Sosok Pemimpin Ideal Dalam Pandangan Islam

>> Senin, 25 Mei 2009

الحمد لله الذ ى ارسل رسوله بالهدى ود ين الحق ليظهره على الدين كله. ارسله بشيرا ونظيرا ودا عيا الى الله با ذنه وسرا جا منيرا. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شها دة اعدها للقا ئه ذخرا . واشهد ان محمدا عبده ورسوله ارفع البر ية قد را. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله واصحا به ومن تبعهم باحسان الى يوم الد ين وسلم تسليما كثيرا. اما بعد ,أعو ذبالله من الشيطا ن الرجيم بسْمِ اللّهِ الرَّحمْنِ الرَّحيمِ وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاَةِ وَإِيتَآءِ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ أمّا بعد فيا عباد الله أوصيكنم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون
Hadirin Sidang Jum’at Rahimakumullah.

Masyarakat Indonesia tidak lama lagi akan melaksanakan PEMILU sebagai sebuah perwujudan demokrasi politik yang telah menjadi sebuah agenda rutin lima tahunan di negeri kita tercinta ini. Pesta Demokrasi kali ini , sangatlah berbeda dengan yang pernah terjadi sebelumnya, dalam artian ini merupakan momentum awal peletakkan pondasi demokrasi dalam berpolitik kearah yang lebih baik dari yang sebelumya. Indikator ini terlihat dari kinerja KPU yang berusaha menciptakan regulasi atau sebuah aturan yang mengakomodir serta menginventarisasi keinginan seluruh anak bangsa yang terwakili dalam wadah partai politik.


Hadirin Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah

PEMILU pada kali ini akan dilakukan dalam tiga tahapan pemilihan , akhir dari proses ini tentunya akan menghasilkan para legislatif, presiden dan wakilnya. Tentunya ini semua berdasarkan hasil pemilihan oleh masyarakat, secara langsung, oleh sebab itu masyarakat sudah seharusnya dan sepantasnya mengetahui terlebih dahulu tokoh yang akan menjadi wakil atau pimpinan mereka nantinya, baik itu moralitas, ucapan dan janji-janjinya, jangan sampai salah pilih lagi, karena merekalah nantinya yang akan mengembalikan kehormatan dan martabat bangsa ini ke arah yang lebih mulia, menenteramkan, serta memberikan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh anak bangsa. Paling tidak kita dapat memilih pemimpin yang dapat mengembalikan pondasi awal yang kokoh dalam penegakan hukum yang tegas atau low inforcement serta amanah dalam mengemban tugas mulia ini. Sebagaimana diungkapkan dalam Firman Allah dalam surah an-Nisa’ ( Q 4; 58) Yang artinya:
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah-amanah
kepada yang berhak menerimanya “

Ayat diatas menyebutkan kata jama’ “ amanah-amanah,” artinya banyak sekali amanat yang kita terima sebagai khalifatullah fil arldh, apalagi bagi seorang pemimpin yang terpilih diantara sesama manusia, tentunya ia lebih banyak mengemban amanah sebagai konsekwensi pribadinya menerima pemilihan itu. Memimpin merupakan tugas seorang pemimpin, dalam kamus besar bahasa Indonesia, memimpin diartikan dengan menuntun atau menunjukkan jalan, ibarat memegang tangan seseorang sambil sambil berjalan. Dalam al-Qur’an kata yang memiliki arti pemimpin adalah imâm. Menurut raghîb al-Ishfahâni, imâm berarti orang yang diikuti dengan segala aspeknya, baik itu dalam kebenaran maupun dalam kebathilan. Dengan demikian seorang pemimpin dapat berkonotasi ganda, yaitu sebagai penuntun kearah positif ( baik) atau malah sebaliknya, kearah yang tidak baik atau negatif.
Ma’asyiral Muslimin Yang Terhormat

Di dalam al-Qur’ân lafaz Imâm terulang sebanyak 12 kali, 7 kali dalam bentuk tunggal 5 kali dalam bentuk jama’ dalam konteks yang berbeda-beda, seperti dalam Surah Yasîn; 12 lafaz imâm= Kitab ; Lauh Mahfuz). Berkaitan dengan konteks diatas, lafaz imâm sebagai teladan dalam kebaikan terdapat dalam surah al-Baqarah ; 124 ; al-Anbiyâ’ ;73, al-Furqôn ;74, al-Qashâs ; 5, al-Sajadah; 24. Sedangkan dalam QS : al-Taubah; 12, alQashâs ;41, mengenai pemimpin yang mengajak kepada kejahatan. Dan 1 kali tentang setiap ummat memiliki pemimpin yang bersifat baik maupun buruk QS: al-Isrâ’ ;71).
Hadirin Sidang Jum’at yang dicintai Allah
Menarik untuk diperhatikan, seluruh ayat yang berkaitan dengan pemimpin diatas, menggunakan kata ganti orang pertama ; jama’, kecuali QS ; al-Baqarah ;124, menggunakan orang pertama tunggal, dan al-Furqan ; 74 terkait dengan do’a. hal ini selain menunjukkan adanya keterlibatan pihak lain ( manusia ) selain Allah swt, dalam prosesi mengangkat / memilih pemimpin, juga menandaskan bahwa masalah memilih atau mengangkat pemimpin merupakan urusan manusia dan untuk kemashlahatan mereka. Karena itu Allah hanya memberikan rambu-rambu tertentu untuk memilih pemimpin yang berwibawa dan dapat diandalkan. Sedangkan manusialah yang terlibat langsung dalam masalah ini. Dengan demikian, pemimpin dari hasil pilihan manusia dapat saja baik atau sebaliknya buruk. Kondisi ini jelas berbeda dengan prosesi pengangkatan Nabi Ibrahim as, sebagai panutan ummat (Imam), karena yang akan dijadikan panutan adalah seorang Nabi, maka QS; al-Baqarah ;124, merujuk kata ganti tunggal yaitu Allah swt (innî jâ’iluka) yang berarti otoritas penuh mengangkat manusia pilihan.
Dari petunjuk ayat-ayat suci diatas, dapat ditemukan beberapa kriteria yang mesti dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Siapakah mereka yang layak disebut sebagai pemimpin ideal dalam pandangan al- Qur’ân ?. Penggalan lafadz ibtalâ menjelaskan bahwa pemimpin harus teruji terlebih dahulu. Baik itu menyangkut kesehatan fisiknya, intelektual maupun moralnya. Akan tetapi yang terpenting adalah kemampuan mengerjakan atau menyelesaikan masalah yang ada serta dapat memberikan solusi yang lebih memperioritaskan maslahah sebagaimana isyarat yang tertuang dalam lafadz faatammahunna yang akar katanya tamma.
Syarat lainnya, sekaligus realisasi dari terujinya moral pemimpin adalah kepatuhannya dalam menjalankan perintah agama (QS : al- Anbiyâ; 73) karena itu Nabi Muhammad SAW mewasiatkan agar tetap patuh; tidak memberontak kepada pemimpin selama dia masih mengerjakan shalat, walau kita membenci atau bahkan melaknatnya (HR Muslim). Sekalipun demikian pemimpin yang ideal tentu yang tidak dibenci apalagi dilaknat oleh masyarakatnya, akan tetapi berpihak kepada wong cilik (Mustad ‘afîn, renungkan QS: al- Qashas; 5) tidak hanya sebagai lipstik selain itu, sabar seperti dalam Surah (al- Sajadah; 24). Merupakan kriteria berikutnya bagi pemimpin yang ideal. Sabar bukan hanya dalam menghadapi cobaan dengan peristiwa maupun fenomena yang terjadi dalam negerinya, tetapi juga dalam melaksanakan atau mengakkan supremasi hukum tanpa pandang bulu tak takut terhadap ancaman pihak tertentu.
Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allâh
Menegakkan kebenaran dan keadilan bukanlah sesuatu hal yang gampang seperti membalik telapak tangan, sebab itu dapat dipahami kenapa pemimpin yang adil merupakan yang pertama-tama dari tujuh golongan yang akan mendapat jaminan perlindungan dari Allah SWT di akhirat nanti (Hadits Muttafaq `alaih). Dari sekian kriteria yang dikemukakan, dalam al-Qur’ân terdapat dua kriteria yang menurut analisa Quraih Shihab merupakan kriteria pokok yang mesti disandang oleh seorang pemimpin. Kedua hal itu hendaklah diperhatikan dalam memilih pemimpin. Kriteria yang dimaksud adalah kuat dan amanah seperti yang termaktub dalam Surah al-Qashas ; 26 , pengangkatan Yusuf as sebagai kepala logisitik kerajaan Mesir juga berkaitan dengan dua sifat ini sebagaimana yang termaktub dalam (QS; Yusuf; 54 ). Oleh karena itu Nabi Saw menasehati Abu Dzar untuk tidak menerima jabatan pemimpin karena lemah ( HR. Muslim). Tentu tidaklah mudah menemukan orang yang memiliki dua kriteria ini sekaligus, akan tetapi apabila kita perhatikan para kandidat legislatif dan eksekutif yang sering tampil di media masa maka dua kriteria tersebut masih banyak terdapat pada kriteria mereka walaupun sebagian besar telah mempunyai catatan hitam di masa lalu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kita diwariskan oleh baginda Rasulullah Saw, dengan dua pegangan yaitu al-Qur’an dan Hadits, oleh sebab itu apabila mendapatkan permasalahan-permasalahan dalam hidup, maka jangan jangan ragu untuk merujuk kembali kepada kedua warisan berharga ini. Sebagaimana kita ketahui bersama pada akhir-akhir ini, berapa banyak pemimpin-pemimpin negeri tercinta ini yang terpilih tetapi mempunyai sifat yang tidak terpuji dan tercela diantaranya adalah sifat munafik, sifat munafik ini merusak amanat , dan amanat adalah salah satu kriteria yang paling fundamental yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Akibat sifat kemunafikan itu, banyak terjadi penghianatan terhadap amanah, banyak program terbengkalai, banyak rakyat dikecewakan dan dirugikan, serta kekayaan negarapun diselewengkan. Janji-janji mereka yang ingin memberantas KKN ternyata hanya tipuan dan pemanis mulut semata, hukum tajam kebawah tumpul keatas, penegakan hukum tegas dan keras bagi rakyat kecil, tetapi lemah dan berbelit-belit bagi kalangan berduit dan yang memegang jabatan. Ini tidak lain dan tidak bukan diakibatkan oleh sifat munafik yang melekat pada diri mereka, kemunafikan merupakan sikap atau perbuatan yang bertentangan antara lahir dan batin; lahirnya baik, tetapi batinnya jahat; mulutnya manis, tetapi hatinya pahit, mulutnya mengatakan kawan, tetapi dalam hatinya sesungguhnya musuh bebuyutan. Rasulullah Saw bersabda:
“ Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila ia berkata ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat”

Ma’asyiral Muslimin Yang Dimuliakan Allah
Pemilihan Umum kali ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk ekstra hati-hati memilih pemimpin yang akan memimpin negara tercinta ini. Pilihlah pemimpin yang bersifat amanah dan tegas dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, lihatlah track record mereka di masa lalu, jangan sampai tergoda dengan janji manis yang tak pernah terpenuhi, kita diberikan akal dan wahyu sebagai cahaaya yang dapat menyinari kita dalam kegelapan kehidupan, pergunakanlah secara proporsional dan bijaksana, semoga pemimpin yang kita pilih dapat mengemban amanat ummat, jadi dalam pilpres 2009 ini kita pilih pemimpin yang kalua kita timbang lebih banyak kebaikannya daripada keburukannya, sehingga apa yang kita lakukan punya nilai positif dalam meletakkan pondasi awal demi mencapai sebuah negara yang diberkahi dan diridhoi Allah Swt, Amin.

جَعَلَنَااللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنْ عِبَادِهِ المُخْلِصِيْنَ, وَأَدْخَلَنَا مِنْ عِبَادِهِ المُتَّقِيْنَ,وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ
خَيْرُ الَّراحِمِيْنَ.

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP