MUSLIM HOLISTIK

>> Rabu, 13 Mei 2009

Term muslim biasanya dimaknai secara umum oleh masyarakat sebagai orang Islam. Pemaknaan tersebut diambil dari kata Islam sebagai kata benda (Masdar), sedangkan muslim adalah pelaku (Isim Fa’il). Prof. Yudian Wahyudi menyatakan bahwa secara etimologis, Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islam-salam atau salamah, yaitu tunduk kepada kehendak Allah swt. agar mencapai salam/salamah (keselamatan atau kedamaian) di dunia dan akhirat. Prosesnya disebut Islam dan pelakunya disebut muslim. Jadi, Islam adalah proses bukan tujuan, yakni proses mencari keselamatan di dunia dan akhirat.

Muslim holistik atau muslim kaffi merupakan sebuah proses ketundukkan seseorang terhadap perintah Allah, sehingga dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan untuk memasuki agama Islam secara kaffah/sempurna.
Konsep muslim holistik merupakan perpaduan antara ketundukan manusia kepada 3 ayat Allah, yakni: ayat Qur’aniah, Kauniah, dan Insaniah. Ketiga ayat tersebut merupakan kehendak Allah yang harus ditaati untuk menghantarkan manusia kepada keselamatan dan kedamaian dunia sampai akhirat.
Pertama, Ayat Qur’aiyah (yang terangkum dalam al-Qur’an dan al-Hadis as-Shahih). Dalam kepatuhan pada ayat Qur’aniah, hukum yang terpenting adalah tauhid (keesaan Allah), Akhlak (moralitas) dan keadilan (hukum kepasangan positif dan negatif atau maslahat dan mafsadat). Fungsi terbesar akidah “Tiada Tuhan selain Allah” adalah sebagai kunci ketika menyeberang dari dunia menuju akhirat, sedangkan syirik sebagai satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni Allah. Orang yang tunduk kepada ayat Qur’aniyyah disebut muslim teologis.
Kedua, ayat kauniah, yaitu tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di Jagad raya (kosmos). Tanda kebesaran Allah yang terpenting di sini adalah hukum kepasangan yang dititipkan Allah pada setiap benda alamiah. Sunnatullah atau takdir Allah (hukum alam) ini memegang peran kunci dalam menentukan keselamatan atau kedamaian di dunia. Islami pada tingkat alam adalah menyeimbangkan potensi negatif dan potensi positif setiap benda. Islami di sini ditarik sampai pada titik memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan potensi negatif suatu benda. Hukum alam ini berlaku bagi siapa saja tanpa mengenal batas-batas kemanusiaan apapun seperti, ras, agama, dan status sosial. Pada tingkat alam inilah semua agama sama, karena siapa pun yang melanggar hukum kepasangan ini pasti dihukum Allah seketika. Sebaliknya, siapapun yang taat (“tunduk pada hukum kepasangan ini), pasti diberi pahala oleh Allah, yaitu keselamatan. Misalnya, jika seorang Yahudi, Kristen, Islam, Budha, atau Hindu menyeberangi Samudera dengan berenang (tanpa alat penyeimbang), pasti dia akan dihukum oleh Allah. Dia akan tenggelam dan mati. Sebaliknya, jika ada orang komunis menyeberang samudera dengan kapal besar, maka dia akan selamat. Karena pada hakikatnya, si komunis adalah muslim/muslim alamiah, sebab dia beriman kepada hukum kepasangan sebagai hukum terbesar yang “mengatur” kehidupan kosmos, sehingga dia mencapai keamanan (seakar dengan iman). Seperti halnya Islam, Iman adalah proses yang tujuannya adalah aman atau safety yang bahasa Indonesianya menjadi keamanan. Keselamatan dan kedamaian atau keamanan di sini hanya pada tingkat kosmos atau duniawi. Untuk menyeberangi akhirat dibutuhkan kunci: tauhid.
Ketiga, ayat insaniah, tanda-tanda kebesaran atau hukum-hukum Allah yang mengatur kehidupan manusia (kosmis). Hukum yang terpenting di sini ialah hukum kepasangan. Islam dan Iman (sehingga selamat dan aman) pada tingkat ini adalah menyeimbangkan potensi positif dan negatif, yaitu menciptakan keseimbangan atau keadilan sosial. Allah sudah mendelegasikan hukum keseimbangan ini kepada mausia seperti tercermin dalam hadis “Kerelaan Allah tergantung pada kerelaan manusia.” Hukum ini diperkuat dengan prinsip mutual agreement (عَنْ تَرَاضٍ). sosial harus terlebih dahulu diselesaikan antara pihak-pihak terkait. Jika terkait belum memaafkan, Allah juga belum mengampuni. Orang yang mentaati hukum insaniah disebut muslim insaniah.
Jadi, Islam adalah Tauhid, yaitu mengintegrasikan kehendak Allah yang ada di dalam Kitab Suci, alam, dan manusia, sehingga terbebas dari bencana teologis, kosmos, dan kosmis. Inilah yang disebut takwa yang puncaknya sering disebut ihsan, yaitu proses kesadaran menghadirkan Tuhan di mana pun (pada tingkat teologis, kosmos, dan kosmis) dan kapanpun. Inilah yang disebut islam kaffah (Holistik) atau insan kamil.
Mengapa umat Islam mundur?
Umat Islam mundur karena mukmin dan muslim mereka baru pada tingkat akidah (muslim teologis), bahkan hampir “kafir alamiah”, kafir “insaniah”. mereka hampir tidak pernah menjadikan hukum alam, dan hukum insan sebagai bagian dari keimanan dan keislaman mereka.

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP