Perilaku Konsumtif Dalam Perspektif Islam

>> Rabu, 13 Mei 2009

الحمد لله الذ ى ارسل رسوله بالهدى ود ين الحق ليظهره على الدين كله. ارسله بشيرا ونظيرا ودا عيا الى الله با ذنه وسرا جا منيرا. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شها دة اعدها للقا ئه ذخرا . واشهد ان محمدا عبده ورسوله ارفع البر ية قد را. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله واصحا به ومن تبعهم باحسان الى يوم الد ين وسلم تسليما كثيرا. اما بعد ,أعو ذبالله من الشيطا ن الرجيم بسْمِ اللّهِ الرَّحمْنِ الرَّحيمِ وَالَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًأما بعد فيا عباد الله أوصيكنم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون
Ma’asyira l-muslimîn rahimakumullâh
Dalam kesempatan yang penuh berkah dan mulia ini, marilah kita meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT.. dengan cara menjaganya dan senantiasa terus meningkatkannya.....semoga hidup kita yang fana ini tidak berlalu dengan sia-sia dan semoga kita dapat memberikan manfaat kepada sesama ummat di bumi ini. Sepantasnyalah kita sebagai hamba Allah yang diutus menjadi khalifah diatas bumi ini, mengucapkan syukur yang tak terhingga, baik secara lisan maupun secara amaliah, dalam bentuk melaksanakan semaksimal mungkin perintah-Nya dan berusaha sekuat tenaga menjauhi serta meninggalkan larangan-Nya.
Shalawatuwassalamah tidak lupa kita persembahkan kepada junjungan Kita Nabi besar Muhammad Saw., Asyroful Anbiyâ yang telah menyelamatkan kita dari jurang kehinaan dan kejahiliyahan.

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah.
Trend global yang sudah mewabah di tengah-tengah masyarakat kita....dengan berkembang pesatnya bangunan-bangunan megah, mall-mall yang tersebar merata di kota, tempat-tempat hiburan yang menggiurkan serta melenakan kita, perkembangan tekhnologi yang semakin canggih, memberikan pengaruh terhadap perilaku kehidupan kita yang sudah semakin tidak terarah dan parah. Perilaku konsumtif, hedonis dan materialistis sudah menjadi tabiat manusia saat ini. Para Koruptor bebas berkeliaran, low imporcement hanya berlaku bagi kalangan yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan, kesenjangan kehidupan antara si kaya dan miskin semakin lebar, manusia sudah semakin tak terkendali, nafsu senantiasa menguasai tindak dan perilaku. Inilah sebuah realitas yang sering terlihat dalam kehidupan kita sekarang ini, masihkah ummat Islam khususnya, ingat akan hari akhir? Dimana tidak ada yang kita bawa kecuali amal dan taqwa semata, Sedangkan amal dan taqwa hanya bisa kita raih dengan menjalankan aturan-aturan Islam secara kâffah (menyeluruh) dan semua perbuatan manusia itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak....
Ma’asyira l-muslimîn rahimakumullâh
Perilaku konsumtif manusia akhir-akhir ini menjadi lepas kendali....dalam kehidupannya sehari-hari menjadi boros........
Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memberikan rambu-rambu berupa batasan-batasan serta arahan-arahan positif dalam berkonsumsi. Setidaknya terdapat dua batasan dalam hal ini: Pertama, pembatasan dalam hal sifat dan cara. Seorang muslim mesti sensitif terhadap sesuatu yang dilarang oleh Islam. Mengkonsumsi produk-produk yang jelas keharamannya harus dihindari, seperti khamr, daging babi, bertransaksi investasi dengan jalan riba dan lain-lain. Seorang muslim haruslah senantiasa mengkonsumsi sesuatu yang pasti membawa manfaat dan mashlahat, sehingga jauh dari kesia-siaan. Karena kesia-siaan adalah kemubadziran, dan hal itu dilarang dalam Islam seperti termaktub dalam Al-Qur’an (QS. 17 : 27)
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينَ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya. (QS. A l - I s r â ' [17]:27)
Kedua, pembatasan dalam hal kuantitas atau ukuran konsumsi. Islam melarang umatnya berlaku kikir yakni terlalu menahan-nahan harta yang dikaruniakan oleh Allah Swt., kepada mereka. Namun Allah Swt., juga tidak menghendaki umatnya membelanjakan harta mereka secara berlebih-lebihan di luar kewajaran
Firman Allah swt., (QS. 25 : 67),
وَالَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
(QS.Al-Furqon [25]: 67)
Kemudian dalam surah Al-Maidah : 87.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَآأَحَلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ {87}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. 5:87)
Dalam mengkonsumsi, Islam sangat menekankan kewajaran dari segi jumlah, yakni sesuai dengan kebutuhan. Dalam bahasa yang indah Al-Quran mengungkapkan
وَلاَتَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَتَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. 17:29)


Adapun arahan islam dalam berkonsumsi paling tidak ada tiga hal. Pertama, jangan boros. Seorang muslim dituntut untuk selektif dalam membelanjakan hartanya. Tidak semua hal yang dianggap butuh saat ini harus segera dibeli. Karena sifat dari kebutuhan sesungguhnya dinamis, ia dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Seorang pemasar sangat pandai mengeksploitasi rasa butuh seseorang, sehingga suatu barang yang sebenarnya secara riil tidak dibutuhkan tiba-tiba menjadi barang yang seolah sangat dibutuhkan. Contoh sederhana air mineral. Dahulu orang tidak terlalu membutuhkannya. Namun karena perusahaan rajin “memprovokasi” pasar, kini hampir di setiap rumah kita ada air mineral.

Kedua, seimbangkan pengeluaran dan pemasukan. Seorang muslim hendaknya mampu menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluarannya, sehingga sedapat mungkin tidak berhutang. Karena hutang, menurut Rasulullah SAW akan melahirkan keresahan di malam hari dan mendatangkan kehinaan di siang hari. Ketika kita tidak memiliki daya beli, kita dituntut untuk lebih selektif lagi dalam memilih, tidak malah memaksakan diri sehingga terpaksa harus berhutang. Hal ini tentu bertentangan dengan perilaku produktif. Kita telah merasakan: keresahan, kehinaan, serta kehilangan kemerdekaan sebagai satu bangsa akibat jerathutang.
Ketiga, tidak bermewah-mewahan. Islam juga melarang umatnya hidup dalam kemewahan sebagaimana di sebutkan dalam (QS. Al-Waqi’ah : 41-46) yang artinya:
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih,dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.
Ma’asyira l-muslimîn rahimakumullâh
Kemewahan yang dimaksud disini adalah tenggelam dalam kenikmatan hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang serba menyenangkan. Serta lupa untuk berbagi terhadap kaum miskin dan du’afa yakni kaum yang terlantar.
Perilaku konsumtif, sesuai dengan arahan Islam di atas menjadi lebih terasa urgensinya pada kehidupan kita saat ini. Krisis ekonomi yang masih belum reda bertemu dengan harga-harga yang melambung tinggi selama ini, menuntut kita untuk selektif dalam berbelanja. Islam tidak melegitimasi momen apapun yang boleh digunakan untuk mengkonsumsi secara berlebihan apalagi di luar batas kemampuan, termasuk dalam memperingati hari raya dan hari besar Islam lainnya. Rasulullah sendiri pun hidupnya senantiasa dalam kesederhanaan. Secara tidak langsung Rasulullah memberikan suri tauladan kepada umatnya untuk hidup sederhana.
Dalam riwayat, Khalifah Umar bin Khattab pernah melarang konsumsi daging yang berlebih, karena persediaan daging tidak mencukupi semua orang di Madinah. Demikian pula terjadi pada zaman Nabi Yusuf, ketika terjadi swasembada selama tujuh tahun, masyarakat tidak diperkenankan mengkonsumsi secara berlebihan sebagimana disebutkan dalam(Qsurah Yusuf:47-48). Yang artinya:
Yusuf berkata:"Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)sebagaimana biasa: maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (QS. 12:47)
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari bibit gandum yang akan kamu simpan. (QS. 12:48)
Pembatasan konsumsi di masa krisis dan penghematan.....sesungguhnya dapat menjaga stabilitas sosial serta menjamin terpenuhinya rasa keadilan,
Mudah-mudahan Khutbah yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita bersama.........Amin ya rabbal alamin...........

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP