلٍ بِهِ وَأَكْرَمَ مَسْؤُلٍ مَالَدَيْهِ أَعْطِنِيْ الْعَشِيَّةَ أَفْضَلَ مَاأَعْطَيْتَ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ وَحُجَّاجِ بَيْتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ يَارَفِيْعَ الدَّرَجَاتِ وَمُنَزِّلَ الْبَرَكَاتِ وَيَافَاطِرَ اْلأَرَضِيْنَ وَالسَّمَوَاتِ، ضَجَّتْ إِلَيْكَ اْلأَصْمَاتُ بِصُنُوْفِ اللُّغَاتِ يَسْأَلُوْنَكَ الْحَاجَاتِ وَحَاجَتِيْ أَنْ لاَ تَنْسَانِيْ فِيْ دَارِ الْبَلاَءِ إِذْ نَسِيَنِيْ أَهْلُ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تَسْمَعُ كَلاَمِيْ وَتَرَى مَكَانِيْ وَتَعْلَمُ سِرِّيْ وَعَلاَنِيَتِيْ وَلاَ يَخْفَى عَلَيْكَ شَيْئٌ مِنْ أَمْرِيْ. أَنَا الْبَائِسُ الْفَقِيْرُ الْمُسْتَغِيْثُ الْمُسْتَجِيْرُ الْوَاجِلُ الْمُشْفِقُ الْمُعْتَرِفُ بِذَنْبِهِ أَسْأَلُكَ مَسْأَلَةَ الْمِسْكِيْنِ وَأَبْتَهِلُ إِلَيْكَ إِبْتِهَالَ الْمُذْنِبِ الذَّلِيْلِ وَأَدْعُوْكَ دُعَاءَ الْخَائِفِ الضَّرِيْرِ مَنْ خَضَعَتْ لَكَ رَقَبَتُهُ وَفَاضَتْ لَكَ عَبْرَتُهُ وَذَلَّ لَكَ جَسَدُهُ وَرَغِمَ لَكَ أَنْفُهُ. اَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا وَكُنْ بِيْ رَؤُفًا رَحِيْمًا يَا خَيْرَ الْمَسْؤُلِيْنَ وَأَكْرَمَ الْمُعْطِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ جَعَلْتَ لِكُلِّ ضَيْفٍ قِرًى وَنَحْنُ أَضْيَافُكَ فَاجْعَلْ قِرَانَا مِنْكَ الْجَنَّةَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ لِكُلِّ وَفْدٍ جَائِزَةً وَلِكُلِّ زَائِرٍ كَرَامَةً وَلِكُلِّ سَائِلٍ عَطِيَّةً وَلِكُلِّ رَاجٍ ثَوَابًا وَلِكُلِّ مُلْتَمِسٍ لِمَا عِنْدَكَ جَزَاءً وَلِكُلِّ مُسْتَرْحِمٍ رَحْمَةً وَلِكُلِّ رَاغِبٍ إِلَيْكَ زُلْفًى وَلِكُلِّ مُتَوَسِّلٍ إِلَيْكَ عَفْوًا وَقَدْ وَفَدْنَا إِلَى بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَقَفْنَا بِهَذَا الْمَشَاعِرِ الْعِظَامِ وَشَهِدْنَا هَذَا الْمَشَاهِدَ الْكِرَامَ رَجَاءً لِمَا عِنْدَكَ فَلاَ تُخَيِّبْ رَجَاءَنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ انْتَصِرْ لَنَا انْتِصَارَكَ ِلأَحْبَابِكَ عَلَى أَعْدَائِكَ. اَللَّهُمَّ لاَ تُمَكِّنِ اْلأَعْدَاءَ فِيْنَا وَلاَمِنَّا وَلاَ تُسَلِّطْهُمْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا. اَللَّهُمَّ آمِنْ فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَاجْعَلْ وُلاَةَ أُمُوْرِنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا بَلْدَةً آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً وَسَائِرَ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا إِنْدُوْنِسِيَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، آمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Do’a Ketika Sampai Di Muzdalifah
اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذِهِ مُزْدَلِفَةُ جُمِعَتْ فِيْهَا أَلْسِنَةٌ مُخْتَلِفَةٌ تَسْأَلُكَ حَوَائِجَ مُتَنَوِّعَةً فَاجْعَلْنِي مِمَّنْ دَعَاكَ فَاسْتَجَبْتَ لَهُ وَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فَكَفَيْتَهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Ketika Sampai Di Mina
اَللَّهُمَّ هَذَا مِنَى فَامْنُنْ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ.
Do’a Melontar Jumrah
بِسْمِ اللهِ اِللهُ أَكْبَرُ رَجْمًا لِلشَّيَاطِيْنِ وَرِضًا لِلرَّحْمَنِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا.
Do’a Setelah Melontar Tiga Jamrah
اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ. اَللَّهُمَّ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أََثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، اَللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَفَضْتُ وَمِنْ عَذَابِكَ أَشْفَقْتُ وَإِلَيْكَ رَغِبْتُ وَمِنْكَ رَهِبْتُ فَاقْبَلْ نُسُكِيْ وَأَعْظِمْ أَجْرِيْ وَارْحَمْ تَضَرُّعِيْ وَاقْبَلْ تَوْبَتِيْ وَأَقِلَّ عَثْرَتِيْ وَاسْتَجِبْ دَعْوَتِيْ وَأَعْطِنِيْ سُؤْلِيْ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا وَلاَ تَجْعَلْنَا ِمنَ الْمُجْرِمِيْنَ، وَأَدْخِلْنَا فِيْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Tawaf Wada’
بِسْمِ اللهِ اَللهُ أَكْبَرُ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اَللَّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ وَتَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. إِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ اْلقُرْآنَ لَرَآدُّكَ إِلَى مَعَادٍ. يَامُعِيْدُ أَعِدْنِيْ يَاسَمِيْعُ أَسْمِعْنِيْ يَاجَبَّارُ اجْبُرْنِيْ يَاسَتَّارُ اسْتُرْنِيْ يَارَحْمَنُ ارْحَمْنِيْ يَارَدَّادُ ارْدُدْنِيْ إِلَى بَيْتِكَ هَذَا وَارْزُقْنِيْ الْعَوْدَ ثُمَّ اْلعَوْدَ كَرَّاتِ بَعْدَ مَرَّاتٍ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَائِحُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ عَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ يَسَارِيْ وَمِنَ قُدَّامِيْ وَمِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ وَمِنْ فَوْقِيْ وَمِنْ تَحْتِيْ حَتىَّ تُوَصِّلَنِيْ إِلَى أَهْلِيْ وَبَلَدِيْ. اَللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا السَّفَرَ وَأَطْوِلَنَا اْلأَرْضَ. اَللَّهُمَّ أَصْحِبْنَا فِي سَفَرِنَا وَاخُلُفْنَا فِي أَهْلِنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَياَرَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
Do’a Sesudah Tawaf Wada’
اَللَّهُمَّ إِنَّ اْلبَيْتَ بَيْتُكَ وَاْلعَبْدَ عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ حَمَلْتَنِيْ عَلَى مَا سَخَّرْتَ لِيْ مِنْ خَلْقِكَ حَتَّى سَيَّرْتَنِيْ إِلَىبِلَدِكَ وَبَلَغْتَنِيْ بِنِعْمَتِكَ حَتَّى أَعَنْتَنِيْ عَلَى قَضَاءِ مَنَاسِكِكَ. فَإِنْ كُنْتَ رَضِيْتَ عَنِّيْ فَازْدَدْ عَنِّيْ رِضًا، وَإِلاَّ فَمُنَّ اْلآنَ عَلَي َّقَبْلَ تَبَاعُدِيْ عَنْ بَيْتِكَ هَذَا أَوَانُ انْصِرَفِيْ إِنْ أَذِنْتَ لِيْ غَيْرَ مُسْتَبْدَلٍ بِكَ وَلاَ بِبَيْتِكَ وَلاَ رَاغِبًا عَنْكَ وَلاَ عَنْ بَيْتِكَ، اَللَّهُمَّ أَصْحِبْنِيَ الْعَافِيَةَ فِيْ بَدَنِيْ وَالْعِصْمَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَأَحْسِنْ مُنْقَلَبِيْ وَرْزُقْنِيْ طَاعَتَكَ مَا أَبْقَيْتَنِيْ وَاجْمَعْ لِيْ خَيْرَى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ اَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ هَذَا آخِرَ الْعَهْدِ بِبَيْتِكَ الْحَرَامِ وَإِنْ جَعَلْتَهُ آخِرَ الْعَهْدِ فَعَوِّضْنِيْ عَنْهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Do’a Ziarah Di Madinah
اَللَّهُمَّ هَذَا حَرَامٌ رَسُوْلِكَ فَاجْعَلْهُ وِقَايَةً مِنَ النَّارِ وَأَمَانَةً مِنَ الْعَذَابِ وَسُوْءِ الْحِسَابِ.
Do’a Masuk Masjid Nabawi
بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ. رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَأَدْخِلْنِيْ فِيْهَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Salam Ketika Berada Di Makam Rasulullah Saw
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَارَسُوْلِ اللهِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَانَبِيَ اللهُ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاصَفْوَةَ اللهِ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاحَبِيْبَ اللهِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّكَ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّيْتَ اْلأَمَانَةَ وَنَصَحْتَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدْتَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَصَلَّى اللهُ عَلَيْكَ صَلاَةً دَائِمَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
اَللَّهُمَّ آتِهِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالدَّرَجَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا نِالَّذِيْ وَعَدْتَهُ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادِ.
Do’a Salam Kepada Abu Bakar As Sidiq Ra
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاخَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَاصَاحِبَ رَسُوْلِ اللهِ فِيْ الْغَارِ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَنْفَقَ مَالَهُ كُلَّهُ فِيْ حُبِّ اللهِ وَحُبِّ رَسُوْلِهِ. جَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّةِ رَسُوْلِ اللهِ خَيْرَ الْجَزَاءِ. وَلَقَدْ خَلَفْتَ رَسُوْلِ اللهِ أَحْسَنَ الْخَلَفِ، وَسَلَكْتَ طَرِيْقَهُ وَمِنْهَاجَهُ خَيْرَ سُلُوْكٍ وَنَصَرْتَ اْلإِسْلاَمَ وَوَصَلْتَ اْلأَرْحَامَ وَلَمْ تَزَلْ قَائِمًا بِالْحَقِّ حَتَّى أَتَاكَ الْيَقِيْنُ. فَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Do’a Salam Kepada Umar Bin Khattab Ra
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَامُظْهِرَ اْلإِسْلاَمِ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَافَارُوْقُ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَامَنْ نَطَقْتَ بِالصَّوَابِ وَكَفَلْتَ اْلأَيْتَامَ وَوَصَلْتَ اْلأَرْحَمَ وَقَوِيَ بِكَ اْلإِسْلاَمُ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللهِ
Do’a Ketika Di Raudah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَأَجْدَادِيْ وَجَدَّاتِيْ وَأَقَارِبِيْ وَإِخْوَاتِيْ وَمَشَايِخِيْ وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوْا اللهَ وَاسْتَغْفِرُ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوْا اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ أَنْ تُشَفِّعَ فِيَّ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهُ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ. وَأَنْ توجب لي المغفرة كما أوجبتها لمن جاءه في حياته. اللهم اجعله أول الشافعين وأنجح السائلين وأكرم الأولين والآخرين بمنك وكرمك ياأكرم الأكرمين.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أّسْأّلُكَ إيمانا كاملا ويقينا صادقا حتى أعلم أنه لا يصيبني إلا ما كتبت لي وعلما عافعا وقلبا خاشعا ولسانا ذاكرا ورزقا واسعا وحلالا طيبا وعملا صالحا مقبولا وتحارة لن تبور.
اللهم اشرح صدورنا واسترعيوبنا واغفر ذنوبنا وآمن خوفنا واختم بالصالحات أعمالنا وتقبل زيارتنا وردنا من غربتنا إلى أهلنا وأولادنا سالمين غانمين غير خزايا ولا مفتونين واجعلنا من عبادك الصالحين من الذين لا خوف عليهم ولاهم يحزنون. ربنا لاتزغ قلوبنا بعد إذهديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. رب اغفرلي ولوادي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب. سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
Do’a Salam Waktu Berziarah Di Baqi’
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دار قوم مؤمنين، وأتاكم ماتوعدون غدا مؤجلين وإنا إن شاء الله بكم لاحقون. الللهم اغفر لأهل البقيع الغرقد.
Do’a Salam Kepada Sayyidina Usman Bin Affan
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ ياذا النورين عثمان بن عفان. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ ياثالث الخلفاء الراشدين. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يامجهز جيش العسرة بالنقد والعين وجامع القرآن بين الدفتين جزاك الله عن أمة رسول الله صلى الله عليه وسلم خير الجزاء. اللهم ارض عنه وارفع دراجته وأكرم مقامه وأجزل ثوابه آمين.
Salam Kepada Sayyidina Hamzah Ra Dan Mus’ab Bin Umair Ra Di Uhud
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ ياعم النبي سيدنا حمزة بن عبد المطلب, السلام عليك ياأسد الله واس رسول الله اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ ياسيد الشهداء. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يامصعب بن عمير ياقاعد المختار، يامن أثبت قدميه على الرماه حتى أتاء اليقين.
Salam Kepada Para Syuhada Di Uhud
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ ياشهداء أحد. اللهم اجزهم عن الإسلام وأهله وأفضل الجزاء وارفع درجاتهم وأكرم مقامهم بفضلك وكرمك ياأكرم الأكرمين.
Do’a Meninggalkan Madinah
اللهم صل وسلم على محمد وعلى آل محمد ولا تجعله آخر العهد بنبيك وحط أوزري بزيارته وأصحبني في سفري السلامة ويسر رجوعي إلى أهلي ووطني سالما، ياأرحم اراحمين.
Doa Tiba Dirumah/Kampung Halaman
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ نَصَرَنِيْ بِقَضَاءِ نُسُكِيْ وَحَفَظَنِيْ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ حَتىَّ أَعُوْذُ إِلَى أَهْلِيْ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْ حَيَاتِيْ بَعْدَ الْحَجِّ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ.
Do’a Keluar Rumah
بِسْمِ اللهِ آَمَنْتُ بِاللهِ، بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ.
Do’a Sewaktu Berada Diatas Kendaraan
بِسْمِ اللهِ مَجْرَـهَا وَمُرْسَهَا اِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
Do’a Sewaktu Kendaraan Mulai Bergerak
بسم الله الرحمن الرحيم. اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ.
Do’a Ketika Tiba Di Tempat Tujuan
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ أَهْلَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلَهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا.
Do’a Masuk Kota Madinah
اَللَّهُمَّ هَذَا حَرَامٌ رَسُوْلِكَ فَاجْعَلْهُ وِقَايَةً مِنَ النَّارِ وَأَمَانَةً مِنَ الْعَذَابِ وَسُوْءِ الْحِسَابِ.
Do’a Masuk Masjid Nabawi
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.
Niat Umrah
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
Bacaan Talbiyah
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ. لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
Do’a Ihram
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أُحَرِّمُ نَفْسِيْ مِنْ كُلِّ مَا حَرَّمْتَ عَلَى الْمُحْرِمِ فَارْحَمْنِيْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Memasuki Kota Makkah
اَللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْ لَحْمِيْ وَدَمِيْ وَشَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلَى النَّارِ وَآمِنِّيْ مِنْ عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ.
Do’a Masuk Masjidil Haram
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وََتعَالَيْتَ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلِإكْرَامِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ. بِسْمِ الله وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ.
Do’a Ketika Melihat Ka’bah
اَللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا وَتَكْرِيْمًا وَمَهَابَةً. وَزِدْ ِِممَّنْ شَرَّفَهُ وَعَظَّمَهُ وَكَرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِعْتَمَرَهُ تَشْرِيْفًا وَتَعْظِيْمًا وَتَكْرِيْمًا وَبِرًّا.
Do’a Thawaf
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدلِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَالله أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ.
Do’a Dalam Setiap Perjalanan Antara Rukun Yamani Dan Hajar Aswad
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Do’a Sa’i
اَللهُ أَكْبَرُ . اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللَّهُمَّ اسْتَعْمِلْنِيْ بِسُنَّةِ نَبِيِّكَ وَتَوَفَّنِيْ عَلَى مِلَّتِهِ وَأَعِدْنِيْ مِنْ مُضِلاَّتِ الْفِتَنِ.
Do’a Menggunting Rambut
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِكُلِّ شَعْرَةٍ نُوْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Doa Waktu Masuk Arafah
اَللَّهُمَّ إِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ وَبِكَ اعْتَصَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِمَّنْ تُبَاهِي بِهِ الْيَوْمَ مَلاَئِكَتَكَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
Do’a Wukuf
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَاَّلذِيْ تَقُوْلُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ. اَللَّهُمَّ لَكَ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ. وَإِلَيْكَ مَآبِيْ وَلَكَ رَبِّيْ وَتُرَاثِيْ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَوَسْوَسِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ اْلأَمْرِ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَجِيْءُ بِهِ الرِّيْحُ.
Do’a Ketika Sampai Di Muzdalifah
اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذِهِ مُزْدَلِفَةُ جُمِعَتْ فِيْهَا أَلْسِنَةٌ مُخْتَلِفَةٌ تَسْأَلُكَ حَوَائِجَ مُتَنَوِّعَةً فَاجْعَلْنِي مِمَّنْ دَعَاكَ فَاسْتَجَبْتَ لَهُ وَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فَكَفَيْتَهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Ketika Sampai Di Mina
اَللَّهُمَّ هَذَا مِنىَ فَامْـنُنْ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلىَ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ.
Do’a Melontar Jumrah
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ
Do’a Ketika Pulang Haji
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. آئِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ. صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ.
Do’a Saat Berkumpul Dengan Sanak Saudara
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ لاَ يَمُوْتُ وَلاَ يَفُوْتُ اَبَدًا، نَحْمَدُكَ اَللَّهُمَّ بِمَنَاسِكَنَا اَدَاءً، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّكَ اِتِّبَاعًا تَوْبًا تَوْبًا تَوْبًا لِرَبِّنَا اَوْبًا لاَ يُغَادِرُ حَوْبًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِمَنِ اسْتَغْفَرْناَهُ مِنْ اَهْلِ بَيْتِنَا وَاِخْوَانِنَا وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Do’a Minum Obat
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ اْلعَافِيَةَ أَذْهِبِ اْلبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ. اِشْفِ أَنْتَ الشَّافِيْ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاءَكَ لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا.
Do’a Mohon Kesembuhan
اَسْأَلُ اللهَ اْلعَظِيْمَ رَبَّ اْلعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَنِيْ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا.
Do’a Menghilangkan Rasa Sakit
بِسْمِ اللهِ 3 أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ 7
Dzikir Ketika Sakit
سُبْحَانَ الله ُوَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
Mendoakan Pasien Agar Tetap Tabah Dan Sabar
اَللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلآخِرَةِ وَاجْعَلْهُ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ مَعَ اَّلذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
وَاللهُ الْمُوَفِّقُ لِلصَّوَابِ

Read more...

Pelurusan Berita tentang penusukan PENDETA HKBP yang terjadi di daerah Ciketing, Bekasi

>> Rabu, 22 September 2010

Bismillahirrohmanirrohim…

Semoga dengan membaca note ini, bisa membuka hati dan pikiran kita, karena pemberitaan di media nasioal tidak berimbang dan sangat menutupi kejadian sebenarnya….

Berawal, duapuluh tahun yang lalu, umat Islam Bekasi salalu menunjukkan skap TOLERANSI dan KEBESARAN JIWA terhadap HKBP dengan membiarkan jemaat HKBP untuk melakukan kebaktian setiap Ahad dirumah tinggal seorang warga perumahan Mustika Jaya-Ciketing, Bekasi. Umat Islampun tetap tidak protes dengan adanya jemaat yang datang dari daerah luar perumahan tsb, bahkan luar Bekasi ketempat tersebut. Tidak pernah ada tangan2 usil apalagi mengganggu acara kebaktian yang selalu dilakukan di rumah tersebut…..

Seiring dengan makin banyaknya jemaat HKBP yang datang ketempat tersebut dari berbagai daerah, maka jemaat HKBP mulai tidak terkendali. Mereka mulai arogan, tidak ramah lingkungan, tidak menghargai warga sekitar yang mayoritas beragama Islam. Mereka seenaknya menutup jalan perumahan untuk setiap kegiatan mereka, bertingkah bak penguasa. Puncaknya mereka ingin menjadikan rumah tinggal tersebut sebagai GEREJA LIAR.

Sekalipun kesal, marah, dan kecewa, umat Islam Bekasi tetap patuh pada koridor hukum dan taat undang-undang. GEREJA LIAR HKBP di Ciketing diprotes dan digugat melalui koridor hukum yang sah, sehingga akhirnya GEREJA LIAR itu disegel oleh Pemkot Bekasi. Tetapi HKBP tetap ngotot dengan GEREJA LIARnya bahkan solusi yang diberikan Pemkot Bekasi untuk dipindahkan ketempat lain secara sah dan legal mereka TOLAK…

Sudah sampai tigakali rumah yang dijadikan tempat tinggal tsb di segel oleh pihak Pemkot Bekasi. Akhirnya jemaat HKBP menggunakan tanah lapangan yang jauhnya 3 km dari GEREJA LIAR mereka..Setiap Ahad, mereka akan konvoi dari GEREJA LIAR mereka ke tanah lapangan tsb. sambil menyanyikan lagu-lagu gereja. Tidak tanggung-tanggung 200 orang yang konvoi menempuh jarak 3 km..Tidakkah ini sangat mengganggu jalan untuk berlalu lintas, tidakkah suara-suara nyanyian ini ini sangat mengusik warga yang mayoritas umat Islam???!!!

Pada Ahad tanggal 8 Agustus 2010, 3 hari menjelang Ramadhan terjadilah insiden antara HKBP dengan warga muslim. Dalam insiden tersebut, DUA PENDETA HKBP sempat mengeluarkan PISTOL dan menembakannya…

tereksposkah oleh media akan hal ini????!!!TIDAK!

Ketika suasana masih Idul Fitri, 12 September 2010 (3 Syawal 1431 H). Pendeta dan jemaat HKBP kembali melakukan konvoi liar, sebagaimana yang dulu pernah mereka lakukan. Kali ini terjadi insiden bentrokan antara 200 orang HKBP dengan 9 pemuda warga muslim (dijadikan tersangka) yang berpapasan saat konvoi. Mereka saling serang, saling pukul saling tusuk dan saling terluka… kesembilan pemuda warga muslim yang berpapasan juga terluka, patah tangan bahkan ada juga yang TERTUSUK!!!Terkesposkah oleh media nasional akan berita ini??? TIDAK!!Yang terekspos hanya PENDETA DITUSUK. Bahkan sempat diberitakan korban TEWAS. Ternyata tidak tewas. Dan yang membawa senjata tajam bukan dari pihak pemuda warga muslim, karena mereka hanya kebetulan berpapasan, tidak ada niat untuk menghadang seperti yang diberitakan oleh media nasional.

Hari ini tanggal 17 september 2010, warga muslim Bekasi mengadakan Aksi damai setelah sholat Jum’at di Masjid NURUL ISLAM, ISLAMIC CENTER Bekasi dimulai dengan tabligh Akbar disertai pemaparan kronologi insiden dan dilanjutkan Longmarch ke Kantor Walikota Bekasi dengan tuntutan: HKBP harus keluar dari daerah Ciketing. tuntutan tersebut dipenuhi secara tertulis oleh Wakil Walikota Bekasi Rahmat Effendi, atas nama Walikota Bekasi. Tereksposkah oleh media Nasional???TIDAK..!!

sumber: Salih Mangarai SItompul. Islamic center Bekasi, Ba’da jum’at….

“mereka ingin membuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Padahal Alloh adalah sebaik-baik pembalas makar….”

Read more...

Minal Aidin Wal Faizin

>> Jumat, 03 September 2010


Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji hanya bagi Allah,

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah,

keluarga dan sahabatnya yang setia sampai hari kiamat, amma ba’du;

Dengan Hormat,

Kami beritahukan kepada segenap pengunjung masdaus.blogspot.com,

bahwa kami berhalangan untuk aktif di masdaus.blogspot.com sampai lebaran.

Kami Menghaturkan


SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI

1 Syawal 1432 H

Taqabbalallah Minna Wa Minkum

Minal Aidin Wal Faizin

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Mohon Dimaafkan Semua Kesalahan Yang Disengaja Atau Yang Tidak Sengaja

Demikian saudara saudariku yang kucintai dan kumuliakan pemberitahuan kami, semoga Allah selalu menjaga, melindungi dan memberkati kita semua dalam semua langkah kita, amien.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Yang Selalu Mencintai dan Memuliakanmu

Ainii Firdaus

Read more...

TUNTUNAN SHALAT IED (FIQIH DUA HARI RAYA)

>> Rabu, 18 Agustus 2010

Berikut ini beberapa nukilan yang di sarikan dari kitab Zaadul Maaad, jilid 1 hal 441-449 karya Al-Imam Ibnul Qayyim-Rahimahullah dengan tahqiq, takhrij dan taliq Syuaib dan Abdul Qadir Al-Arnauth hafidhahumallah dan beberapa kitab lain, yang kesemuanya adalah berdasarkan riwayat-riwayat sahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam.

Disyariatkan untuk banyak-banyak bertakbir pada dua hari raya, yaitu pada Iedul Fitri semenjak Matahari terbenam malam Ied sampai pelaksanaan shalat Ied, adapun pada Iedul Adlha semenjak pagi hari Arafah setelah shalat subuh (9 Dzul Hijjah) sampai shalat Ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzul Hijjah).

Membayarkan zakat fitrah sebelum shalat Iedul Fitri atau boleh dimajukan dua hari sebelumnya berupa makanan pokok (beras, dll) sebanyak satu Shaa (2,5 Kg) untuk di bagikan kepada para fakir dan miskin.


Ummu Athiyyah radhiallahu anha berkata: Kami diperintahkan mengajak keluar gadis-gadis dan wanita-wanita haid pada kedua hari raya untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin, wanita-wanita yang haid itu terpisah dari tempat shalat. (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam selalu melaksanakan shalat Ied di mushalla, yaitu tanah lapang yang terletak di sebelah utara pintu masuk kota Madinah, dan beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam selalu melaksanakan shalat dua hari raya (Iedul Fitri dan Iedul Adlha) di mushalla (tanah lapang).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam selalu mengenakan pakaian terbaik dan terindah yang dimilikinya untuk shalat dua hari raya dan juga shalat Jumat.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam selalu memakan kurma beberapa butir dengan hitungan ganjil (1,3,5 dst) sebelum keluar menuju shalat Iedul Fitri, adapun Iedul Adlha beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam tidak memakan apapun sehingga pulang dari shalat Ied lalu memakan daging kurbannya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam selalu mandi untuk shalat dua hari raya dan hal ini juga di lakukan oleh para sahabatnya termasuk Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma .

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam keluar ke tempat shalat dengan berjalan kaki sambil membawa tombak untuk di jadikan sebagai sutrah (pembatas shalat), karena di tanah lapang tidak ada sutrah (pembatas shalatnya).

Beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam melakukan shalat Ied apabila matahari telah terbit dan tanpa di sertai adzan maupun iqamah, juga tanpa seruan Ash-Sholatu Jamiah, yang sunnah adalah langsung shalat tanpa melakukan itu semua.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam melaksanakan shalat dulu sebelum khotbah, beliau shalat dua rakaat dengan tujuh takbir pada rakaat pertama dan lima takbir pada rakaat kedua. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah beliau membaca surat Qoof dan pada rakaat kedua setelah Al-Fatihah beliau membaca surat Al-Qomar dan terkadang beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam membaca surat Al-Ala pada rakaat pertama dan Al-Ghosyiah pada rakaat kedua setelah membaca Al-Fatihah.

Setelah selesai shalat beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam menghadap manusia yang masih berada di shaf-shaf mereka lalu memberikan khotbah yang berisi nasehat, perintah dan larangan atau yang lainnya.

Beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam juga mendatangi para wanita untuk memberikan nasehatnya kepada mereka.

Beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam membuka khotbahnya dengan memuji Allah Taala dan memberikan keringanan kepada para sahabatnya untuk mendengarkan khotbah atau langsung pulang setelah shalat Ied tanpa mendengarkan khotbah.

Beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam selalu menyelisihi jalan ketika berangkat dan pulang dari shalat Ied agar tampak syiar Islam di segala penjuru dan untuk memberikan salam kepada semua penduduk dll.

Read more...

TUNTUNAN ZAKAT FITRAH

Hukum Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah adalah salah satu kewajiban yang ditetapkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam ketika selesai melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.
Berkata sahabat Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhuma: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam mewajibkan zakat fitrah dari bulan Ramadhan atas hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil dan orang dewasa diantara kaum muslimin. (HR. Bukhari dan Muslim).

Jenis dan Kadar Yang Dikeluarkan
Zakat fitrah adalah mengeluarkan satu shaa (sekitar 2,5 kg) makanan pokok manusia. Berkata sahabat Abu Said Al-Khudri Radhiallahu Anhu: Kami mengeluarkan pada hari raya iedul fitri pada masa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam satu shaa daripada makanan. Dan makanan kami saat itu adalah gandum syair, anggur kering (kismis), susu yang dikeringkan dan kurma. (HR. Bukhari).

Selain Makanan Pokok Tidak Sah
Tidak sah mengeluarkannya dalam bentuk nilai makanan seperti: uang, pakaian, makanan pokok binatang dan barang-barang lainnya karena hal ini menyalahi perintah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam, beliau bersabda: Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam urusan kami ini (dalam urusan agama dan syariat) apa yang bukan (berasal) darinya, maka ia tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim: Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak atas dasar urusan kami, maka ia (amalan tersebut) tertolak.


Yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah
Yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah orang yang mempunyai kelebihan dari nafkah kebutuhannya untuk hari ied dan malamnya.
Seseorang wajib mengeluarkannya untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang yang berada dalam tanggungannya seperti isteri dan kerabat jika mereka tidak mampu mengeluarkannya untuk diri mereka sendiri, namun jika mereka mampu maka yang lebih afdhal adalah mereka mengeluarkannya sendiri.

Waktu Mengeluarkan dan Hikmahnya
Zakat fitrah wajib dikeluarkan sebelum shalat ied dan yang afdhal mengeluarkannya pada hari ied sebelum melaksanakan shalat ied. Diperbolehkan mengeluarkannya pada satu atau dua hari sebelum ied sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma. Tidak sah apabila dikeluarkan setelah shalat ied berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat (ied), ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat (ied), ia menjadi sedekah biasa. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dll dengan sanad sahih).

Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
Yang berhak menerima zakat fitrah adalah fakir miskin saja dan bukan delapan golongan sebagaimana zakat-zakat lainnya berdasarkan hadis diatas, Sebagai makanan bagi orang-orang miskin.
Boleh diberikan beberapa zakat fitrah kepada seorang miskin dan boleh pula zakat fitrah yang diterimanya dipergunakan untuk membayarkan zakat fitrahnya sendiri dan orang-orang yang dalam tanggungannya.

Masalah
Waktu wajibnya zakat fitrah adalah terbenamnya matahai malam ied karena saat itu adalah waktu seseorang berbuka dan selesai (tuntas) mengerjakan ibadah puasa bulan Ramadhan. Oleh sebab itu:
- Apabila seseorang meninggal dunia sebelum matahari terbenam malam ied maka tidak diwajibkan atasnya zakat fitrah.
- Jika seseorang meninggal dunia setelah matahari terbenam malam ied maka wajib atasnya zakat fitrah.
- Jika bayi lahir setelah matahari terbenam malam ied maka tidak wajib atasnya zakat fitrah.
- Jika bayi lahir sebelum matahari terbenam malam ied maka wajib atasnya zakat fitrah...www.masdaus.blogspot.com

Rujukan:
- Majalis Syahr Ramadhan Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin.
- Fhushul fi Ash-Shiyam wa At-Tarawih wa Az-Zakah Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin.
- Shifat Shoum Nabi Fi Ramadhan Karya Salim bin Ied Al-Hilali dan Ali Hasan Ali Abdul Hamid.
- Zaadul Maaad Karya Ibnul Qayyim.
- Bulughul Maraam Karya Ibnu Hajar, dll.

Read more...

Renungan Akhir Ramadhan

Allah subahanahu wa taala memuji orang-orang yang melakukan ketaatan kepadaNya dalam firmanNya: Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. Al-Mukminuun: 57-61).

Ibunda Aisyah radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam tentang ayat ini, aku berkata: Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr, berzina dan mencuri Beliau sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam menjawab: Tidak, wahai puteri Ash-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan bersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah subahanahu wa taala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Para salafush shaleh bersungguh-sungguh dalam memperbaiki dan menyempurnakan amal mereka kemudian setelah itu mereka memperhatikan dikabulkannya amal tersebut oleh Allah subahanahu wa taala dan takut daripada ditolaknya.


Sahabat Ali radhiallahu anhu berkata: Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amal daripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah subahanahu wa taala berfirman: Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Maaidah: 27).

Dari Fadhalah bin Ubaid rahimahullah berkata: Sekiranya aku mengetahui bahwa amalku ada yang dikabulkan sekecil biji sawi, hal itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya, karena Allah subahanahu wa taala berfirman: Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Maaidah: 27).

Berkata Malik bin Dinar rahimahullah: Takut akan tidak dikabulkannya amal adalah lebih berat dari amal itu sendiri.

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwaad rahimahullah: Aku menjumpai mereka (salafush shaleh) bersungguh-sungguh dalam beramal, apabila telah mengerjakannya mereka ditimpa kegelisahan apakah amal mereka dikabulkan ataukah tidak

Berkata sebagian salaf rahimahumullah: Mereka (para salafush shaleh) berdoa kepada Allahsubahanahu wa taala selama enam bulan agar dipertemukan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah subahanahu wa taala selama enam bulan agar amal mereka dikabulkan.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah keluar pada hari raya Iedul Fitri dan berkata dalam khutbahnya: Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah subahanahu wa taala selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selama tiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah subahanahu wa taala agar dikabulkan amalmu.

Sebagian salaf tampak bersedih ketika hari raya Iedul Fitri, lalu dikatakan kepadanya: Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan. Dia menjawab: Kamu benar, akan tetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramal karenaNya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak.


Bagaimana Agar Amal Dikabulkan

Allah subahanahu wa taala tidak akan menerima suatu amalan kecuali ada padanya dua syarat, yaitu: Ikhlas karena Allah subahanahu wa taala semata dan mutabaatus sunnah atau mengikuti sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam.

Allah subahanahu wa taala berfirman : Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi: 110)

Allah subahanahu wa taala berfirman (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk: 2)

Al-Fudhail bin Iyad rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut dengan yang lebih baik amalnya adalah yang ikhlas karena Allah subahanahu wa taala semata dan mengikuti sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam.

Ikhlas Dalam Beramal

Ikhlas adalah mendekatkan diri kepada Allah subahanahu wa taala dengan melakukan ketaatan dan membersihkan niat dan hati dari segala yang mengotorinya. Ikhlas adalah beramal karena Allah subahanahu wa taala semata dan membersihkan hati dan niat dari yang selain Allah subahanahu wa taala.

Ikhlas adalah amalan yang berat karena hawa nafsu tidak mendapatkan bagian sedikitpun, namun kita harus selalu melatih diri kita sehingga menjadi mudah dan terbiasa untuk ikhlas.

Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bersabda: Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang ikhlas dan hanya mengharapkan wajahNya. (HR. An-Nasai dengan sanad hasan).

Seorang hamba tidak akan bisa selamat dari godaan syaitan kecuali orang-orang yang ikhlas saja, sebagaima firman Allah subahanahu wa taala yang mengkisahkan tentang iblis: Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka. (QS. Shaad: 82-83).

Orang yang ikhlas adalah orang yang beramal karena Allah subahanahu wa taala semata dan mengharapkan kebahagiaan abadi di kampung akhirat, hatinya bersih dari niat-niat lain yang mengotorinya.

Berkata Yakub -rahimahullah: Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.

Orang yang tidak ikhlas adalah orang yang melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia seperti, ingin mendapatkan harta, kedudukan, jabatan, pangkat, kehormatan, pujian, riya dll.

Orang yang tidak ikhlas adalah orang yang rugi karena hari kiamat kelak mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amalan mereka selama di dunia, bahkan Allah subahanahu wa taala murka kepada mereka dan memberikan hukuman yang setimpal, Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya. (QS. Az-Zumar: 48) . Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqaan:23)

Beramal Sesuai Sunnah / Mutabaatus Sunnah

Mutabaatus Sunnah adalah melakukan amalan yang sesuai sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam karena setiap amalan ibadah yang tidak dicontohkan Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam pasti ditolak dan tidak diterima oleh Allah subahanahu wa taala. Jadi semua ibadah yang kita kerjakan harus ada contoh, ajaran dan perintah dari Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam dan kita dilarang melakukan suatu amal ibadah yang tidak ada contoh, ajaran dan perintah dari Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam.

Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bersabda: Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada ajarannya dari kami maka amalnya tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bersabda pula: Barangsiapa mengadakan perkara baru dalam agama kami yang tidak ada ajarannya maka dia tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim).

Berkata Ibnu Rajab rahimahullah: Hadis ini adalah salah satu prinsip agung (ushul) dari prinsip-prinsip Islam dan merupakan parameter amal perbuatan yang lahir (terlihat), sebagaimana hadis Innamal amaalu binniyyaat (Hadis tentang niat), adalah merupakan parameter amal perbuatan yang batin (tidak terlihat). Sebagaimana seluruh amal perbuatan yang tidak dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah subahanahu wa taala maka pelakunya tidak mendapatkan pahala, maka demikian pula halnya segala amal perbuatan yang tidak atas dasar perintah Allah subahanahu wa taala dan RasulNya sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam juga tertolak dari pelakunya. Siapa saja yang menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah subahanahu wa taala dan RasulNya sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam, maka bukanlah termasuk perkara agama sedikitpun.

Beliau berkata pula: Makna hadis (diatas adalah): bahwa barangsiapa amal perbuatannya keluar dari syariat dan tidak terikat dengannya, maka tertolak.

Berkata Ibnu Daqiq Al-Ied rahimahullah: Hadis ini adalah salah satu kaidah agung dari kaidah-kaidah agama dan ia merupakan jawamiul kalim (kata-kata yang singkat namun padat) yang diberikan kepada Al-Musthafa sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam, karena sesungguhnya ia (hadis ini) dengan jelas merupakan penolakan semua bidah dan segala yang dibuat-buat (dalam perkara agama).

Allah subahanahu wa taala berfirman: Katakanlah wahai Rasulullah-: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, pasti Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. (QS. Ali Imran: 31).

Allah subahanahu wa taala berfirman: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7).

Allah subahanahu wa taala berfirman: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzaab: 36)

Rasulullah sallallahu alaihi wa ala alihi wasallam bersabda: Hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama, karena semua perkara baru (bidah) dalan agama adalah tersesat. (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dll).

Semoga Allah Taala selalu menerima semua amal ibadah kita dan tidak ada satupan daripadanya yang tertolak, Allahumma Aamien

Read more...

PAHALA BAGI MEREKA YANG MENGERJAKAN SHALAT TARAWIH

>> Selasa, 17 Agustus 2010

Pada malam pertama, seorang mu’min akan keluar bebas dari dosanya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya. Pada malam kedua, ia diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya jika mereka adalah seorang mu’min. Pada malam ketiga, berteriaklah para malaikat dari bawah arasy:’ Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu. Pada malam keempat, ia diberi pahala seakan ia telah membaca kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an. Pada malam kelima, ia diberi pahala oleh Allah pahala orang yang telah Shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsa. Pada Malam keenam, ia diberi pahala oleh Allah seperti pahala orang yang bertawaf di Baitullah dan meminta ampunan baginya segala batu dan pasir. Pada malam ketujuh, ia seakan telah mengalami masa Nabi Musa dan membelanya terhadap Fir’aun dan Haman. Pada malam kedelapan, Allah memberikan kepadanya seperti apa yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim as. Pada malam kesembilan, seakan akan ia telah beribadah kepada Allah seperti ibadahnya Nabi Muhammad SAW. Pada malam kesepuluh, dikaruniai oleh Allah kebaikan di dunia dan akherat.

Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia bebas dari dosanya seperti hari dilahirkan oleh ibunya. Pada malam kedua belas, ia akan tiba di hari qiamat dengan wajah berseri-seri bercahaya seperti bulan purnama. Pada malam ketiga belas, ia akan tiba di hari qiamat terhindar dari segala keburukan. Pada malam keempat belas, ia memperoleh kesaksian dari malikat bahwa ia telah melaksanakan shalat tarawih dan karenanya ia tidak menghadapi hisab. Pada malam kelima belas, para malaikat penduduk arasy membaca shalawat untuk dia. Pada malam keenam belas, Allah mencatat kebebasannya dari api neraka. Pada malam ketujuh belas, diberinya pahala Nabi-nabi. Pada malam kedelapan belas, ia dipanggil oleh para malaikat:”Hai hamba Allah, ketahuilah bahwa Allah telah meridhoi engkau dan meridhoi kedua orang tuamu”. Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat tingkatnya di dalam surga Firdaus. Pada malam kedua puluh, diberinya pahala para shuhada’ dan orang-orang sholeh. Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun baginya sebuah rumah dari cahaya di dalam surga. Pada malam kedua puluh dua, tiba di hari qiamat terhindar dari rasa duka dan sesak hati. Pada malam kedua puluh tiga, dibangun oleh Allah sebuah kota didalam surga. Pada malam kedua puluh empat, dikabulkan dua puluh empat do’a darinya. Pada malam kedua puluh lima, dibebaskan oleh Allah dari adzab kubur. Pada malam kedua puluh enam, diberinya pahala empat puluh tahun. Pada malam kedua puluh tujuh, ia akan melewati shirat secepat kilat. Pada malam kedua puluh delapan, akan diberi seribu tingkat di surga. Pada malam kedua puluh sembilan, diberi oleh Allah pahala seribu kali perjalanan haji yang makbul. Pada malam ketiga puluh, Allah berfirman kepadanya: ”Hai hamba-Ku makanlah buah-buahan surga, mandilah dengan air salsabil dan minumlah air kautsar, Aku Tuhanmu dan engkau hamba-Ku. (Dikutip dari terjemahan kitab ”Durratun Nashihin”. Terjemahan Halaman 16)

Read more...

SEPUTAR PERMASALAHAN I’TIKAF

>> Senin, 16 Agustus 2010

1. Hikmahnya

Al-Allamah Ibnul Qayyim –raqhimahullah berkata: “Dan (Allah) syari’atkan i’tikaf bagi mereka yang mana maksudnya serta ruhnya adalah berdiamnya hati kepada Allah dan kumpulnya hati kepada Allah, berkhalwat denganNya dan memutuskan (segala) kesibukan dengan makhluk, hanya menyibukkan diri kepada Allah semata.”

Belaiu juga menyebutkan diantara tujuan i’tikaf adalah agar supaya kita bertafakkur (memikirkan) untuk selalu meraih segala yang mendatangkan ridha Allah dan segala yang mendekatkan diri kepadaNya dan mendapatkan kedamaian bersama Allah sebagai persiapan kita menghadapi kesepian di alam kubur kelak.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin –rahimahullah berkata: “Tujuan dari pada i’tikaf adalah memutuskan diri dari manusia untuk meluangkan diri dalam melakukan ketaatan kepada Allah di dalam masjid agar supaya meraih karunia dan pahala serta mendapatkan lailatul qadar. Oleh sebab itu hendaklah seorang yang beri’tikaf menyibukkan dirinya dengan berdzikir, membaca (Al-Qur’an), shalat dan ibadah lainnya. Dan hendaklah menjauhi segala yang tidak penting dari pada pembicaraan masalah dunia, dan tidak mengapa berbicara sedikit dengan pembicaraan yang mubah kepada keluarganya atau orang lain untuk suatu maslahat, sebagaimana hadis Shafiyyah Ummul Mukminin –radhiallahu anha berkata: “Bahwasanya Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf lalu aku mengunjunginya pada suatu malam dan berbincang dengannya, kemudian aku bangkit untuk pulang lalu Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bangkit bersamaku (mengantarkanku).” (HR. Bukhari dan Muslim).


2. Makna I’tikaf

Yaitu berdiam (tinggal) di atas sesuatu. Dan dapat dikatakan bagi orang-orang yang tinggal di masjid dan menegakkan ibadah di dalamnya sebagai mu’takif dan ‘akif (orang yang sedang i’tikaf).

3. Disyari’atkannya I’tikaf dan Waktunya

Disunnahkan pada bulan Ramadhan dan bulan yang lainnya sepanjang tahun. Telah shahih bahwa Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf pada sepuluh (hari) terakhir di bulan Syawwal. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan sahabat Umar –Radhiallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini pernah bernadzar pada jaman jahiliyyah (dahulu), (yaitu) aku akan beri’tikaf semalam di Masjidil Haram ?” Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda, “Tunaikanlah nazarmu.” Maka ia (Umar) beri’tikaf semalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis sahabat Umar ini adalah dalil bahwa i’tikaf boleh dilakukan diluar bulan Ramadhan dan tanpa melakukan puasa, karena i’tikaf dan puasa adalah dua ibadah yang terpisah dan tidak disyaratkan untuk menggabungkan keduanya, ini adalah pendapat yang benar. Diperbolehkan pula i’tikaf beberapa saat (tidak dalam waktu lama). (“Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’”, Karya Syaikh Utsaimin 6/508-509 dan 6/511..)

Yang paling utama adalah pada bulan Ramadhan, berdasarkan hadits Abu Hurairah –Radhiallahu ‘Anhu , bahwasanya Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf pada setiap Ramadhan selama sepuluh hari dan manakala tiba tahun yang dimana beliau diwafatkan, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari)

Dan yang lebih afdhal lagi adalah pada akhir bulan Ramadhan, karena Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf pada sepuluh (hari) terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seseorang yang berniat i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hendaklah memulai i’tikafnya pada hari keduapuluh Ramadhan sebelum matahari terbenam, jadi malam pertamanya adalah malam keduapuluh satu Ramadhan.

(Lihat “Al-Mughni”, Ibnu Qudamah 4/489-491, “Mukhtashar Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab” An-Nawawi 6/211, “Fiqhus Sinnah”, Sayyid Sabiq 1/622-623, dan “Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’”, Karya Syaikh Utsaimin 6/521)

4. Hendaklah I’tikaf Dilakukan di Masjid

Hendaklah i’tikaf dilakukan di masjid sebagaimana firman Allah Ta’ala: “…dan janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187).

Ayat tersebut juga dalil atas diharamkannya jima’ dan segala pendahuluannya –seperti mencium dan meraba dengan syahwat- bagi orang yang i’tikaf.

I’tikaf boleh dilakukan di semua masjid, akan tetapi yang paling afdhal adalah i’tikaf di tiga masjid (Masjil Haram Mekkah kemudian Masjid Nabawi Madinah kemudian Masjdil Aqsha Palestina) sebagaimana sabda Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Tidak ada i’tikaf (yang lebih sempurna dan afdhal) kecuali di tiga masjid (tersebut).”

(HR. AbduR Razzaq dalam “Al-Mushannaf” (8037) dengan sanad sahih. Lihat “Shifat Shoum Nabi“ hlm 93 dan gabungkan dengan “Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’”, Karya Syaikh Utsaimin 6/505)

5. Wanita Boleh Beri’tikaf di Masjid

Wanita diperbolehkan i’tikaf di masjid bersama suaminya atau sendirian, sebagaimana dikatakan Aisyah –radhiallahu anha : “Bahwasanya Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sehingga Allah mewafatkan beliau, kemudian isteri-isteri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani –rahimahullah berkata: “Dalam hadis tersebut ada dalil bahwa boleh wanita beri’tikaf. Dan tidak diragukan lagi bahwa hal itu terikat oleh ijin dari wali mereka, aman dari fitnah (hal-hal yang tidak di inginkan) dan tidak terjadi kholwah (berdua-duan) dengan laki-laki berdasarkan dalil-dalil yang banyak tentang hal tersebut dan juga kaidah fiqih: Menolak kerusakan adalah didahulukan daripada mendatangkan kebaikan.”

6. Tidak Keluar dari Masjid Kecuali Seperlunya

Hendaklah orang yang i’tikaf tidak keluar dari masjid selama ’tikaf kecuali seperlunya, sebagaimana dikatakan Aisyah –radhiallahu anha: “Yang sunnah bagi orang i’tikaf adalah tidak keluar kecuali untuk perkara yang mengharuskannya keluar.” (HR. Al-Baihaqi dengan sanad sahih)

Aisyah berkata pula: “Bahwasanya Rasulullah–Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam apabila i’tikaf tidak masuk rumah kecuali karena hajat manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keluar dari masjid ketika ’tikaf ada tiga macam:



a). Keluar untuk suatu perkara yang merupakan keharusan seperti, buang air besar dan kecil, berwudhu dan mandi wajib atau lainnya seperti makan dan minum, ini adalah boleh apabila tidak memungkinkan dilakukan di dalam masjid.

b). Keluar untuk perkara ketaatan seperti, menjenguk orang sakit dan mengantarkan jenazah, hal ini tidak boleh dilakukan kecuali apabila dia telah berniat dan mensyaratkannya di awal i’tikaf.

c). Keluar untuk perkara yang menafikan i’tikaf seperti, untuk jual beli, jima’ dan bercumbu dengan isterinya dan semacam itu, hal ini tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan i’tikaf dan menafikan maksud dari i’tikaf.

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP