Ayat-ayat Cinta yang sesungguhnya

>> Rabu, 20 Mei 2009

Inilah kenyataan yang merebak beberapa waktu lalu .Sebagian kaum muslimin begitu mengidolakan tokoh-tokoh fiktif dalam novel dan film Ayat-ayat Cinta, hanya karena tokoh-tokoh khayal tersebut diskenariokan berhias dengan sebagian kecil dari keindahan ajaran Islam. Sementara tokoh nyata yang mulia nan agung, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, yang merepresentasikan keindahan ajaran Islam secara kaffah (sempurna), seolah terkikis dan terlupakan oleh pamor artis dan biduan. Inikah ayat-ayat (baca: tanda-tanda) cinta kepada Allah? Semestinya, jika pengakuaan cinta itu jujur, niscaya mereka berbondong-bondong menuju majelis ilmu, bukan justru mengantri di loket bioskop dan outlet novel “Islami”. Karena hanya di majelis ilmulah, dibacakan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasul-Nya. Menghadiri majelis ilmu, inilah tanda cinta yang hakiki kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sahl bin ‘Abdillah rahimahullaah pernah berucap: “Tanda cinta kepada Allah adalah cinta pada al-Qur-an. Tanda cinta pada al-Qur-an adalah cinta pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam. Dan tanda cinta pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam adalah cinta pada sunnahnya…” [lih. Tafsir al-Qurthubi: 4/63, Cet. Daarul Kitaab al-’Arabi]

Bisakah seseorang dikatakan mencintai Allah, jika ia mengerjakan sesuatu yang tidak pernah disyari’atkan dan diperintahkan oleh Nabi-Nya dalam urusan agama ini? Contoh nyata: Sebagian kita masih saja beralasan bahwa merayakan maulid Nabi –yang notebene tidak pernah disyari’atkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam - adalah tanda cinta kepada Rasulullah r dan wujud syukur kita kepada Allah. Padahal kenyataannya, para Sahabat sebagai figur yang paling mencintai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dan paling bersyukur kepada Allah, tidak pernah mengadakan ritual maulidan. Seandainya merayakan maulid Nabi adalah simbol cinta yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tentu para Sahabat adalah yang paling dulu dan paling antusias mengamalkannya daripada kita. Sebagaimana ungkapan yang telah menjadi kaidah baku di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jamaa’ah:


لَوْكَانَ خَيْرًا لَسَبَقُوْنَا إلَيْه

“Kalau seandainya itu baik, niscaya mereka (para Sahabat) telah lebih dulu mengerjakannya.” Karena para Sahabat adalah orang-orang yang paling bersemangat dan rakus dalam mengerjakan amal ibadah.

Kiat Meraih Cinta-Nya

Jalan tercepat menggapai cinta al-Khaaliq adalah dengan memurnikan tauhid kepada-Nya, menjauhkan diri dari kesyirikan dan ragam bentuk kekufuran. Kemudian mengerjakan hal-hal yang diwajibkan oleh syari’at Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam, menjauhkan diri dari semua larangan dan segala bentuk ibadah yang tidak dicontohkan oleh beliau dalam agama ini. Baru setelah itu berhias dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan naafilah (sunnah). Inilah yang diisyaratkan oleh Hadits Wali:

“(Artinya) Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: “Barangsiapa memusuhi Wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dari-Ku pasti Aku akan melindunginya”. [Shahih Bukhari no. 6137]

Senantiasa membasahi lidah dengan dzikir kepada Allah, juga merupakan sebab terbesar dalam meraih cinta Allah. Karena di antara ciri khas seseorang yang tengah dilanda cinta adalah senantiasa menyebut dan mengingat orang yang dicintainya. Demikian pula Allah, Dia selalu mengingat hamba-hamba-Nya yang berdzikir dan bermunajat kepada-Nya. Allah berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ

“(Artinya) Karena itu, berdzikirlah (ingat) kalian kepada-Ku niscaya Aku akan ingat kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku”. [Al-Baqarah: 152]

Bergaul dan berinteraksi dengan akhlak yang mulia bersama hamba-hamba Allah lainnya juga bisa mendatangkan cinta dan kasih sayang Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam:

“(Artinya) Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). oleh karena itu sayangilah orang-orang di muka bumi, niscaya Dzat yang di atas langit akan menyayangi kamu”. [Silsilah Shahihah no. 925]

Satu lagi yang tidak kalah penting dalam berusaha meraih cinta Allah, yaitu do’a. Hafalkan dan amalkanlah do’a -dari sunnah yang shahih- berikut ini di waktu-waktu yang mustajab.


Artinya: “Ya Allah. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu; perbuatan yang memiliki banyak kebaikan, dan meninggalkan berbagai macam kemunkaran, mencintai orang-orang miskin dan Engkau mengampuni serta menyayangiku. Dan jika Engkau menimpakan fitnah (malapetaka) bagi suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terimbas fitnah itu. Dan aku memohon kepada-Mu rasa kecintaan pada-Mu, dan cinta pada orang-orang yang mencintai-Mu, juga cinta pada amal perbuatan yang akan menghantarkan aku untuk mencintai-Mu.” [Hadits Hasan, riwayat Ahmad: V/243, at-Tirmidzi: 3235]

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP